Bab 11 (the ball- part 3)

14.4K 1.5K 40
                                    

Penting !
© Cerita ini hanya fiksi belaka. Kesamaan nama, tempat dan waktu tidak melatari cerita sejarah apapun.

Sabrina memutar badannya dengan anggun. Sebelum tubuhnya ditangkap kembali oleh Robert. Tangan Sabrina yang berada di bahu Robert dengan sengaja diremas sedikit kencang olehnya yang justru membuat Robert tersenyum penuh arti. Orang-orang yang melihat mereka berdua berdansa tak henti-hentinya berdecak kagum. Lantaran terlihat serasi satu sama lain.

Nyatanya, Sabrina benci jika menjadi pusat perhatian seperti saat ini. Sabrina sengaja meremas bahu pria itu sebagai tanda dirinya merasa tidak nyaman dan ingin segera menyelesaikan dansa mereka. Sayangnya Robert sama sekali tidak membantu. Pangeran sialan itu seolah-olah menunjukan sebaliknya.

Tidak lama kemudian musik berhenti, menandakan jika dansa mereka telah usai. Buru-buru Sabrina melepaskan diri sebelum membungkuk hormat kepada Robert.

Baru saja Sabrina akan segera melangkah pergi menuju pojokan aula, sialnya niat tersebut terpaksa dibatalkan oleh kehadiran sosok yang kini berdiri tepat menghadangnya.

"apa ada yang bisa saya bantu your higness?" tanya Sabrina dengan memberi penekanan di setiap katanya. Sosok yang menghadangnya tentu saja tak lain Robert sendiri. Mata Sabrina melirik tak kentara ke arah baginda ratu. Sepertinya baginda ratu sedang merencanakan suatu hal dan tentunya berhubungan dengan dirinya. Terlihat dari perhatiannya yang tidak lepas dari Sabrina dan Robert sedari tadi.

Robert tersenyum geli "kau tidak perlu berbicara seformal itu kepadaku Lady Melville. Apa kau keberatan jika kita berdua mengobrol sebentar di sana?" tunjuk Robert ke sebuah kursi yang terletak di pojok ruangan.

Tentu saja Sabrina keberatan, akan tetapi dia tidak bisa semudah itu menolak tawaran dari seorang pangeran. Berinteraksi dengan Robert sukses membuat kepala Sabrina berdenyut.

Pada akhirnya dengan pertimbangan singkat Sabrina memutuskan untuk menerima ajakan pria itu untuk mengobrol sejenak.

"kau terlihat sangat cantik malam ini Lady Melville. Sungguh. Maaf atas kelalaianku yang baru mengatakannya sekarang" puji Robert tepat setelah keduannya menduduki kursi sembari memperhatikan keseluruhan penampilan Sabrina.

Sabrina hanya tersenyum singkat sebelum mengucapkan terima kasih atas pujian pria itu. 

"aku tidak tau dan menduga sebelumnya jika kau putri Duke of Avondale" 

Dalam hati bahkan Sabrina lebih terkejut mengetahui fakta jika pria menyebalkan seperti Robert adalah seorang pangeran.

"wajar jika your highness tidak mengetahui hal tersebut karena saya baru 3 tahun belakangan ini tinggal di kediaman Duke of Avondale dan kalau boleh jujur ini juga merupakan pesta kedua yang saya hadiri" aku Sabrina.

Pandangan Sabrina menjelajahi keseluruhan aula megah, mencari-cari keberadaan sosok yang dapat menyelamatkan dirinya dari situasi sekarang. Sayangnya ia tidak menemukan sosok yang sedang ia cari.

Sabrina kembali menghadap ke arah Robert "apa your highness mengetahui pemberontakan besar-besaran yang sedang terjadi di wilayah barat kerajaan terhadap fraksi bangsawan?" tanya Sabrina untuk memastikan sesuatu sekaligus membuat pria itu segera bosan dengannya.

Raut wajah Robert mendadak serius "apa Lady Melville membaca surat kabar itu? dan ya, aku sudah mengetahui mengenai pemberontakan tersebut" 

Dalam hati Sabrina tersenyum senang, sebentar lagi rencana yang sudah ia jalankan akan menuju tahap klimaks, mungkin beberapa hari dari sekarang Sabrina sudah bisa mendapatkan kabar mengenai hasilnya.

"sangat disayangkan mengetahui hal buruk yang sedang terjadi. Terlebih lagi saat ini kedua kakak tiri beserta ibu tiri saya sedang berada tak jauh dari daerah pemberontakan"

What the Lady WantsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang