Keesokan harinya, aktivitas Sarah berjalan seperti biasa usai hal yang tak terduga datang perihal Anggara kemarin. Sedangkan Arya, di ruangannya, laki-laki itu nampak berulang kali menghela nafasnya pelan, pertemuan nya dengan sang Ayah kemarin membuat fokusnya sedikit buyar. Kini tangannya terulur untuk memijat kening sambil memandangi sesuatu di luar ruangan nya. Belum sadar dengan sesuatu yang hilang dari sana. Hingga akhirnya laki-laki itu ingat jika hari ini sekretaris nya mengambil cuti selama tiga hari. Pantas saja saat melihat kesana ia merasa ada yang hilang.
Lagi-lagi ia menghela nafas. Jadwalnya yang padat membuat nya berpikir siapa yang akan membantu nya saat sang sekretaris libur. Dan bodohnya justru ia memberi izin kepada sekretarisnya itu. Hingga satu pemikiran kemudian terlintas dalam benak Arya. Ia berpikir untuk meminjam sekretaris Devan yaitu, Sarah. Lagipula pria itu juga mempunyai asisten, untuk sementara pekerjaan Sarah bisa diambil alih oleh asistennya bukan. Ya, begitu lebih bagus daripada ia semakin pusing memikirkan nya.
Arya kemudian bergegas menuju ruangan Devan. Devan yang tengah sibuk dengan pekerjaan nya menolehkan pandangannya sebentar saat pintu ruangannya diketuk. Arya menyambut pandangannya. Menutup pintu. Lalu, duduk di depannya.
"Baru kali ini aku merasa terhormat saat sedang kedatangan karyawan perusahaanku sendiri." Ujar Devan lalu mempersilahkan Arya duduk.
"Ada apa?" Tanya Devan.
Arya tak langsung menjawab pertanyaan yang terlontar untuknya. Pandangan matanya sibuk menelisik ruangan pribadi milik Devan. "Kudengar kau menolak lamaran Devina?"
Mendengar ucapan tersebut Devan sontak mendongakan kepalanya. "Aku lupa kalau kau kakaknya."
"Aku hanya bertanya."
"Sungguh kau hanya bertanya? Tidak akan mengancamku?"
"Terserah."
"Lalu kenapa kau datang kemari?"
"Sekretarisku cuti selama tiga hari, jadi aku perlu sekretaris untuk menggantikannya sementara waktu."
"Kalau begitu datang temui HRD, untuk apa bicara denganku?"
"Aku ingin Sarah yang menggantikannya."
"Kalau dia membantumu siapa yang akan membantuku?"
"Kau bisa menyuruh asistenmu, kan."
"Kalau begitu kenapa tidak asistenku saja yang menggantikannya?"
"Aku butuh orang yang sudah paham akan pekerjaannya, kenapa rasanya kau tidak ikhlas kalau Sarah bekerja denganku?"
"Kenapa kau sangat memaksa?" Ujar Devan tak habis pikir. Arya tak lagi menjawab. Membiarkan Devan berpikir untuk memutuskan. "Baiklah! Anggap saja ini balasan karena aku telah menolak adikmu."
Setelah Devan mengatakan hal tersebut, Arya pun bangkit dari duduknya kemudian berlalu setelah sebelumnya berterimakasih dan tersenyum tipis pada sang CEO.
Usai kepergian Arya. Kini pikiran Devan melayang membayangkan Sarah yang pasti sangat kegirangan karena akan bekerja untuk laki-laki tersebut. Jangan pikir selama ini Devan tak tahu jika sekretaris nya itu tertarik pada Direktur perusahaan nya. Ia lalu menekan telepon di atas mejanya.
"Masuk keruangan saya." Ujar Devan saat sambungannya terhubung dengan Sarah.
Beberapa saat kemudian Sarah pun datang.
"Kenapa pak?" ujar Sarah saat sudah berdiri dihadapan sang boss.
"Mulai besok kamu jadi sekretaris pak Arya," jawab Devan tanpa menatap lawan bicaranya.
"Serius pak!? Gak bohong kan?" Ujar Sarah antusias.
Lihat saja wajahnya itu, berbinar-binar seperti habis mendapat jackpot besar. Dan senyumnya yang mengembang sempurna nampak terlihat konyol dimata Devan. Tch!
"Tapi kok tiba-tiba?"
"Gausah banyak tanya. Mulai besok kamu gausah dateng keruangan saya."
Dalam hati Sarah bersorak gembira, bagaimana tidak, mulai besok ia tak akan lagi bersitatap dengan Devan. Melainkan wajah tampan Arya yang akan mengawali paginya setiap hari.
"Tapi inget cuma tiga hari."
"Lah? Bukan seterusnya?"
"Itu mah maunya kamu!"
"Lah iya, emang bapak gak bosen liat muka saya tiap hari, bahkan kadang 24/7?"
"Gimana kalau saya rolling job aja sama sekretaris pak Arya, jadi saya kerja sama pak Arya terus sekretaris pak Arya kerjasama bapak." Tawar Sarah.
"Ngatur. Bosnya siapa? Kalo mau ngatur bikin perusahaan sendiri Sana."
"Nih pelajari! Besok kamu yang gantikan saya presentasi." Devan menyodorkan sebuah berkas dihadapan Sarah. Seketika mulutnya terbuka lebar hendak mengeluarkan protesnya.
"Gila aja! Presentasinya besok, saya aja kasih bapak berkas ini sudah dari seminggu yang lalu, kenapa mendadak jadi saya?!"
NIAT BANGET MAU BUNUH GUE LU BANGSUL!
"Kamu ngumpat saya?"
MASIH TANYA LAGI!
"Kali ini saya maafin, sana pelajari, saya tidak mentolerir kesalahan apapun itu. Dan ya, satu lagi, suka-suka saya lah, kan saya bosnya."
-
Malam harinya. Sejak Sarah di kantor hingga sekarang jam menunjukan pukul tujuh malam. Wanita itu terus saja sibuk menghafal. Menjadikan rebahan yang ia anggap surga bagi para pekerja keras langsung terasa tak nyaman saat satu jilid kertas sejak tadi berada digenggaman nya.
Hingga satu jurus kemudian tangannya membanting kasar kumpulan kertas tersebut di atas kasur. "Dasar boss kampret," maki Sarah sembari mengacungkan jari telunjuknya ke langit langit kamar. Tangannya lalu mengepal kuat membentuk sebuah genggaman kuat yang siap ia layangkan kepada Devan. Ah tapi mana mungkin ia berani!
"Liat aja Devan! Dimasa depan gue bakal jadi lebih berkuasa daripada Lo! Hahaha," ujaran yang awalnya penuh keseriusan sekarang berakhir dengan tawa miris. Bagaimana mungkin itu terjadi. Sarah mengacak rambutnya frustasi.
Tubuhnya kemudian dengan cepat bergerak turun dari ranjang. Ia berjalan menuju meja belajarnya yang sejak masa sekolah dulu belum satu kali pun berganti. Sudut bibirnya terangkat menampilkan smirk. Ia ingin melakukan sesuatu. Sesuatu yang mungkin dapat sedikit menghibur dirinya.
Tangannya lalu sibuk mengutak atik laptop miliknya. Hingga setelah satu jam lebih berhadapan dengan benda bermerk apel tergigit itu, layarnya menunjukan sebuah gambar yang baru saja ia buat. Sarah tersenyum puas.
"Karya tangan gue hahaha! Tambahin lagi deh kumisnya." Disana, terpampang foto formal milik Devan yang telah ia edit sedemikian rupa. Wajah mulus Devan kini berubah setelah Sarah menambahkan kumis tebal berbentuk melengkung di atas bibirnya. Belum lagi janggut yang berbentuk memanjang dan juga brewok disekujur wajahnya.
Saking sibuknya ia dengan aktivitasnya sekarang itu, Sarah bahkan tak menyadari kalau Satria berulang kali memanggilnya dari balik pintu. Bahkan sampai pria itu berdiri di samping nya Sarah masih tak sadar.
"Siapa tuh? Tipe idaman lo?" tanyanya sembari mengunyah kacang.
"Etdah busset!" Sarah terlonjak dari tempatnya duduk. "Ketuk pintu kek kalo mau masuk."
"Mau Lo apain tuh orang? Gak dipelet kan?" Ujar Satria penasaran. Sontak Sarah langsung menutup laptopnya kasar. Bisa gawat kalau Satria tahu orang dalam gambar tak lain adalah Devan.
"Sembarangan! Kalau bisa sih mau gue santet sekalian."
"Ya bagus sih, perawakannya cocok tuh jadi tumbal," sahut Satria tanpa berpikir.
Sarah hanya memutar bola matanya malas. Kedatangan Satria adalah untuk memanggilnya agar makan malam. Keduanya pun akhirnya keluar menuju ruang makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
STRANGE BOSS
RandomSarah Adinda. Adalah seorang sekretaris, ralat budak korporat dari seorang laki-laki bernama Devan. Mendadak dituduh selingkuh saat pergi kencan buta oleh bossnya sendiri. Padahal keduanya sedang tidak terlibat hubungan apapun. Saat kencan buta mi...