Balikan

13.2K 1.5K 103
                                    

Sarah mengucek matanya. Satu menit yang lalu ia baru saja bangun setelah tidur panjangnya yang sama sekali tanpa hambatan. Ia kemudian beralih mengecek ponsel miliknya. Batinnya berpikir tumben sekali Devan sama sekali tak menghubungi dirinya. Jika biasanya puluhan pesan akan masuk saat ia membuka ponsel sekarang satu pun pesan dari pria itu tak ada kecuali dua pesan yang membahas mengenai pekerjaan.

Sarah terdiam beberapa saat. Ia lupa tentang perihal kemarin. Mungkin karena itu lah sekarang Devan mulai menjaga jarak padanya. Tak ingin terlalu lama larut dalam kebimbangan Sarah akhirnya bersiap-siap untuk bekerja.

Melangkahkan kakinya menuju kamar mandi setelah sebelumnya menyambar handuk di kamarnya. Tak butuh waktu lama untuknya bersiap- siap. Tepat pukul tujuh pagi dirinya sudah berada di meja makan bersama keluarga.

Sarah sarapan seperti biasa. Hanya sejak tadi orang tua serta kakaknya lah yang terlihat beberapa kali melempar pandang. Mereka berdebat melalui kontak mata agar menanyakan apa yang terjadi dengan Sarah semalam. Tapi karena Sarah yang tak sama sekali membuka suara membuat semuanya enggan untuk bertanya sekalipun sang Ayah.

"Sarah berangkat sekarang." Tangannya menyampirkan tas selempang di atas pundak, yang langsung membuat keluarganya kelabakan karena mereka belum sempat mengatakan sesuatu.

Melihat ekpresi keluarganya yang seperti tidak rela ia pergi Sarah mengedikan bahunya "Apa?"

"Emm itu..."

"Sebenarnya..."

Sarah berdiri gusar ditempatnya. Ia akan terlambat kalau masih menunggu ucapan Satria yang super lambat.

"Ngomongnya nanti aja pas gue balik kantor, udah telat nih."

-

Sarah berlari sekuat tenaga setelah mobil yang ia tumpangi berhenti di depan lobi sebuah kantor. Sejak lima menit yang lalu mulutnya komat kamit menyuarakan sumpah serapah karena terjebak macet di pagi hari. Ia yakin sekali mulut bossnya itu akan nyinyir di sepanjang hari karena keterlambatan dirinya.

Hembusan nafas lega terdengar setelah ia melihat bahwasanya Devan belum berada di kantor. Itu artinya ia akan selamat dari omelannya hari ini.

"Eh Sarah tumben sendirian? Bos kok belum datang?"

Bersamaan dengan pertanyaan Vivi yang meluncur Devan tiba-tiba datang di belakang perempuan tersebut. Melirik sebentar ke arah Sarah lalu masuk ke dalam ruangan.

"Eh... kalian berantem?"

Sarah menggeleng kikuk. Sarah sendiri bingung mereka tengah bertengkar atau benar-benar putus hubungan. Kecuali hubungan antara boss dan karyawan.

"Ini tolong kasihin ke bos ya gue buru-buru." Usai mengatakan itu Vivi berlari yang langsung mendapat teriakan dari Sarah.

Sarah berdecak. Tanpa sengaja pandangannya menangkap Devan yang tengah melihat ke arahnya. Mungkin sebab ia berteriak tadi. Ia kemudian melangkahkan kakinya menuju ruangan Devan. Mengetuknya beberapa kali sebelum benar-benar hilang dari balik pintu

"Ini laporan dari Vivi yang bapak minta."

Sarah menyodorkannya pada Devan. Tak seperti biasanya pria tersebut menerima tanpa sepatah kata pun. Membuka dan menandatanganinya lalu menyerahkan nya lagi kepada sekertaris nya itu.

Sarah menerimanya dengan kikuk. Tak ada sepatah kata pun keluar dari mulut Devan. Sebenarnya Sarah ingin membahas perihal kemarin hanya saja raut wajah datar Devan sepertinya menunjukkan kalau ia sedang tidak mood saat ini.

"Kalau begitu saya permisi."

Sarah berpikir awalnya mungkin Devan akan memanggil dirinya saat ia akan kembali. Tapi sayang, tak seperti perkiraannya pria tersebut cuek cuek saja seakan mereka tak pernah dekat.

STRANGE BOSS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang