Penting !
© Cerita ini hanya fiksi belaka. Kesamaan nama, tempat dan waktu tidak melatari cerita sejarah apapun."lupakan masalah yang tadi. Sebenarnya hal apa yang ingin anda bicarakan dengan saya your highness?" tanya Sabrina penuh selidik. Sejak tadi Sabrina tak henti-hentinya menebak tujuan sebenarnya putra mahkota menemuinya. Pria itu terlalu sulit untuk ditebak isi hati dan pikirannya.
Putra mahkota terdiam sejenak sebelum berdehem pelan. Setelah itu menatap langsung kesepasang mata Sabrina. Sabrina bisa merasakan jika pria itu ingin mengatakan suatu hal di luar dugaan. Entah baik atau buruk.
"jadilah permaisuriku Sabrina" ucap putra mahkota spontan dengan raut wajah datar.
Sabrina mengerjapkan mata cepat. Tak yakin dengan apa yang baru saja putra mahkota katakan. Pasalnya ekspresi pria itu sungguh tidak meyakinkan.
"maaf. Bisa anda ulangi apa yang sebelumnya anda katakan your highness?" tanya Sabrina dengan wajah khas orang kebingungan.
"mulai sekarang panggil aku Halard dan aku rasa kau mendengar dengan jelas apa yang baru saja aku katakan barusan" kali ini sudut bibir putra mahkota sedikit naik. Pria itu tersenyum walaupun amat tipis.
"eh? anda baru saja meminta saya menjadi permaisuri? Apa saya tidak salah dengar?" Sabrina menggaruk tengkuknya tak gatal. Tiba-tiba Sabrina merasa gugup dan salah tingkah. Mimpi apa sebenarnya yang sedang Sabrina alami saat ini.
"permaisuriku lebih tepatnya" tambah putra mahkota atau bernama asli Halard.
Sabrina tak habis pikir dari mana pria itu punya gagasan untuk menikahinya. Demi tuhan, Sabrina tidak menduga putra mahkota akan melamarnya seperti ini. Pria itu benar-benar sesuatu.
Sebagaimana ayahnya katakan. Pernikahan antar bangsawan jarang dilandaskan oleh cinta. Mereka menikah untuk mencapai keuntungan dua belah pihak. Sabrina rasa putra mahkota termasuk salah satunya.
Mereka baru bertemu beberapa kali dan pria itu langsung melamarnya. Walaupun situasi saat ini jauh dari kata romantis. Setidaknya niat pria itu tersampaikan dengan jelas.
"lantas bagaiamana dengan Lady Mottram? Bukankah dia kekasih anda? Seharusnya dia yang anda lamar bukan saya"
Kini raut wajah putra mahkota yang berganti kebingungan. "apa aku pernah berkata padamu jika wanita itu kekasihku?"
Sabrina sontak menggeleng.
"ck. dan dari mana dugaan bodohmu itu muncul?"
Sabrina seketika teringat adegan dimana putra mahkota sedang bercumbu dengan Lady Nora Mottram di taman istana waktu itu.
"saat di taman istana. Anda terlihat sangat menikmati bercumbu dengan Lady Mottram" Sabrina mengatakan dengan gamblang apa yang ia lihat.
Putra mahkota menghembuskan nafas pelan "aku pria dewasa Sabrina. Aku rasa kau pun tau apa itu gairah masa muda. Lagipula aku melakukan itu sebelum bertemu dan mengenalmu. Nora pun beranggapan sama denganku. Tidak ada hubungan seperti itu diantara kami"
Entah kata apa selain brengsek yang pantas disematkan kepada putra mahkota untuk saat ini.
Hubungan putra mahkota dengan Lady Mottram pastinya tidak sesimpel apa yang baru saja putra mahkota katakan. Siapapun yang melihat interaksi keduanya pasti akan menyadari chemistry mereka. Meskipun di tempat ini wajar untuk seorang pangeran memiliki wanita simpanan. Sabrina tetap saja tak bisa menerima untuk berbagi dengan wanita lain jika kelak ia benar-benar menikah dengan putra mahkota.
Putra mahkota memang tak bisa diremehkan. Seperti Robert yang pada mulanya mendekatinya guna mendapat dukungan. Putra mahkota tentu memiliki tujuan yang tidak berbeda jauh dari pria itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
What the Lady Wants
Historical FictionTerbangun ditubuh seorang putri bungsu Duke Melville entah Sabrina harus merasa beruntung atau sial