Sarah membawa Devan ke tempat dimana dirasa tak akan ada yang melihat mereka. Melepaskan tangan pria tersebut bersamaan dengan helaan nafas kasar yang keluar dari bibirnya.
"Mau apa bapak nyariin saya?" tanya Sarah bersedekap dada.
"Mau ngelamar kamu, boleh?"
"Mulai lagi." Cibir Sarah kemudian berjalan hendak pergi.
"Sebentar," cegah Devan mencekal tangan Sarah.
Sarah melihat tangannya, kemudian beralih menatap Devan yang juga tengah menatap dirinya. Tatapan yang seolah meminta dengan sangat agar Sarah mau mendengar apa yang akan Devan ucapkan.
"Apa? Jangan ngeliat saya begitu saya jadi gugup," gumam Sarah sembari menarik tangannya dari genggaman Devan.
"Gugup karena dekat dengan seseorang itu salah satu tanda kamu naksir saya."
"Saya gugup takut-takut gaji saya dipotong."
"Kamu suka banget sama uang?"
Sejak dari pertama bekerja hingga saat ini, Sarah selalu khawatir dan tidak terima kalau gajinya akan dipotong.
"Iya, emang ada perempuan gak suka uang?"
"Kalau begitu kamu pilih uang atau saya?"
"Jelas uang lah! Uang udah pasti bisa dimilikin tapi kalo bapak-"
Sarah sontak mengatupkan bibirnya rapat. Hampir saja keceplosan! Tunggu! Memangnya ada alasan untuk keceplosan?
"Kalo saya apa?"
"Ngomong-ngomong tadi bapak mau ngomong apa?"
Devan manggut-manggut saja dengan pertanyaan Sarah. Ia juga hampir lupa untuk apa ia memanggil wanita tersebut.
"Setelah saya pikirkan, secepatnya saya akan nikahin kamu."
"Gausah bercanda deh pak, gak lucu, bercandanya nikah mulu."
"Saya serius."
Sarah menggaruk kepalanya karena kikuk, ia benar-benar bingung harus bagaimana menanggapi ucapan bossnya itu barusan. Yang ia pikirkan hanyalah itu berarti selama ini bossnya itu benar-benar menyukai dirinya. Atau ini hanya akal-akalan Devan saja yang mengerjainya.
"Bapak suka sama saya?"
"Apa kurang jelas? Memangnya selama ini dimata kamu saya ini apa? Atau dimata kamu itu saya cuma boss paling aneh yang pernah kamu temui?"
Sarah menegukan ludahnya susah payah. Rasa gugup yang sejak tadi ia rasakan belum juga menghilang, sekarang malah ditambah pertanyaan Devan yang baginya harus extra hati-hati dalam menjawab. Bisa saja karena tak terima dengan jawabannya Devan akan memotong gajinya bukan? Haishh kenapa ujungnya selalu bersangkutan dengan gaji sih?!
"Hanya itu gambaran saya dimata kamu?" Ujar Devan yang tak pernah luput memandangi Sarah.
"Saya kira bukan seperti apa gambaran saya ke bapak yang paling penting sekarang, bapak serius sama omongan bapak barusan? saya cuma memastikan kalau kalau bapak lagi nge-prank saya."
Rasanya pun Sarah malu karena harus mengatakan itu. Tapi ini bukan saatnya malu karena topik mereka sudah sangat serius. Kalau terlanjur Sarah iyakan kemudian ternyata hanya prank semata apakah tidak memalukan untuk dirinya sendiri? Jadi lebih baik cari amannya saja, begitu pikirnya.
Dan bukannya menjawab dengan serius Devan justru tertawa geli di depannya.
"Tuh kan! Pasti bapak ngerjain saya, untung saya gak langsung jawab iya!" Ujar Sarah tersungut karena merasa telah dikerjai apalagi menyangkut hal serius seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
STRANGE BOSS
RandomSarah Adinda. Adalah seorang sekretaris, ralat budak korporat dari seorang laki-laki bernama Devan. Mendadak dituduh selingkuh saat pergi kencan buta oleh bossnya sendiri. Padahal keduanya sedang tidak terlibat hubungan apapun. Saat kencan buta mi...