Bab 43

9.2K 964 94
                                    

Penting !
© Cerita ini hanya fiksi belaka. Kesamaan nama, tempat dan waktu tidak melatari cerita sejarah apapun.

Halard menghempaskan diri ke sebuah tembok di belakangnya. Menyenderkan tubuh seraya menghisap dalam cerutu yang diapit jari telunjuk dan jari tengah. Kepulan asap yang ia hembuskan sedikit banyak membuatnya tenang. Rasa manis dari tembakau yang ia hisap mengingatkan Halard akan bibir Sabrina. Membayangkan wanita itu menimbulkan sensasi aneh pada tubuhnya. Hal tersebut berlaku juga untuk sekarang.

Suara ringan langkah kaki membuat Halard seketika waspada. Sayup-sayup gemuruh keriuhan pesta masih tertangkap jelas di pendengaran Halard yang sensitif. Saat ini Halard berada di lantai dua bangunan istana. Letaknya agak jauh dari aula tempat pesta dilaksankan. Akan tetapi semua itu tak menghalangi Halard untuk mengetahui segala aktifitas yang tengah di lakukan di aula pesta.

Melalui ekor matanya Halard mendapati seorang wanita berdiri anggun di sampingnya. Tanpa menengokpun Halard tau betul siapa gerangan wanita tersebut. Sejauh mata memandang hanya ada hamparan langit malam tanpa bintang. Jujur saja, dirinya lebih menikmati pemandangan tersebut dibanding wanita di sampingnya.

"Halard" sapa wanita yang berada tak jauh darinya.

Halard berpaling sembari menghisap cerutu ditangannya. Tak ada jawaban dari Halard. Sebaliknya, hanya ada tatapan datar dari Halard yang ditujukan untuk wanita yang baru saja memanggil namanya.

Wanita yang tak lain adalah Putri Mahkota Luminera. Yenerika.

Yenerika menghembuskan nafasnya pelan sebelum memulai pembicaraan.

"ada sesuatu yang harus aku jelaskan. Semoga kau tak akan berpikir terlalu buruk tentangku karena..." Yenerika tak melanjutkan ucapannya, melirik sejenak dengan malu-malu pada Halard.

Halard menyeringai kejam.

"berpikir buruk tentang kau?" Halard mengucapkannya dengan nada rendah tanpa repot-repot menunggu kelanjutan kalimat Yenerika. Hal tersebut justru membuat tubuh Yenerika seketika menggigil.

"aku sama sekali tak memikirkanmu princess" lanjutnya dengan santai dibarengi hembusan kepulan asap cerutu. "Aku tak tertarik dengan persetujuan atau penolakanmu, sederhananya, aku tak peduli apa yg kau pikirkan atau rasakan."

Yenerika terkejut dengan sifat dingin Halard. Memang, hubungan mereka telah kandas beberapa tahun yang lalu. Tetapi Yenerika masih memiliki perasaan pada pria itu. Yenerika sedikit terpukul mendapati kenyataan seperti ini.

Yenerika bukanlah wanita lemah yang hanya bisa menangis. Yenerika adalah putri mahkota yang nantinya akan mewarisi sebuah kerajaan besar. Tidak ada kata mengemis apalagi memohon dalam kamusnya. Apa yang ia inginkan harus ia dapatkan, terlepas dengan cara apa ia mendapatkan hal tersebut.

Halard adalah satu-satunya pria yang Yenerika anggap setara dengan dirinya. Demi Halard Yenerika rela melakukan apa saja. Selain tampan dan berkarisma, Halard juga merupakan calon raja masa depan. Terlebih lagi penerus tampuk kepemimpinan Impreium Delacroix. Kerajaan dengan kedudukan nomor satu diantara kerajaan lainnya. Suatu kombinasi lengkap yang langka, sangat disayangkan untuk dilewatkan. Jika saja dulu Yenerika bisa sedikit bersabar, mungkin saat ini ia telah resmi menikah dengan Halard.

Satu-satunya kesalahan Yenerika adalah terlalu memaksa Halard untuk segera menikahinya. Ketakutannya akan kehilangan Halard menjadi salah satu alasan mengapa Yenerika melakukan hal demikian. Yenerika salah besar telah memaksa tanpa menunggu dan memikirkan kesiapan Halard pada pernikahan.

"jika kau benar-benar tak peduli. Aku penasaran, apa kau kerepotan untuk menjadi sangat ketus dan menyakitkan saat berbicara padaku?" Yenerika menatap dalam sepasang bola mata biru Halard. Bola mata indah yang berhasil memerangkap Yenerika.

What the Lady WantsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang