Bab 10

883 74 7
                                    

"Tentunya saya mempunyai nama sendiri yang saya sebut dalam doa saya!"
Ustad Rezzan

*****

"Hijrah kepada Allah merupakan kewajiban bagi setiap Muslim dan Muslimah. Bagi seorang Muslim yang berjalan menuju kepada Allah, diperlukan ilmu bagaimana berhijrah, terlebih berhijrah dengan hati." 

Naura menjalankan tugasnya dengan antusias, mengamati dengan seksama apa yang diucapkan Rezzan di seberang sana.

Pada pertemuan kajian yang ke-10 ini, Rezzan memilih untuk membawakan tema "Bekal Hijrah di Jalan Allah," yang menurutnya sangat relevan untuk kali ini.

"Hijrah masih sering diartikan sebagai berpindah dari negara yang kufur ke negara Islam. Namun, kajian tentang hijrah ini penting untuk memberikan pemahaman bahwa hijrah kepada Allah memiliki banyak aspek. Hijrah yang paling utama dan mulia adalah hijrah dengan hati menuju Allah."

"Para ulama menjelaskan bahwa hijrah kepada Allah adalah meninggalkan kemaksiatan dan dosa. Kita beralih kepada ketaatan kepada Allah SWT, meninggalkan kecintaan selain Allah SWT, dan menyeluruh dalam memberikan diri kita kepada Allah SWT."

Naura sangat fokus pada penyampaian Rezzan, tetapi pandangannya tiba-tiba beralih ke seorang pria yang terduduk tak jauh dari posisi Rezzan. Punggungnya memiliki bentuk yang kuat dan tegap dengan rambut cepak yang membuat Naura mengenalinya. Sosok itu adalah Alfatih, orang yang membuat fokusnya teralihkan.

Nasya, yang duduk tidak jauh dari putrinya, juga mengikuti pandangan Naura yang tertuju pada seorang pria di seberang sana. Nasya mengerutkan mata, ingin segera mengenali orang yang menarik perhatian putrinya.

"Oh, Alfatih," gumam Nasya.

Apakah benar tidak ada pertanyaan mengenai penjelasan yang saya sampaikan tadi?" tanya Rezzan dengan sopan kepada para jamaah di masjid yang terfokus pada dirinya, kecuali Naura.

Sangat tidak biasa Alfatih hadir dalam kajian subuh kali ini. Biasanya dia akan pergi ke Pariwisata Lautan. Mungkin dia sedang cuti atau entahlah.

"Apakah benar tidak ada pertanyaan?" Rezzan menanyakan lagi, namun belum ada yang berani mengajukan pertanyaan.

Naura kembali fokus pada Rezzan yang meminta pertanyaan. Dia merasa ingin bertanya, tetapi bingung tentang apa yang harus ditanyakan.

"Saya!"

Semua pandangan tertuju pada seorang gadis yang mengenakan mukena putih dan mengangkat tangan kanannya. Gadis itu adalah Dinda.

"Silakan!" jawab Rezzan dengan penuh karisma.

Dinda berdiri, menerima microphone yang diberikan kepadanya.

"Tess...Tes..."

"Sebelumnya, izin ustad Rezzan. Penjelasan Anda tentang hijrah sangat membantu bagi kami yang kurang memahami hal ini."

Rezzan hanya mengangguk sambil tersenyum.

"Pertanyaan saya adalah mengenai hijrah yang dilakukan dengan niat untuk mendekatkan diri kepada Allah agar dijodohkan dengan orang yang membuat kita berhijrah. Saya pernah mendengar istilah 'dekati dulu Penciptanya, baru ciptaannya.' Apakah itu benar, ustad Rezzan?" lanjut Dinda.

Rezzan sedikit tertawa pelan atas pertanyaan dari seorang gadis yang belum ia kenal namanya, tetapi ia tahu bahwa gadis ini adalah teman Naura.

"Pertanyaannya luar biasa," ujar Rezzan.

"Sebelumnya, jika kita berbicara tentang jodoh, kematian, dan rezeki, semuanya telah ditetapkan oleh Allah, termasuk jodoh. Mengenai pertanyaan tadi, memang baik jika kita memiliki niat untuk berhijrah agar mendekatkan diri kepada Allah dengan harapan dijodohkan dengan orang yang membuat kita berhijrah. Namun, jangan pernah merasa kecewa ketika kita sangat ingin dekat dengan seseorang melalui perantara yang di atas, tetapi kehendak-Nya lain. Jangan pernah kecewa. Saya ingin menekankan lagi, jangan pernah kecewa. Terlebih lagi, jangan kecewa kepada Yang Maha Atas. Sebenarnya, itu akan menimbulkan hal-hal yang tidak baik dan sangat buruk."

Rezzan mengambil napas dalam-dalam, lalu menghembuskannya perlahan.

"Minimalnya, kita harus memiliki niat yang baik dalam melaksanakan hijrah. Jangan semata-mata dilandasi oleh kepentingan dunia. Menurut saya, selalu berdoa dengan seperti ini, 'Jika dia jodohku, dekatkanlah aku dengannya. Namun, jika bukan, jauhkanlah dengan cara yang baik.' Insya Allah, Allah Mahakuasa dan Dia mengetahui niat yang tulus dan tidak tulus," lanjut Rezzan.

Naura terkagum-kagum mendengar penjelasan yang disampaikan oleh Rezzan. Laki-laki itu sungguh luar biasa. Tentunya, dia menjadi idaman bagi wanita-wanita yang belum menikah.

"Terima kasih, ustad, atas penjelasannya! Untuk ustad sendiri, jika Anda menjadi alasan seseorang untuk berhijrah, bagaimana pendapat Anda?" tanya Dinda.

Semua jamaah dalam masjid, termasuk Naura yang masih mencerna pertanyaan Dinda, terdiam. Rezzan mengerutkan keningnya, dan dia langsung memahami maksud dari pertanyaan itu.

Rezzan menahan napas sejenak, merenung dalam keheningan sebelum melanjutkan.

"Pertanyaan yang diajukan sangat menarik," ujar Rezzan dengan suara penuh pemikiran. "Sebagai seorang yang menjadi alasan bagi seseorang untuk berhijrah, ada dua hal yang perlu saya tekankan. Pertama, sebagai manusia biasa, saya tidak memiliki kuasa untuk mengatur takdir seseorang. Semua itu ada di tangan Allah Yang Maha Kuasa. Kedua, ketika seseorang berhijrah dengan niat yang tulus karena Allah, maka mereka akan menemukan kebahagiaan dan kedamaian, apapun yang terjadi dalam hubungan mereka."

Naura mendengarkan dengan seksama, terkesima akan bijaknya kata-kata yang diungkapkan oleh Rezzan. Pandangannya tertuju pada wajahnya yang penuh ketenangan dan kebijaksanaan.

"Saya selalu berpegang pada keyakinan bahwa hanya Allah yang tahu apa yang terbaik untuk kita. Oleh karena itu, jika seseorang berhijrah menuju Allah karena saya, saya mendoakan agar langkah mereka itu dipenuhi dengan keberkahan dan kesuksesan. Jika memang kita ditakdirkan untuk bersama, maka Allah akan mempermudah jalannya. Namun, jika bukan, kita harus menerima dengan ikhlas dan terus berdoa untuk kebahagiaan mereka," tambah Rezzan dengan tulus.

Suasana di masjid menjadi hening. Para jamaah merenungkan kata-kata bijak yang baru saja diungkapkan oleh Rezzan. Mereka merasakan kehadiran kedamaian dan kebijaksanaan yang tersirat dalam setiap kata yang disampaikan.

"Dan satu lagi, saya juga memiliki nama sendiri yang selalu saya sebut dalam doa-doa saya!" ujar Rezzan.

●︿●

Makasih yang udah baca tanpa vote:')
Hehe gak papa sebenernya juga.
Oh iya btw! Gimna soal bab 10 kali ini.
Ku harap berkesan yah!
Salam hangat dari Author.
-Ntrufayme

Keputusan (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang