Mantan

27.2K 2.8K 104
                                    

Devan duduk dengan santai di tempat semula Sarah duduk. Tangannya sibuk memutar gelas berisi minuman milik Sarah. Pandangannya tak luput dari wanita itu yang tengah sibuk membangunkan Evan.

Ketiga manusia disana benar benar mempunyai sifat acuh dengan keadaan sekitar. Yang satu, pingsan di sembarang tempat, yang satunya lagi justru duduk dengan tenang seakan tak ada yang terjadi, mengacuhkan orang-orang yang tengah menggunjingkan mereka tanpa larangan.

"Pak tolongin dong!"

Devan menghela nafas. Menatap Sarah sekilas kemudian beralih kepada gelas di tangannya. Kalau satu percikan saja tidak bangun, Devan tidak segan menyiram Evan dengan segelas air di tangannya itu.

Dia lalu bangkit, mendekati Evan yang masih terkapar di lantai tanpa rasa malu. Menyemprotkan sedikit air ke arah wajah Evan, yang untungnya sang empu langsung sadar.

"Baru gitu aja udah pingsan, gimana mau menghadapi realita hidup lainnya." Devan berdiri dari tempatnya lalu duduk kembali ditempat semula.

Evan yang sekarang duduk di lantai, menyipitkan pandangannya menatap sekitar yang sebagian sedang menertawakannya. Ia lalu berdiri dibantu Sarah. Duduk berhadapan dengan Devan yang tengah menatapnya penuh aura permusuhan.

"Harusnya anda juga tahu diri, bukan siapa-siapa tapi seenaknya mengaku suami Sarah."

"Masalah bagimu? Lagipula sudah saya niatkan Sarah sebagai istri saya."

Bibir Evan kembali bergerak ingin mengatakan sesuatu, namun lebih dulu ditahan oleh Sarah.

"Bapak kenapa masih disini, bukannya tadi sama perempuan?" Ujar Sarah menatap Devan ingin tahu.

Devan mengangguk-anggukan kepalanya. "Itu pasangan kencan saya malam ini, tadi saya suruh pulang."

Evan sontak tertawa sumbar ditempatnya. Mengejek. Membuat Devan dan juga Sarah menoleh menatapnya. "Laki-laki mana yang membiarkan pasangan kencannya pulang sendirian?"

"Tidak tahu. Lagipula dia pulang bersama sopir."

Urusan perjodohannya saja belum selesai, tapi laki-laki di hadapannya itu terus saja menciptakan masalah baru. Lagi-lagi Sarah terlibat dengan Devan, apa jadinya jika Evan sampai mengatakan kejadian ini kepada kakaknya. Bisa habis Sarah antara dipaksa resign atau mungkin diceramahi tiada henti.

"Terus bapak kenapa malah duduk di sini? bapak mau jadi obat kuda, saya lagi kencan kalo bapak lupa."

"Itu kan tujuan saya duduk disini, tapi yang saya itu itu obat nyamuk Sarah, bukan obat Kuda." Devan mengerutkan keningnya merasa bingung

"Saya lagi kencan pak, yakali ditemenin," imbuhnya tak nyaman.

"Kenapa? Kemaren-kemaren kalo saya kencan juga kamu ikut," ujar Devan mengaduk minuman dihadapannya. Yang tentu saja milik Sarah.

Mendengar itu, sekarang Sarah tahu bagaimana perasaan wanita-wanita yang Devan kencani justru ada pihak ketiga. Benar orang yang mengatakan bahwa, kita tak akan paham apa yang orang lain rasakan sebelum kita benar-benar mengalaminya. Dan sekarang Sarah paham akan hal itu.

Hening lalu menyapa meja tersebut. Lengang. Sarah bingung hendak mengatakan apa, sedangkan Devan hanya terus saja menatapnya. Evan yang sejak tadi diam kinu sibuk memainkan ponselnya.

Evan berdiri dari duduknya. "Sarah aku duluan ya, ada masalah mendadak dikantor."

"Emang harus banget kamu kesana?" Devan berdecih. Apa katanya tadi? Kamu? Sedangkan ia saja selalu di panggil bapak, bapak, bapak.

Evan mengangguk mantap. "Pak Satria juga dikantor." jawab Evan kemudian berlalu. Kini hanya tinggal Devan dan Sarah yang tersisa.

"Kalian itu gak cocok, lihat aja, masa dia ninggalin kamu sendiri." Ujar Devan.

STRANGE BOSS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang