"Kamu pikir saya cowok gampangan."
Dalam hati Devan merutuki mulutnya yang asal bicara tanpa mikir. Bagaimana jika setelah ini mereka benar-benar bubar. Bisa stress Devan, apalagi itu terjadi karena mulutnya yang asal bicara.
"Kamu seenaknya ngecap saya calon suami di depan temen SMA kamu, giliran mau saya nikahi eh situnya gak ada rasa."
Ingin rasanya Sarah membalik ucapan bosnya itu. Heyy bagaimanapun Devan dulu lah yang mengklaim dirinya sebagai calon istri. Tapi tak apa, demi kelanggengan hubungan keduanya Sarah tak akan membalas ucapan Devan barusan.
"Bukannya gak ada rasa saya cuma belum yakin sama perasaan saya sendiri."
"Terus sekarang udah yakin?"
Dalam hati Sarah ingin menjawab sepertinya, tapi jika ia ucapkan bubar sudah rencananya berbaikan dengan Devan.
"Udah."
"Tapi saya gak percaya."
Devan bersedekap dada sedangkan Sarah menghela nafas berusaha sabar. Jika ia sampai membalas ucapan Devan dengan pedas, maka tidak akan ada lagi harapan untuk keduanya baikan.
"Kalau gitu kasih tahu saya biar bapak yakin."
"Panggil saya saja masih bapak, gimana mau yakin, emang nanti anak kita disuruh manggil saya kakek?"
"Ya gak papa."
"Gitu cara kamu ngeyakinin saya?"
"Ya terus gimana dong! Ngomong langsung kek ribet amat kek cewek."
"Kok jadi situ yang marah?"
"Oh iya maaf, paduka, jadi tadi sampai mana, perihal yakin ya? Yaudah terserah apapun yang mau bapak lakukan saya bakal ikutin karena itu bentuk keyakinan saya."
"Kamu yakin?"
"Siap yakin!"
"Kalau gitu kamu ikut saya sekarang."
Devan berdiri dari duduknya. Menginterupsi seorang pelayan kemudian membayar pesanan mereka.
"Kemana? Gak akan macem-macem kan?"
"Liat aja nanti, nyesel sekarang udah gak ada gunanya, kalau nanti ingkar janji saya kubur kamu hidup-hidup."
"Saya gentayangin tau rasa." Cibir Sarah sembari memasuki mobil
"Mana kepikiran, dosa kamu kan banyak, kamu pasti bakal lebih sibuk ngitungin dosa daripada gentayangin saya."
Sarah memutar bola matanya malas sembari memasang sabuk pengaman miliknya. Tak ada percakapan lagi setelah Devan menjalankan keluar mobilnya dari pelataran restoran. Dalam perjalanan Sarah sibuk memikirkan tujuan yang Devan maksud. Ia masih belum mengerti pikiran pria di sampingnya itu. Hingga akhirnya mobil yang Sarah tumpangi berhenti di depan rumah yang tampak asing. Bukan, ini bukan rumah miliknya, itu juga bukan rumah milik Devan dan keluarganya.
"Ini rumah siapa?"
"Rumah kita."
Devan kemudian berjalan menggandeng tangan Sarah yang terasa dingin. Mungkin sejak tadi perempuan itu kedinginan karena ac mobil yang terus menyala ditambah cuaca sedang musim hujan.
Sarah membiarkan tangannya digandeng. Ia terlalu sibuk melihat-lihat rumah yang ia pijaki sekarang ini. Saking sibuknya menatap ke sana kemari perempuan tersebut sampai tak menyadari kalau beberapa orang menatapnya aneh.
"Sudah siap semua?"
Angga, seorang pria berjas hitam menghampiri Devan kala melihat pria itu masuk. Membisikan sesuatu padanya yang langsung di angguki oleh Devan.
KAMU SEDANG MEMBACA
STRANGE BOSS
RandomSarah Adinda. Adalah seorang sekretaris, ralat budak korporat dari seorang laki-laki bernama Devan. Mendadak dituduh selingkuh saat pergi kencan buta oleh bossnya sendiri. Padahal keduanya sedang tidak terlibat hubungan apapun. Saat kencan buta mi...