Penting !
© Cerita ini hanya fiksi belaka. Kesamaan nama, tempat dan waktu tidak melatari cerita sejarah apapun.Pesta pertunangan Grand Duke of Leinster dan putri pertama Duke of Avondale diselengarakan dengan mewah. Mengundang hampir seluruh bangsawan tinggi ibukota maupun bangsawan desa setempat. Para tamu undangan berbondong-bondong memasuki Duchy of Avondale. Taman yang luas telah disulap sedemikian rupa menjadi tempat acara pertunangan berlangsung. Hiasan-hiasan mahal beserta makanan dan minuman lezat tersaji lengkap memenuhi meja-meja. Sungguh pesta yang memukau untuk sekedar acara pertunangan dan gilanya lagi semua ini disiapkan kurang dari satu minggu.
Tak sedikit wanita-wanita lajang maupun wanita yang telah bersuami menatap iri kepada Isabella yang kembali berhasil mendapatkan Grand Duke of Leinster setelah gagalnya pertunangan mereka yang pertama. Otomatis semakin berkurangnya pria potensial untuk dijadikan suami atau menantu di Imperium Delacroix. Termasuk juga putra mahkota dan pangeran kedua yang telah memiliki seorang tunangan.
"ada yang aneh" Sabrina sibuk memikirkan suatu gagasan yang menurutnya mencurigakan. Alisnya mengerut dalam. Feeling Sabrina tak pernah salah. Sejak tadi Sabrina tidak memusingkan pandangan orang-orang mengenai bagaimana tampannya Grand Duke of Leinster dalam balutan setelan resmi berwarna putih. Pikiran Sabrina teralih akan hal lain.
"apa yang aneh My Lady?" Matilda menoleh sejenak ke arah Sabrina. Sedari tadi Matilda sibuk tersipu malu akibat mendapat lirikan dari James.
"bukankan pesta ini terlalu mewah untuk acara pertunangan?" Sabrina mengamati sekitar. Sejak kapan kediaman Sabrina dipenuhi banyak penjaga seperti ini? Bahkan Sabrina mengetahui jika salah satu dari penjaga tersebut adalah kesatria istana.
"bukankah wajar My Lady jika putri sulung duke ternama yang memiliki calon tunangan seorang grand duke muda mengadakan acara megah seperti ini?" tanya Matilda keheranan.
Mendengar jawaban Matilda membuat Sabrina semakin yakin mengenai argumennya. Tentu saja yang menyelenggarakan pesta semegah ini pastinya menginginkan orang-orang berpikiran sama seperti Matilda.
Sabrina harus segera bertemu Daylen. Memastikan jika rencananya akan berjalan mulus hari ini. Sebelum itu Sabrina harus menampilkan sedikit pertunjukan kepada mayoritas wanita bangsawan yang hadir. Matanya menangkap sosok yang ia tunggu sejak tadi.
Sabrina mengambil sampanye yang berada tak jauh darinya. Berjalan lamat menghampiri Elizabeth yang sedang mengobrol dengan rekan sebayanya.
"Elizabeth" Sabrina memanggil nama wanita itu. Langkahnya mantap menghampiri Elizabeth. Sabrina menghitung. Sebentar lagi ia akan mempermalukan kakaknya itu.
Satu
Dua
Tiga
Kurang dari dua langkah Sabrina mencapai Elizabeth. Tiba-tiba kaki Sabrina tersandung yang mana menyebabkan minuman yang ada ditangannya tumpah menyirami wajah Elizabeth. Orang-orang yang menyaksikan hal tersebut sontak tercengang sekaligus menahan tawa.
Sabrina menengadah. Wajahnya berekspresi bak orang ketakutan karena tak sengaja membuat kesalahan.
"kak. Mohon ma-maafkan aku. Sabrina sungguh tidak sengaja" Sabrina menatap Elizabeth berkaca-kaca. Mencari-cari kain guna membantu membersihkan wajah Elizabeth yang kini make-upnya telah luntur.
"kau!" Elizabeth geram. Sabrina tak peduli. Lagipula Sabrina yakin sepenuhnya kakaknya itu tidak akan mau memarahi apalagi sampai menyiksannya di depan orang banyak seperti sekarang. Elizabeth punya cara tersendiri untuk menyudutkan orang.
Lihatlah perubahan wajah kakaknya. Semula kesal kini tersenyum. Seolah-olah memaklumi segala tingkah bodoh adiknya. Elizabeth persisi seperti bunglon yang bisa merubah warnanya dengan cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
What the Lady Wants
Ficción históricaTerbangun ditubuh seorang putri bungsu Duke Melville entah Sabrina harus merasa beruntung atau sial