"Jaemin?"
"Hm? Ah.. maaf"Jaemin mengusap tengkuknya, dia ketahuan melamun padahal masih pagi seperti ini. "Aku.. pergi dulu.. udah telat.. hehe"
Jeno menatap Jaemin yang buru-buru pergi. Padahal baru memakan sarapannya beberapa suap saja. "Dia hanya canggung? Biasanya kan sarapan hanya berdua makanya dia gitu"
Sejak tadi malam Mark terus menelponnya entah untuk apa. Jeno jadi harus bangun beberapa kali sekedar untuk mengecek ponselnya sampai akhirnya dimatikan karena berisik. "Appa sudah diberitahu?"
"Belum. Hari ini aku mau kesana, kamu dirumah aja gak usah kemana-mana"
Jeno mengangguk patuh. Matanya mengedip menatap mangkuk nasi dihadapannya. Sudah lama ia tidak memakan masakan istrinya, saking lamanya ia jadi terlalu merindukannya. Semua, seisi rumah ini ia rindukan. "Aku pergi dulu ya?"***
"Kau... Benar-benar aneh, Lee Jeno"
Jeno hanya mengendikan bahunya, malas meladeni Mark yang terus-terusan bertanya bagaimana bisa Jeno sehat seperti ini sementara beberapa tahun lalu ia sendiri yang melihat makam nya. "Haechan akan marah melihatmu""Biarlah"
"Oh ya.. aku menyuruhnya kesini. Mungkin sebentar lagi dia datang"
"Kau gila?!"
Jeno membulatkan matanya tak percaya, bisa-bisanya Mark menyuruh Haechan kesini tanpa seizin nya. "Mark? Aku langsung masuk tidak apa-apa kan?"Jeno menggelengkan kepalanya, sudah tidak peduli dengan selanjutnya nanti. "Ada apa? Kenapa menyuruh ku datang?"
"Xiyeon man-"
Haechan menatap Mark bingung, jarinya sudah menunjuk pada Jeno yang tengah menonton televisi sambil duduk di atas karpet. "K-kau melihatnya?""Lihat apa?"
Haechan semakin panik apalagi saat Jeno menoleh, "i-itu.. di depan mu itu..""Apa? Aku tidak melihat apa-apa"
"JANGAN BERCANDA BODOH!"
Mark terkekeh melihat wajah Haechan yang sudah merah padam. "Iya, ini Jeno. Kenapa?""B-bagaimana bisa.... LEE JENO AKU BERSUMPAH AKAN MEMUKULIMU SEKARANG!!"
***
"Oh?"bukan hanya Jaemin yang terkejut melainkan semua yang ada disana. Semuanya menatap ke arah Jeno tidak percaya dan mulai berbisik. "Papa kenapa kesini?"
"Papa bosen.. makanya mau jemput kamu aja. Gak apa-apa kan?"
"Hyunjin, duluan ya?"
Yang ditanya hanya mengangguk, dia masih terkejut dengan Jeno yang tiba-tiba datang hari ini. Baru saja mau teriak tadi karena mengira itu hantu.
"Papa.. jalan?""Naik bis sih.. panas banget"
"Papa pulang aja duluan naik bis"
Jeno menggeleng, tangannya merangkul bahu Jaemin. "Buat apa susah-susah papa kesini kalau taunya harus pulang duluan"Selama berjalan kaki tak sedikit yang menatap mereka, beberapa orang mungkin mengingat siapa Jeno sampai-sampai berhenti berjalan hanya untuk melihat Jeno. "Papa.. pulang duluan aja.. pake taksi, gak apa-apa serius"
"Gak nyaman ya?"
Jaemin hanya tersenyum, lagipula Jeno benar. Dia tidak nyaman dengan tatapan-tatapan dari orang lain yang lewat, rasanya risih saja. "Naik taksi aja yuk? Hari ini libur dulu jalan kakinya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Call Him Nana vol.2
FanfictionKembalinya Jeno, mungkin karena Jaemin benar-benar harus bahagia. [diharapkan baca Call Him Nana yang satu nya dulu sebelum kesini, terimakasih]