Janji

423 46 1
                                    

Al dan Andin bergegas membawa kedua anaknya ke rumah sakit. Demam Ahsan sudah mulai menurun namun tidak ada salahnya jika ia juga di periksa. Sementara Reyna terus saja merintih dari tadi. Dengan wajah pucat pasi dan kedua matanya yang ditutup karena merasa sakit kepala.
"Encus... Dingin.." rintihnya.
"Iya nak, sabar ya, nanti diperiksa dulu. Reyna makan dulu dikit ya? cus siapin,"
"Sabar ya sayang," ujar Al penuh kekhawatiran.
"Gak mau cus," jawabnya sambil menggeleng lemah.
"Sayang, makan dulu dikit kak, perutnya diisi," bujuk Andin di kursi depan sambil memangku dan menyuapi Ahsan dengan biskuit. "Atau mau biskuit juga kayak adik?" Ia menyodorkan biskuit ke Mirna. Dengan enggan Reyna memilih memakannya meski mulutnya terasa pahit.
Sementara kondisi tidak jauh berbeda juga terjadi pada putra bungsu Aladin itu. Ia hanya memakan separuh dari biskuit suapan mamanya. Padahal kalau sedang tidak sakit ia hobi sekali ngemil.
"Adik udah?" Ahsan hanya merengek sambil mendusel dada sang mama, Andin pun segera menyusuinya sambil mengeratkan pelukan dan menciumi anaknya.

Tak lama mereka sampai di rumah sakit. Kedua anak itu diperiksa bergantian. Reyna sedari tadi berada di gendong sang ayah.
"Papa aku gak papa kan?" Tanyanya lirih, pasalnya bocah itu takut terjadi seperti dulu lagi.
"Gak papa, nanti diperiksa juga sembuh ya," jawab Al sambil mengeratkan pelukan. "Tapi Reyna harus makan yang banyak dan minum obat ya," sambungnya.

"Pa, aku takut,"
"Gak papa, ada mama papa di sini, gak usah takut ya,"
"Aku takut kayak dulu lagi dan mama makin sedih," ujarnya lirih, berharap sang mama tidak mendengar.
Sementara Andin sibuk dengan Ahsan yang terus merengek. Namun ia juga mendengar keluhan putrinya. Jujur ia juga tidak dapat menggambarkan perasaannya saat ini. Dia juga terus menenangkan sang putra.

"Jadi bagaimana dok kondisi Reyna dan Ahsan?"
"Bapak dan ibu tidak perlu terlalu khawatir, mereka baik-baik saja, hanya demam biasa, mungkin karena faktor cuaca," keduanya bernafas lega.
"Untuk Reyna apakah tidak ada kendala serius?" Tanya Andin memastikan
"Alhamdulillah semuanya baik-baik saja, tapi harus dijaga supaya tidak terjadi dehidrasi ya pak, bu,"
"Alhamdulillah terima kasih banyak ya dok,"

Mereka bergegas pulang ke rumah. Namun kegelisahan tampak di raut wajah Al. Pasalnya dua jam lagi ia memiliki jadwal rapat.
Sesampainya di rumah Andin menidurkan Ahsan di kamarnya dan Reyna ditemani Mirna. Sementara Al bimbang untuk meninggalkan rumah.

"Halo pak, bapak tidak lupa kan ada meeting hari ini?"
"Iya Ren saya tidak lupa, tapi bisa gak kita tunda besok aja?"
"Waduh pak tidak bisa, karena kan sudah sesuai jadwal pak, besok kita juga ada meeting di luar pak, memangnya ada apa ya pak?"
"Ini Ren anak-anak lagi sakit mana sakitnya barengan lagi," ucap Al penuh kegelisahan.
Sementara mama Rosa baru saja menyelesaikan urusan. Ia paham betul raut wajah putranya itu.
"Hai Al, kenapa kok gelisah sekali apa ada yang serius? Maaf ya mama tadi ada sedikit urusan jadi gak bisa nemenin kalian, tapi Alhamdulillah sudah selesai,"
"Iya ma, gak papa. Tapi ini aku ada rapat dan ternyata gak bisa di tunda, kasihan Andin ma, walaupun di rumah banyak orang tapi aku gak tega ninggalin anak-anak dengan kondisi sekarang ini,"
"Al, ada mama, ada Mirna, Kiki semuanya akan membantu Andin jadi kamu tenang aja, fokus sama kerjaan kamu, gak usah mikir yang macam-macam, anak-anak akan baik-baik saja Reyna juga pasti ngerti,"
Sementara Andin sedang menidurkan Ahsan,
"Cepat sembuh ya sayang, mama mau cek kakak dulu,"
Al masuk kamar.
"Hai, Ahsan udah tidur?"
"Udah mas, Alhamdulillah walaupun agak sedikit rewel, aku mau cek Reyna dulu, atau Reyna biar di sini sekalian ya mas?"
"Iya gak papa sih, daripada kamu bolak-balik,"
"Semoga gak saling menularkan ya"
"Insyaallah enggak lah"
"Eh hari ini aku ada meeting kamu gak papa ya di tinggal sebentar, habis itu langsung pulang kok,"
"Iya, udah kamu tenang aja, banyak yang bantuin kok,"
"Tapi ya tetep aja Ndin,"
"Udah kamu fokus aja, insyaallah aman, ya udah aku ke Reyna dulu,"

Andin beranjak ke kamar Reyna sementara Al melihat putra semata wayangnya.
"Sayang, papa tinggal sebentar ya, kamu cepat sembuh, pinter di rumah ya," ucapnya sambil mengusap kepala sang anak.
Sementara Andin sampai di kamar Reyna, Reyna langsung merengek manja dan memeluk mamanya.
"Sayang, udah makan sama minum obat belum?" Reyna hanya cemberut manja.
"Udah, tapi makanya cuma sedikit," sahut Bu Rosa.
"Lho kok sedikit? Mama yang suapin ya?"
"Gak enak ma,"
"Iya tau, tapi Reyna harus makan biar cepat sembuh, ya? Katanya gak mau mama sedih?"
Al masuk kamar Reyna.
"Sayang, kenapa gak mau makan?"
"Udah makan," sahut Reyna.
"Tapi cuma sedikit, baru tiga suap," sahut Bu Rosa.
"Lho kok sedikit, makan yang banyak, biar sehat, terus bisa main lagi deh, jalan-jalan, kalau kakak sama adik udah sembuh gimana kalo kita ke kebun binatang" bujuk Al.
"Hmm.. iya deh" Semuanya tertawa. "Tapi disuapin papa,"
"Sayang, bukannya papa gak mau, tapi papa mau ke kantor dulu sebentar ya, kamu sama oma dan sus Mirna dulu ya," Reyna kembali cemberut.
"Sayang, sama mama aja yuk, ya?" Bujuk Andin.
"Eh sama encus aja, kan mama urus adik, adik kan juga lagi sakit, ya," bujuk Mirna.
"I..ya" jawab Reyna yg menahan tangisannya namun tak bisa disembunyikan.
"Udah, gak papa sama mama, tapi kita ke kamar mama yuk, kasihan adik di tinggal," Reyna hanya mengangguk dan masih ingin menangis, seperti biasa, anak-anak jika sedang tidak enak badan moodnya sulit dikontrol.
"Udah dong gak usah nangis," ucap Andin.
"Udah sana kamu berangkat, udah jam berapa ini," peringat Bu Rosa.

"Papa berangkat dulu ya, nanti langsung pulang kok, gak lama ya, kamu makan yang banyak, minum obat, istirahat ya, kasihan mama, adiknya juga lagi sakit ya," ucap Al sambil menciumi Reyna. Reyna hanya mengangguk.

" Yuk kita lihat adik udah bangun belum, mau gendong depan apa belakang?"
"Belakang lah udah gede juga," sahut Mirna.
Reyna pun naik ke punggung Andin setelah sebelumnya dihujani ciuman sang mama.
"Wah anak mama sekarang makin berat ternyata," celetuk Andin
"Adik belum bangun kak, ya udah mama suapin ya, harus makan yang banyak,"
Tak lama kemudian Ahsan merengek dan terbangun ia pun duduk.

"Eh si ganteng udah bangun,"
Andin pun segera menghampiri dan menggendongnya.
"Mam ya, sama kakak, oke?" Tapi bayi itu malah meminta minum sang mama. Andin sangat lega kondisi kedua anaknya sudah membaik.
"Mam dulu sayang, itu kakak mam,"
Andin menyuapi kedua anaknya bergantian.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 12, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Indah Pada WaktunyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang