Epilog

1.4K 38 2
                                    

24 Mei 2021

Hari itu, matahari bersinar cerah di sudut kota Jakarta, menciptakan suasana yang bersemangat. Kehidupan pun bergulir kembali dengan aktivitas para pekerja yang mulai bergerak sejak pagi. Namun, di tengah-tengah keriuhan itu, satu gedung menonjol dengan gemerlap harapan. Gedung itu penuh dengan para tamu yang tampil istimewa, semuanya dengan senyuman dan doa terbaik. Papan bunga bermacam-macam ucapan selamat, berjejer di depan gedung, memberikan kesan istimewa pada hari itu.

Tujuh hari yang lalu, Naura telah menjalani momen penting dalam hidupnya: menerima perjodohan yang diatur keluarganya. Hari ini, keputusan itu memuncak pada akad nikah mereka, dalam sebuah upacara yang sederhana namun penuh makna. Hanya keluarga dan sahabat terdekat yang hadir, menciptakan suasana intim.

Nuansa putih menghiasi ruangan, dengan lampion-lampion menghasilkan cahaya yang hangat dan mengundang. Air mancur di tengah ruangan menciptakan ketenangan. Para tamu undangan memadati tempat duduk mereka, siap untuk menyaksikan pernikahan yang akan mengikat dua jiwa.

Rezzan, dengan suara mantap dan lugas, mengucapkan kalimat akad dengan penuh makna. Saksi-saksi mengangguk, menandakan sahnya ikatan suci ini. Semua mata terfokus pada mereka, dua insan yang kini bersiap untuk menjalani perjalanan hidup bersama.

"Sah?" tanya penghulu dengan penuh keyakinan.

"Sah!" jawab para saksi dengan suara serentak, memastikan ikatan ini sah di mata hukum dan Tuhan.

Naura merasa hatinya berbunga-bunga. Tatapannya beralih di antara Rezzan dan saksi-saksi, merasakan aura kebahagiaan yang terpancar dari setiap sudut. Matanya bertemu dengan Rezzan, dan dalam pandangan itu terbaca janji dan tekad yang tulus.

Dalam keremangan cahaya, Nasya menitikkan air mata haru, melihat putrinya dengan mantan kecilnya kini resmi menjadi pasangan yang sah. Atha, dengan bangga dan haru, menyaksikan anak perempuannya memasuki babak baru dalam hidupnya. Siti, sahabat Naura, tersenyum bahagia, merasakan kebahagiaan besar untuk temannya.

Di antara para tamu, Alfatih dan Dinda merasa pilu. Mereka telah belajar dari perjalanan Naura dan Rezzan, tentang takdir yang tidak selalu mengikuti rencana. Alfatih merasa belajar tentang kesabaran dan pengorbanan, sedangkan Dinda merasakan betapa berharganya memahami takdir dan tunduk pada kehendak Tuhan.

Rezzan merasa dunianya berputar. Semua perjuangan dan niat baiknya membawa hasil yang begitu indah. Dia melihat Naura, sosok wanita yang berhasil merangkul hatinya dengan keunikan dan kepolosan yang dimilikinya. Semua perjalanan mereka, dari pertemuan pertama hingga saat ini, seperti titik-titik yang menghubungkan takdir mereka.

Naura merasa seperti dalam mimpinya sendiri. Tidak ada yang bisa memprediksi bagaimana perjalanan hidupnya berbelok seperti ini, menjadi istri seorang direktur tempat dia bekerja. Namun, semuanya terasa begitu alami. Dia percaya bahwa takdir telah membawanya pada titik ini, pada Rezzan.

Tatapan mereka bertemu, dan dalam mata itu terukir janji untuk saling mendampingi dalam kebahagiaan dan kesulitan. Rezzan tersenyum, dan Naura membalasnya dengan penuh cinta dan keyakinan.

"Dalam hidupku, aku akan selalu bersyukur atas kehadiranmu," ucap Rezzan dengan suara tulus.

Naura menatap Rezzan dengan intensitas, dan dengan suara lembut, dia menjawab, "Dan dalam hidupku, kamu adalah takdir yang akan selalu aku pilih."

Di bawah sinar matahari yang melambangkan harapan baru, janji mereka diucapkan di depan Allah dan saksi-saksi. Pada hari itu, takdir mereka yang begitu rumit berjalan dengan indah. Pada hari itu, dua hati yang berbeda menyatu dalam cinta dan ikatan yang suci. Naura Alitha Atha dan Abraham Rezzan Sauqi, kini berjalan bersama dalam hidup, mengukir cerita baru yang dipenuhi dengan cinta, kesabaran, dan ketulusan.

-SELESAI-

Keputusan (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang