Baju Dinas

13K 1.2K 39
                                    

YANG GAK VOTE SEMOGA JOMBLO TERUS NGAHAHA!


Bagi seorang aktris seperti Evelyn, citra yang baik serta jauh dari skandal adalah hal yang harus dimiliki. Respon dari masyarakat sangat lah penting bagi karirnya yang termasuk publik figure. Oleh sebab itu ancaman yang Devan lontarkan sekejab dapat membuatnya bungkam. Karena jika skandal perselingkuhannya naik ke permukaan ketika sedang menjalin hubungan dengan Devan maka tamat lah sudah riwayatnya nanti.

Usai keluar dari perusahaan Devan Evelyn segera menghubungi seseorang. Pertama yaitu manajernya agar segera mengurus masalah dikantor Devan supaya tidak bocor. Setelah sedikit beradu mulut dengan sang manajer Evelyn lalu menutup sambungan telephone mereka. Sembari memasuki mobil yang baru saja berhenti didepannya, wanita itu kembali menghubungi seseorang.

-

"Tidak perlu basa-basi. Cepat katakan yang kau mau!"

Dinda nampak tak nyaman duduk ditempatnya. Merasa waspada dengan keadaan sekitar memastikan tak ada yang tertarik dengan keberadaan keduanya disana. (Ps: Dinda si first love nya pak boss, alias Devan)

"Aku juga mengkhawatirkan diriku sendiri! Kau pikir publik figur sepertiku tidak akan dicurigai jika ketauan sedang seperti ini!"

Evelyn tentu saja khawatir. Dirinya datang tanpa asisten alias dengan pribadi menemui Dinda, yang notabene mereka tak saling mengenal sebelum ini.

"Tch! Lalu kerja sama apakah yang akan ditawarkan publik figur ini kepada orang biasa sepertiku." Dinda berujar sedikit mengejek.

"Aku tahu kau pernah menjalin hubungan dengan Devan. Dan kau juga pasti tahu aku pernah menjalin hubungan dengannya juga kan?"

"Lalu kau berniat membuatku jadi orang ketiga di dalam rumah tangganya?"

"Kau lebih pintar persis seperti dugaanku!"

Dinda tentu tahu Devan telah menikah. Lalu datangnya Evelyn yang mendadak padahal mereka tak pernah mengenal dapat dengan mudah ia tebak bahwa pembicaraan mereka tak akan jauh tentang Devan. Orang yang sama yang pernah mereka cintai, bukan.

"Jujur aku masih tidak terima dengan pernikahan Devan, tapi aku juga malas terlibat masalah dengan pria itu. Apalagi ku lihat Devan serius dengan pernikahannya," tutur Dinda.

"Aku tidak berniat merebut Devan kembali. Aku hanya ingin memberi Sarah sedikit pelajaran. Kau bekerja dengan mereka, jadi aku membutuhkan bantuanmu."

"Akan ku putuskan setelah mendengar rencanamu."

Dinda berniat menjadi penonton disini. Namun jika tanpa bantuannya, ia tak bisa menyaksikan drama ini ia tak akan menolak jika ikut campur tangan sedikit bukan.

Bagi Dinda, Evelyn terlalu bodoh sebagai publik figur. Dimana yang seharusnya menjaga nama baiknya sekarang justru berniat membuat masalah untuknya dirinya sendiri. Akan bagus jika rencananya berjalan mulus. Tak ada yang akan dirugikan antara dirinya dan Evelyn. Namun jika terjadi kebalikannya, Evelyn lah yang paling besar terkena imbasnya nanti.

-

Di sebuah mobil. Sarah nampak duduk sambil melihat ke arah jendela. Pikirannya mendadak kembali pada semburat wajah Devan yang nampak berbinar saat ia mengatakan tentang bayi.

"Pak," panggil Sarah pada supir yang saat ini mengendarai mobil menuju rumahnya. Ia memutuskan pulang terlebih dulu karena suaminya bilang ia masih memiliki urusan.

"Iya mbak Sarah ada yang bisa saya bantu?"

"Bapak udah nikah?"

"Anak saya udah dua malah."

"Dulu pas bapak nikah, bapak pengen cepet punya anak gak?"

Sebagai seorang laki-laki harusnya pemikiran Devan dan juga laki-laki didepannya ini tak akan jauh berbeda bukan. Apalagi perihal anak yang sebagian mereka anggap penting supaya mendapat pewarisnya.

"Saya nikah selain untuk ibadah juga untuk mendapat keturunan mbak. Tapi saya gak paksakan istri saya supaya cepat hamil. Anak kan titipan dari yang di atas. Jadi saya pikir kalau istri saya belom hamil itu tandanya belom dikasih kepercayaan dari-Nya."

"Tapi bapak pengen cepet punya anak kan?"

"Iya juga sih," ujarnya sambil terkekeh kikuk. Ia jadi merasa sudah memutarkan arah pembicaraan padahal hanya tinggal jawab iya atau tidak.

Sarah menganggukan kepalanya. Devan juga pasti seperti itu. Apalagi melihat kekayaan yang suaminya itu miliki, tentu saja Devan harus memiliki keturuanan agar perusahaannya mendapat penerus. Ah! Kenapa lagi dengan pikiran Sarah yang selalu berakhir dengan harta kekayaan Devan ya.

-

Berkali-kali sudah Sarah mencoba menghubungi Devan. Tapi nihil karena ponsel pria itu nyatanya tidak dapat ia hubungi. Sudah lima jam berlalu sejak Sarah pulang sore tadi dan suaminya itu tak kunjung kembali. Jam di dinding sudah menunjukan pukul sepuluh malam. Sedang kabar yang laki-laki itu berikan untuk terkahir kalinya adalah bahwa ia akan pulang terlambat.

Sebagai seorang istri yang selalu berusaha berpikir positif Sarah mencoba menenangkan dirinya. Bagaimanapun Sarah tak boleh sembarang menuduh Devan sedang berselingkuh, eh!

Setelah pendengerannya mendengar suara pintu yang terbuka Sarah bergegas keluar dari kamarnya.

"Pak!!"

Devan terlonjak kaget karena panggilan yang Sarah lontarkan sambil berteriak.

"Kamu kenapa teriak?! Saya kaget."

Devan mengelus dadanya. Sumpah demi apapun ia sangat terkejut karena mendapat panggilan seperti itu saat hendak menutup pintu.

"Hp bapak kenapa gak aktif?"

"Hp saya mati."

"Mati?"

"Iya, baterainya habis."

Sarah menghela nafasnya pelan. Ia lalu mengambil alih tas milik Devan sambil menggiringnya menuju kamar.

"Baju kamu kenapa? Gak dingin kamu?"

Sejak pertama melihat Sarah yang memakai baju kurang bahan itu Devan sebenarnya hendak langsung bertanya. Tapi tertunda karena pertanyaan bertubi dari wanita disampingnya itu. Sedangkan Sarah, wanita yang memilih memakai baju 'dinas' nya itu tak merasakan kedinginan sama sekali.

"Bapak mandi dulu, saya siapin makan." Sarah memilih mengindahkan pertanyaan Devan.

"Tunggu dikamar, gausah siapin makan."

"Kenapa?"

"Udah gak laper, mau makan kamu aja."




tbc

STRANGE BOSS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang