Belum ngapa ngapain -Devan

17.7K 1.7K 233
                                    


Dua hari lalu Sarah resmi menikah dengan Devan tanpa kehadiran Satria. Awalnya Sarah pun bingung dimana keberadaan kakaknya itu saat ia ijab qabul. Dan sekarang ia tahu jawabannya dari sang empunya langsung yang sedang duduk didepannya saat ini.

Mereka duduk saling berhadapan di ruang pribadi milik Devan. Devan yang nyatanya berperan paling besar dalam pernikahan itu pun ikut hadir disana. Dengan gaya santainya seperti tak ada yang perlu di khawatirkan ia duduk sembari merangkul pundak istrinya. Padahal Sarah sudah beberapa kali menurunkan tangan besar suaminya itu. Ia belum bisa membiasakan dirinya mendapat sentuhan-sentuhan mendadak dari Devan.

Satria yang sudah bosan dengan keheningan disana akhirnya menghela nafas berat. Ia senang akhirnya Sarah menikah. Tapi ia juga kecewa kenapa harus menikah di saat ia sedang keluar kota. Dan lagi, pernikahan yang ia dengar dari orang tuanya itu terjadi begitu cepat layaknya pesantren kilat.

"Karena kalian udah nikah gue bisa dong pesen ponakan yang lucu-lucu."

"Enak banget, Sarah aja masih haid."

Devan bergumam sembari berdecak pelan memikirkan sesuatu yang indah harusnya terjadi saat malam pertama mereka. Sedangkan Satria yang notabene sesama pria tertawa puas saat malam pertama pernikahan yang paling dinantikan Devan tapi justru harus menelan pahitnya kenyataan.

"Kasihan... berarti kalian... "

"Yah belom ngapa-ngapain lah!"

Ucapan ketus Devan mendapat tatapan tajam dari Sarah. Ia juga tahu maksud pria tersebut, tapi ya jangan di umbar juga dong, pikirnya! Itu kan privasi.

"Aduh kasihan banget adek ipar gue yang tampan dan pemberani ini... "

"Si bang Sat!"

"Eh eh kurang ajar Lo sama kakak ipar."

"Lah kan emang bener bang, salah siapa namanya Satria, ya orang kalo panggil pasti bang Sat." Kata Sarah.

"Mentang mentang sekarang suami Lo jadi Lo belain. Dulu aja Lo jelek jelekin, yang aneh lah, usil lah, gak jelas punya bos, sampe Lo doain kena ambeyen lagi… mmppphh."

Perkataan Satria berhenti tiba-tiba saat Sarah menyumpal mulut kakaknya itu. Astaga rasanya Sarah ingin menghilangkan kakaknya itu saat ini juga. Bagaimanapun masa lalu tetap masa lalu jangan sampai terbawa saat keadaan sudah berubah. Bisa-bisa setelah ini kerukunan rumah tangganya akan di uji setelah Devan mendengar semua celotehan kakaknya itu. Baru menikah loh, gak mungkin mau cerai kan.

Dengan cepat Satria menyingkirkan tangan Sarah dari mulutnya. Bukannya ingin protes ia justru menanyakan hal lain.

"Itu telapak tangan gak pernah buat nyuci apa gimana? Alus amat."

Sarah kemudian menatap kedua telapak tangannya "Tangannya orang punya duit ya gini." Ujarnya menunjukkan kembali tangannya di depan wajah Satria

Satria menepisnya cepat. "Hallo adek ipar… tolong lain kali Sarah suruh berkebun aja dirumah, masa suami istri nyari duitnya bareng, mending Sarah ngurus rumah, ngurus anak kalo ada."

Sarah sontak melirik tajam ke arah Satria. Tangannya spontan memukul pria di sampingnya itu. Kompor.

"Iri ya, liat gue sama Sarah barengan mulu?" Kata Devan.

"Iya gue iri, ngape? Durhaka lo jadi adek ipar, gak ada sopan sopannya, besok gue nikah abis itu kita lomba bikin anak."

Sarah membulatkan matanya setelah mendengar ucapan kakaknya itu. Heh dikira tujuh belasan pake acara lomba.

"Oke! Nantangin kok orang udah nikah, mau siang atau malem udah ga pusing mikirin partner."

Sarah memiringkan kepalanya menatap Devan cengo. Enak sekali pikirnya. Memang membuat anak sesimpel itu.

"Yang nikah gak ada momen malem pertamanya jangan sok keras bos!"

"Asal sama Sarah setiap malem gue anggap malam pertama."

"Halah basi omongan lo."

Devan mengedikan bahunya acuh sebelum akhirnya ia sadar kalau Sarah sudah tak ada di tempatnya. Dimana wanita itu. Dua menit yang lalu ia yakin Sarah masih berdiri di samping Satria. Dengan cepat kakinya melangkah keluar ruangan. Mengindahkan panggilan Satria yang menanyainya mengapa ia tiba-tiba pergi.

Di luar ruangan tepatnya meja dimana tempat biasanya Sarah bekerja ia tak ada disana. Kaki Devan kemudian melangkah ke arah pantry yang nyatanya juga nihil.

Devan kemudian mengeluarkan ponsel dari sakunya. Menekan nomor Sarah yang langsung tersambung tapi tak kunjung di angkat oleh sang empu. Devan berdecak ia yakin sekali Sarah pasti mengheningkan ponselnya atau mungkin ada sesuatu yang terjadi.

"Aishh… "

Devan berjalan menghampiri resepsionis.

"Apa Sarah keluar perusahaan?"

"Tadi beliau bilang ingin datang ke reuni sekolahnya dulu."

Devan menghela nafas pelan. Ia kemudian mengangguk paham. Pagi tadi Sarah sudah bilang, lagipula sebelum menikah pun ia sudah tahu Sarah akan menghadiri acara itu. Haishh gara-gara Satria yang rese itu ia jadi melupakannya. Harusnya tadi dirinya lah yang mengantar Sarah kesana. Dan sekarang sang istri justru berakhir datang sendirian. Mana ia sampai kecolongan lagi. Bisa-bisanya Sarah hilang dari pandangnya saat mereka berada dalam satu ruangan.

Senyum tipis kemudian muncul di bibir Devan. Mengingat ini reuni SMA, jadi wajar saja kan kalau seseorang sudah menikah. Disana mungkin akan ada suami bahkan anak-anak dari teman Sarah dulu. Memikirkan itu Devan jadi bersemangat untuk datang dan mengejutkan Sarah dengan datang tiba-tiba.

-

Setelah memilih datang kesini daripada bertahan mendengarkan adu mulut dari Devan dan Satria, kini disana lah Sarah berada. Di sebuah restauran yang menjadi tempat reuni di adakan.

"Sampe sekarang gue masih inget Lo gimana dulu Sarah nolak Bian." Ujar salah seorang wanita hamil disambut tawa yang lainnya. Sarah yang mendengar nya hanya tersenyum. Tak baik juga mengingat cinta masa lalu di saat ia sudah menikah sekarang.

"Kayanya dia cinta banget sama Lo deh, buktinya sampe sekarang dia masih single."

Bian yang duduk disana hanya tersenyum tipis.

"Terus sekarang Lo masih single aja atau udah ada doi atau malah punya suami?"

"Tapi kayanya masih single deh, Sarah kan sibuk kerja."

"Oh no! Wait guys!" Sela Sella. Wanita yang sempat bertemu Sarah dan Devan di restauran.

"Walaupun sibuk kerja, justru sekertaris kaya Sarah mah yang di incer orang-orang penting perusahaan. Buktinya dia pacaran sama bosnya, iya kan Sar? Atau udah putus? Kok bisa sih pacaran sama bos sendiri, jadi kek novel gitu asmaranya HAHAHA."

Seketika meja yang tadinya ramai dengan tawa dan candaan kini berubah menjadi hening. Lengang. Pandangan semua orang beralih menatap Sarah menunggu jawaban dari wanita tersebut.

Elusan tangan kemudian Sarah rasakan di pucuk kepalanya.

"Sekarang sudah menikah. Ada masalah?"

Sarah lalu mendongak. Devan berdiri di balik tubuhnya dengan tangan yang mengelus rambutnya.

"E-eh pak Devan disini?"

Sarah lalu mengalihkan pandangannya. Siapa disini yang mengenal Devan selain dirinya. Dilihatnya temannya yang sedang hamil berdiri menatap Devan. Dan Bian yang sejak tadi menjadi topik pembicaraan dengannya pun ikut berdiri dari duduknya. Nampak memberi sedikit hormat pada suaminya itu.

"Kalian teman istri saya juga?"

Mereka mengangguk. Dan yang lainnya hanya diam menonton apa yang terjadi sekarang ini.

"Bapak sudah menikah? Saya tidak tahu." Ujar Bian.

"Itu karena karyawan pusat saja yang tahu." Padahal nihil, karena nyatanya banyak yang tidak tahu perihal pernikahan mereka.

STRANGE BOSS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang