gak mau

3.8K 171 4
                                        

"jangan-jangan sebentar lagi kamu punya adik," goda sang Oma dengan nada jahil. Namun sebenarnya dilubuk hati Oma Rosa sangat berharap Andin hamil.
Reyna tambah menekuk wajahnya. Terngiang cerita teman-temannya bahwa mereka sering kena marah kedua orang tuanya saat adik mereka merengek atau menangis.

"Seru sih punya adik, tapi kadang nyebelin juga, dia yang berantakin barang, kita yang kena omel," cerita Elin.
"Iya, kadang adik aku jahil, eh di jahilin balik dia nangis, ngadu ke mama," timpal crystal.
"Kalau adik aku sih masih bayi jadi masih lucu,"sahut Nayla.
Reyna jadi sedih membayangkan bagaimana mama papanya nanti, belum lagi papanya kalau marah kan serem. Ia jadi bergidik sendiri.

"Hai, sayang kok ngelamun? Ayo habisin sarapannya," tegur sang mama.
"I..ya ma," sahutnya.
"Reyna kenapa? Kok sedih gitu?" Tanya Andin.
Al melirik wajah anaknya yang tak seperti biasanya.
"Ee..nggak kok mah, aku biasa aja," jawab Reyna sambil menyuap sereal ke dalam mulutnya.
"Ya udah, makanannya dihabiskan ya nak,"Andin memilih menyudahi percakapan di ruang makan. Namun ia yakin bahwa sang anak tidak sedang baik-baik saja.

Setelah sarapan selesai.
"Mama siap-siap dulu ya sebentar lagi paling Michi datang," kata mama Rosa.
"Iya ma," sahut Andin dan dibalas Al dengan senyuman.
"Ma,pa aku main di taman dulu ya," kata Reyna.
"Iya, sayang inget jangan keluar gerbang ya," pesan sang mama.
"Hati-hati ya nak, papa mau periksa berkas dulu, nanti papa nyusul," sahut Al.
Reyna berjalan ke depan. Ternyata Michi baru saja datang.
"Hai cantik," sapa Michi.
"Hai tante Michi" balas Reyna.
"Mau kemana kamu?"
"Mau main ke depan, Tan,"
"Main apa,”
"Sepeda"
Michi tersenyum. "Hati-hati ya  mainnya,"
"Iya Tante ..."
"Oh ya, Reyna oma mana?"
"Oma lagi siap-siap Tante," "aku ke depan dulu ya,"
Reyna berlari ke depan.

Andin berjalan menghampiri Michi.
"Hai Michi, udah lama? Kayaknya mama lagi siap-siap tuh," sapanya.
"Enggak Ndin, baru aja sampai, iya gak papa santai kok," balas Michi.
Mama Rosa berjalan dari dalam.
"Michi.. udah lama?"
"Belum kok Tan baru aja, Tante udah siap?"
"Udah kok, ayo,"
"Al mana Ndin?"
"Mas Al diruang kerjanya mah,"
"Kebiasaan deh tu Al, weekend masih ngurusin kerjaan aja," kata mama Rosa sambil geleng-geleng kepala.
"Ya udah, mama berangkat dulu ya Ndin, tolong pamitin Al"
"Iya ma, hati-hati, have fun ya ma,"
"Thanks,"
"Aku duluan ya Ndin, salam buat Al,"
Kata Michi.
"Iya, hati-hati Michi,"

Sementara ditaman, Mirna melihat Reyna yang tampak murung, dan bergegas menghampiri.
"Hai gemoy, kenapa dari tadi Ncus perhatiin murung gitu mukanya?"
"Hmm.." gumam Reyna dengan wajah sedihnya.
"Kenapa? Cerita sama Ncus,"
"Aku gak mau punya adik cuss.."
"Kenapa? Kalau punya adik kan nanti Reyna ada temennya, gak kesepian lagi, terus juga adik kan lucu," jelas Mirna sambil tersenyum.
"Pokoknya aku gak mau," jawab Reyna dengan air mata yang mulai menggenangi pelupuknya. "Nanti mama papa gak sayang lagi sama aku, terus aku dimarah-marahi,"
"Hey.. gemoy.. kok gitu sih?" Kata Mirna sambil memegang wajah anak asuhnya itu. "Mama papa sampai kapanpun akan selalu sayang sama Reyna, Reyna kan putri kesayangan keluarga Alfahri, dengerin Ncus, mau Reyna punya adik ataupun gak punya adik Reyna bakal tetep di sayang," Mirna berusaha memberi pengertian.

"Iya Ncus, mama juga bilang begitu," kata Reyna dengan sisa isakan.
"Iya makanya, dah gak usah sedih lagi, dihapus air matanya ntar mama liat terus mama sedih lagi," Mirna menghapus air mata Reyna.
"Masuk yuk, nanti mama nyariin,"
Reyna mengangguk.
"Ayo Ncus.." kata Reyna sambil berusaha tersenyum.
"Nah.. gitu dong senyum, cantik banget gemoynya Ncus kalau senyum,"
Saat memasuki rumah, Reyna melihat Kiki sedang bersih-bersih
"Halo Miss Kiki,"
"Hai Reyna, mau bantu Miss Kiki bersih-bersih?" Tanya Kiki dengan nada bercanda,"
Reyna tampak merenung lalu mengangguk kepala. "Hmm.. boleh Miss Kiki," Reyna mengambil kemoceng di atas meja.
"Hahaha, gak usah sayang, udah kamu main aja sana,"
Namun Reyna tetap mengambil kemoceng dan membersihkan meja alakadarnya.
Terus tiba-tiba mereka mendengar suara Andin dari kamar mandi
Hoek... Hoek...

Indah Pada WaktunyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang