Bab 15 (the truth)

13.2K 1.4K 41
                                    

Penting !
© Cerita ini hanya fiksi belaka. Kesamaan nama, tempat dan waktu tidak melatari cerita sejarah apapun.

"senang bertemu denganmu kembali Lady Melville" kata Robert setelah ia mengutus orang untuk menemani Lady Ambrose berkeliling istana terlebih dulu. Kebetulan yang mulia ratu masih memiliki kesibukan sehingga acara minum teh terpaksa diundur sementara waktu.

Sabrina tersenyum paksa. Dalam hati merutuki Robert yang senang sekali bertingkah seenaknya. Setelah ini dia harus segera kembali menjelaskan situasi sebenarnya kepada Lady Ambrose "kalau pangeran tidak keberatan. Pangeran bisa segera mengatakan hal apa yang ingin anda bicarakan dengan saya"

Robert menatap dalam sepasang mata kehijauan milik Sabrina sebelum bertanya dengan raut wajah serius "apa kau membenciku?"

Sabrina terdiam. Tidak mengira jika Robert akan bertanya seperti itu.

Sejujurnya Sabrina tidak membenci Robert. Dirinya hanya tidak ingin berhubungan terlalu jauh dengan seseorang yang berasal dari dunia ini, terlebih berasal dari istana. Memiliki perasaan khusus kepada seseorang hanya akan menambah daftar kelemahan pada diri Sabrina. Cukup dengan kehadiran Nigel Cavendish yang merupakan cinta pertama Sabrina Melville membuat Sabrina goyah.

"apa saya memiliki alasan untuk membenci anda your highness?" Sabrina hanya sedikit kesal kepada Robert yang berhasil menipunya tapi tidak sampai hati untuk membenci.

"entahlah. Aku hanya merasa kalau kau sengaja menghindar dariku Lady Melville"

Sabrina menghembuskan nafas sesaat. Sore itu angin berhembus cukup kencang hingga berhasil menerbangkan anak-anak rambutnya.

Robert yang melihat hal tersebut secara sadar menyentuh rambut Sabrina setelah itu menyatukan dan mengaitkannya dibelakang telinga.

Sabrina terbelalak. Nafasnya sempat tertahan ketika Robert melakukan aksi tersebut. Baru kali ini ia merasakan seorang pria menyentuh rambutnya secara langsung.

"maaf. Sepertinya kau terlihat tidak nyaman tadi" kata Robert tanpa ada penyesalan.

Sabrina tersenyum kaku sembari membetulkan rambutnya "apa saya boleh bertanya untuk memastikan sesuatu?"

Robert mengangguk. Mempersilahkan Sabrina untuk bertanya apapun itu.

"apa anda menyukai saya pangeran?" tanya Sabrina langsung. Dalam hati dia sudah menduga reaksi apa yang akan diperlihatkan Robert.

Sesuai perkiraan Sabrina. Pria itu terdiam, seakan-akan sesuatu baru saja menyentaknya kuat. Jelas sekali Robert bimbang dengan perasaannya sendiri. Pria itu memang mengatakan tertarik pada Sabrina dan rasa tertarik belum tentu suka apalagi cinta, tetapi niat Sabrina bertanya demikian hanya bertujuan untuk mempertegas sesuatu di antara mereka sekaligus mematahkan apapun niat pria itu.

"bagaimana jika aku katakan, aku mulai menyukaimu" jawaban Robert tidak dapat memuaskan Sabrina. Tentu jawaban seperti itu bukanlah yang Sabrina harapkan.

"anda sendiri tidak yakin dengan perasaan anda your highness. Saya jadi bingung harus bersikap seperti apa kepada anda"

Lagi-lagi Robert terdiam. Sepertinya pria itu memang sangat buruk dalam menghadapi persoalan seperti percintaan ataukah... ia hanya sedang berpura-pura?

Sabrina tersenyum lembut "anda tau, tidak ada paksaan dalam mencintai kalaupun ada itu bukanlah cinta melainkan kemalangan. Saya tau jika Robert tidak menginginkan pertunangan dengan Lady Ambrose, tapi menjadikan wanita lain sebagai tameng perlindungan dari hal tersebut, benar-benar sangat jahat your highness"

Mendengar perkataan Sabrina ekspresi wajah Robert yang semula sendu dan syarat akan kesedihan dengan cepat digantikan oleh raut wajah jenaka. Sebuah seringai terbit di bibirnya. Robert telah menunjukan wajah asli dibalik topeng miliknya.

Huh! Sabrina sudah tau niat pria itu sejak awal. Robert bukanlah pria baik hati serta naif akan cinta. Pria itu sangat berbahaya, bahkan jauh lebih berbahaya dibanding ular berbisa sekalipun. Robert ahli berkamuflase sekaligus memiliki banyak tipu daya untuk mencapai tujuannya. Tentu saja seorang pangeran pastilah mempunyai strategi tersendiri untuk bertahan hidup.

Sudah jelas niat Robert mendekati Sabrina hanya untuk menjadikan dirinya sebagai tameng pelindung dari pertunangannya dengan Lady Ambrose. Tidak mungkin pria sejenis Robert dapat dengan mudah menyukai wanita seperti Sabrina dalam kurun waktu yang sangat singkat. Bagaimanapun ini dunia nyata, bukan film, novel atau komik bergenre romantis yang dimana pangeran dapat jatuh cinta dengan mudah kepada seorang wanita dipertemuan pertama mereka.

Robert jelas memiliki rencana dengan memanfaatkan Sabrina. Untungnya Sabrina tidak sebodoh itu jatuh kedalam pesona seorang Robert.

Robert tertawa, seolah sudah sekian lama ia menunggu hari membahagiakan ini "sudah aku duga kau memang berbeda dari kebanyakan wanita lain. Aku tidak salah memilih Lady Melville"

Kali ini Sabrina tidak dapat lagi mempertahankan senyum palsu dan etikanya di depan Robert. Raut wajah Sabrina datar dan dingin menyaksikan Robert tertawa.

Robert yang mendapati ekspresi dingin di wajah Sabrina sontak menghentikan tawanya. Sesuatu mulai terasa tidak berjalan semestinya "aku tidak bermaksud mempermainkan Lady Melville. Sungguh. Soal perasaan, aku benar-benar tulus. Aku tertarik dengan Lady Melville sejak perjumpaan pertama dan sekarang aku menyadari kalau aku mulai menyukaimu"

Sabrina melihat keseriusan dari ucapan Robert akan tetapi Sabrina menolak percaya setelah dirinya hampir saja jatuh ke dalam permainan yang Robert ciptakan.

"terima kasih atas perasaan anda terhadap saya your highness terlepas itu sungguhan ataukah hanya sekedar tipuan. Sayangnya saya menyukai orang lain" kali ini Sabrina berniat untuk segera pergi meninggalakan Robert.

"katakan siapa pria itu? Aku tidak akan pernah menyerah untuk menjadikan kau miliku"

Sabrina mengerutkan alisnya. Jika Sabrina mengatakan pria yang dirinya sukai adalah Nigel alias Grand Duke Cavendish sudah pasti Robert tidak akan menyerah mendapatkannya karena status Nigel yang berada di bawah Robert walaupun Nigel sendiri masih memiliki hubungan kekerabatan dengan kerajaan hal itu tetap tidak merubah fakta apapun. Tiba-tiba sebuah nama terlintas di benaknya.

Sabrina memejamkan matanya sebelum mengatakan hal yang mungkin saja membuat Robert terkejut "saya menyukai... Yang mulia putra mahkota" kata Sabrina. Tentu saja itu semua hanyalah kebohongan semata.

Senyum Robert yang semula penuh percaya diri secara perlahan mulai luntur digantikan kemarahan yang tampak nyata.

Sabrina tidak menduga Robert akan terlihat semarah itu mengetahui jika dirinya menyukai pangeran pertama sekaligus putra mahkota.

Tangan Robert terkepal kuat tanpa kata Robert berbalik pergi meninggalakan Sabrina dengan segudang tanda tanya tanpa adanya penjelasan untuk Sabrina. Sebenarnya apa yang telah Sabrina perbuat hingga menyulut api kemarahan Robert sampai menjadi sebesar itu?

Tbc

-ps: sorry part kali ini pendek. Secepatnya akan akau upload cerita selanjutnya-

What the Lady WantsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang