Bab 22

574 38 1
                                    

10 hari sebelum puasa

Suara deru mobil melintas di depan rumah hijau lumut dengan pagar putih bergaris hitam. Sebuah Honda CRV hitam terparkir dengan mulus, mengungkapkan seorang pria dalam setelan formal keluar dari pintunya. Sementara di sebelahnya, seorang wanita yang tampak anggun dan berusia di atas 40 tahun turun dari mobil dengan penuh perhatian.

Mereka berdua memasuki halaman rumah, dan tampak jelas bahwa mereka adalah ibu dan anak. Seolah merasakan kehadiran tamu, penduduk rumah itu keluar dari dalam dan mendekati pintu. Pasangan suami istri yang tinggal di rumah itu tampak penasaran dan bertanya-tanya siapa yang datang.

"Siapa ya?" tanya sang istri dengan rasa ingin tahu.

"Aku juga tidak tahu," jawab sang suami, mengernyitkan dahi.

Dengan senyum ramah, pria  itu memberi salam dan merentangkan kedua tangannya untuk bersalaman dengan tuan rumah. Wanita yang juga berada di sampingnya melakukannya dengan penuh sopan.

"Assalamualaikum," sapa pria tersebut.

"Waalaikum salam," balas tuan rumah dengan sopan.

"Ada yang bisa saya bantu? Ada urusan apa?" tanya sang tuan rumah, tetapi tampak kebingungan di matanya.

"Dengan izin, saya Sarah Fatma, dan ini putra saya, Abraham Rezzan Sauqi. Apakah ini kediaman Bapak Atha dan Ibu Nasya?" ujar Sarah dengan sopan.

Wajah Atha terlihat sedikit heran, namun dia tetap mengikuti alur percakapan dengan sikap yang ramah, "Ya, benar. Saya sendiri adalah Atha."

"Apakah kami boleh masuk sejenak?" tanya Sarah dengan sopan.

Atha mengangguk memberikan izin, mempersilahkan Sarah dan putranya masuk ke dalam. Mereka berjalan menuju ruang tamu. Di sana, Nasya, istri Atha, sudah menyiapkan minuman dan makanan ringan untuk menyambut tamu. Namun, Sarah menolak tawaran itu dengan sopan, mengatakan bahwa dia ingin segera melaksanakan maksudnya.

Sarah meletakkan sebuah amplop tua yang terlipat di atas meja, "Ini dari suami saya. Barangkali Pak Atha bisa membacanya terlebih dahulu," kata Sarah setelah menaruh surat tersebut dengan lembut.

Atha masih dalam kebingungan, tetapi dia mengikuti dengan cermat kata-kata yang diucapkan oleh wanita di hadapannya. Dengan hati-hati, Atha membuka amplop itu dan membaca isinya, dari awal hingga akhir. Sementara itu, Nasya yang juga penasaran hanya bisa menahan diri dan mencuri pandang dari jarak jauh.

Tiba-tiba, isakan emosi pecah dari bibir Atha, air mata pun mulai mengalir dan menyerap kedalam kertas yang dia pegang. Nasya yang menyaksikan adegan tersebut merasa bingung, sedangkan Sarah tetap tersenyum dengan lembut. Di sisi lain, putra Sarah yang bernama Rezzan tersenyum kecil dengan sopan, meski wajahnya sedikit tertunduk.

26, April 2020

Untuk: Atha Anggara Pramudya

Assalamualaikum

Sebelumnya kalo lo baca surat ini, gue udah beda alam sama lo, dan mungkin surat ini tersampaikan dan terima ke lo melalui bini gue. Hehehe sebenarnya gue udah lama banget nyari keberadaan lo, karena udah lebih dari 20 tahun lo sama gue nggak ketemu lagi.

Lo masih ingetkan, kalo lo sama gue pernah buat janji bakal jadi besan di suatu saat nanti. Tentunya itu yang gue harapkan setelah lo baca surat ini. Iya! Gue pengen banget lo jadi besan gue. Walau di posisi saat ini gue nggak ada dan nggak ngerasain jadi besan lo, tapi setidaknya apa yang gue mau dari dulu, terwujud walau nggak secara langsung gue rasain.

Gue punya anak cowok, dan gue juga tahu, lo punya anak cewek. Nah, oleh karena itu, anak gue sampai saat ini belum punya pendamping, karena gue larang punya wanita lain selain anak dari lo yang bakal gue jodohin sama anak gue. Jangan kaget! Karena ini emang janji lo sama gue.

Kalo bini gue dah ngasih surat ini, gue harap lo mau atas apa yang janji kita buat. Karena ini adalah hal yang gue mau sebelum gue ninggalin dunia fana ini, tapi Allah udah punya kehendak lain dan harus misahin gue sama dunia ini.

Ya udah itu aja, gue harap lo mau dan bakal ngelakuin. Karena anak gue juga udah suka sama anak lo dari lama, tapi gue selalu ngelarang dia, sebelum tahu pasti bahwa dia adalah anak lo Naura Alitha Atha.

Terima kasih

Abraham Radit Sauqi

"Suami saya meninggal karena Covid dan surat itu pun tidak sengaja saya temukan di saat saya membereskan ruang kerjanya," ujar Sarah, merusak keheningan yang tadinya mengisi ruangan dengan warna semi-putih dan cokelat.

Atha mengusap sisa-sisa air mata yang menghiasi pipinya, kemudian melipat surat itu dengan hati-hati dan memasukkannya kembali ke dalam amplop. Matanya beralih pada pria dewasa yang duduk di samping Sarah.

"Putra Anda mirip sekali dengan suami yang telah pergi dan sahabat saya," ucap Atha, suaranya masih terasa terguncang oleh emosi dan kesedihan.

Rezzan bangkit dari tempat duduknya, langkahnya lembut mendekati Atha. Dia menundukkan satu kakinya, lalu menghadap langsung ke arah Atha, dan dengan tulus berbicara.

"Saya kemari dengan ibu saya ingin menuntaskan keinginan Ayah saya.Saya sendiri benar-benar ingin menjadikan putri Om sebagai calon pendampingsaya, karena saya sendiri sudah memendam perasaan ini."

Keputusan (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang