Bab 11

750 61 6
                                    

Pada dasarnya, manusia adalah makhluk yang penuh dengan rasa ingin tahu - curiosity. Sifat inilah yang mendorong mereka untuk menjelajah dan memuaskan keingintahuan yang ada. Ada tiga faktor utama yang berperan dalam memunculkan rasa ingin tahu, yaitu faktor psikofisik, faktor ekologi, dan faktor kolatif. Faktor psikofisik berkaitan dengan intensitas fisik, sementara faktor ekologi berhubungan dengan motivasi dan relevansi tugas. Faktor kolatif mengacu pada perbandingan antara rangsangan atau fitur yang berbeda yang mungkin dirasakan atau diingat.

Ketika sebuah kalimat diresapi oleh otak melalui telinga, melintasi perjalanan dari telinga luar, telinga tengah, telinga dalam, hingga akhirnya mencapai pusat pendengaran di otak, munculah keingintahuan dalam diri manusia. Hal ini terjadi pada Naura ketika ia mendengar kalimat yang diucapkan oleh Ustad Ezzan saat subuh tadi. Otaknya langsung merespons dengan kontraksi untuk memuaskan rasa keingintahuannya.

"Naura, kamu harus fokus pada pekerjaanmu yang belum selesai! Jangan terlalu terpaku pada pertanyaan itu," ucapnya pada diri sendiri.

Meskipun pikirannya masih teralihkan oleh kalimat yang terus memanggilnya, Naura mengingatkan dirinya sendiri untuk tetap fokus. Ia memiliki tugas laporan yang harus diselesaikan untuk diserahkan kepada direktur. Awalnya, Naura telah berencana untuk menyelesaikannya beberapa jam sebelum batas waktu. Namun, seperti halnya dengan kebanyakan orang, seringkali keajaiban terjadi mendekati deadline, dan pekerjaan dapat terselesaikan dengan baik.

"Emang harusnya ngerjain pas mepet deadline!"  gumam Naura sambil mematikan laptopnya dan kembali berfokus pada tugas laporan yang sedang dikerjakan. Kemudian, ia meninggalkan kamarnya dengan tekad yang kuat.

Naura merasa terdorong untuk pergi ke rumah Dinda dan menanyakan mengenai waktu kajian subuh. Ia masih penasaran dan ingin memahami lebih dalam mengapa Dinda mengajukan pertanyaan tersebut. Bagi Naura, pertanyaan semacam itu tampak sedikit sensitif dan terkesan memiliki tujuan tersendiri. Dengan niat yang bulat, Naura keluar dari rumahnya, berharap juga bisa bertemu dengan Alfatih dan berbincang mengenai banyak hal.

********

Suara dering ponsel menyela ketenangan ruangan, mengganggu fokus Nasya yang tengah asyik dengan jarum jahitnya. Ia melangkah menuju meja dekat jendela, tempat ponselnya tergeletak.

Nasya memandang layar dengan penuh antisipasi, menunggu panggilan yang dinantikannya selama dua hari terakhir. Nama yang muncul adalah suaminya sendiri, Atha.

"Hallo... Assalamualaikum," sambut Nasya dengan suara lembut.

"...."

"Kenapa baru sekarang menelepon? Apa semuanya baik-baik saja di sana? Tidak ada masalah dengan keluarga yang kamu temui?"

"...."

"Alhamdulillah kalo gitu. Aku khawatir ada yang tidak beres. Bagaimana dengan kondisimu?"

"...."

"Sangat lega mendengarnya. Aku juga dalam keadaan sehat, tapi putri kita khawatir saat mengetahui kamu pergi ke Jakarta tanpa memberinya tahu terlebih dahulu. Putri kita sangat mencintaimu." Nasya teringat betapa paniknya putrinya ketika mengetahui kepergian Atha ke Jakarta.

"Kapan kamu pulang?"

"...."

"Hari Jumat? Baiklah, jaga kesehatan, selalu gunakan masker, sarung tangan, dan bawa hand sanitizer. Hindari kerumunan saat pulang. Jagalah dirimu di sana. Jika ada masalah, hubungi aku segera."

"....."

"Begitu ya. Oh, satu lagi, aku berharap perjodohan kita dapat dipercepat. Takut ada orang lain yang muncul dalam kehidupan Naura."

"...."

"Aku khawatir, putri kita sudah tumbuh dewasa dan memiliki pilihan serta jalannya sendiri. Karena ini juga kesepakatan kita, aku hanya turut serta dan merasa ini adalah langkah terbaik."

"...."

"Iya, iya... Baiklah, Assalamualaikum."

Nasya mematikan ponselnya dan kembali fokus pada aktivitas menjahitnya, merapikan celana hitam suaminya. Dengan keahlian yang dimilikinya, Nasya dengan tenang dan cermat mengoperasikan jarum kecil yang berada di genggamannya.

●︿●

-Ntrufayme

Keputusan (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang