Patah Hati

417 50 2
                                    

Hari ini keluarga Al Fahri sedang berkumpul bersama. Menyaksikan dua malaikat kecilnya bersama sang papa bercanda dan bermain bersama, sementara Andin dan Bu Rosa disibukkan dengan aktivitas dapur mereka sedang membuat brownies dan juga puncake strawberry favorit keluarga.
"Hmm baunya enak sekali ya Ndin?" Celetuk mama Rosa.
"Hmm, bukan lagi Bu, emang mbak Andin sama ibu tuh is the best kalo udah di dapur," timpal Kiki.
"Bisa aja kamu Ki," sahut Bu Rosa.
"Lho ya emang betul kan,"
Tiba-tiba princess memasuki dapur.
"Mama sama Oma lagi masak apa sih? Baunya enak banget, aku jadi laper," ujarnya.
"Hahaha, bisa aja kamu, mama sama Oma sedang membuat brownies dan puncake strawberry," sahut Bu Rosa.
"Wah pasti enak, aku jadi gak sabar. Kok aku gak diajak sih Oma?" Protesnya.
"Udah kamu main sama adik aja, ini udah selesai kok sayang," jawab Andin.
"Iya, udah sana main sama adik, kok adiknya di tinggal sih?" Timpal Bu Rosa.
"Adik sama papa kok Oma,"
"Iya tapi kamu ajak main sana,"
"Iya Oma"
"Yee.. punya mama udah jadi, udah yuk ke ruang tengah, Ki itu yang satu kamu bagi-bagi sama yang di depan ya," ujar Andin.
"Siap mbak Andin"

"Kakak tadi ngilang kemana ya dek?" Ucap Al pada bayi gempal itu, sementara Ahsan berjalan dengan lucunya mencari sang kakak.
"Cak..." Bayi itu berusaha memanggil Reyna.
Tak lama kakaknya keluar dari dapur bersama mama.
"Itu dia kakak, dicariin adik juga kak," ujar Al.
Melihat mamanya membawa sesuatu, bayi satu setengah tahun itu seperti biasa, sangat antusias, ia seperti tidak sabar menunggu sang mama duduk.
"Sebentar sayang," timpal Andin sambil tertawa gemas melihat kelakuan putranya itu.
Tak lama Bu Rosa juga datang dengan hasil jerih payahnya. Mereka menikmati kebersamaan dengan penuh kehangatan.
Si kecil terlihat sangat lahap memakan kue buatan oma dan mamanya..
"Hmm kan cemong kemana-mana" ujar Andin sangat gemas pada malaikat kecilnya itu.
"Habis ini masih mau makan siang lagi gak?" Tanyanya
"Enggak, Ma, aku udah kenyang,"
"Ya udah kalau gitu saatnya kita bobok siang, ayo adik dibersihin dulu, kamu ini," wanita itu gemas dengan kelakuan putranya pasalnya bocah itu seperti memakai masker coklat,"

Anak-anak beranjak ke kamar bersama sang mama namun seperti biasa sebelum tidur siang diawali dengan drama terutama dari putra Al Fahri itu. Sementara sepasang ibu dan anak lainnya belum beranjak dari ruang keluarga. Mereka sedang berbincang mengenai perkembangan perusahaan.

Jika hati penuh kegembiraan, hari pun beranjak begitu cepat tanpa terasa kini sang malam telah tiba, para penghuni rumah telah berada di kamar masing-masing. Begitu juga reyna yang di temani Mirna. Setelah memastikan putri cantik itu terlelap. Ia pun beranjak. Sementara penghuni kamar utama seperti biasa melakukan deeptalk sebelum beralih ke mimpi masing-masing. Meski seharian bersama tetap hal yang satu ini tetap tidak boleh ditinggalkan. Dari pembicaraan ringan disertai candaan hingga saling berbagi keluh kesah. Hingga mereka terpisah oleh alam mimpi. Ya begitulah kehangatan keluarga yang selalu mereka syukuri.

Malam semakin larut dan masing-masing telah berada di dunia mereka sendiri. Namun tampak kegelisahan yang dirasakan makhluk kecil di tengah Al dan Andin. Hingga akhirnya ia merengek.
"Sayang, mau minum ya? Iya iya," Andin pun segera menyingkap bajunya. Dan si kecil terus merengek penuh kegelisahan.
"Eh kamu kok demam nak," kontan ia pun kaget. Karena kegelisahan keduanya turut mengusik tidur Aldebaran.
"Kenapa? Haus ya?"
"Dia demam mas, tolong ambilin plester demam,"
"Eh, iya iya,"
Bukannya menyusu, si kecil malah menangis. Hingga Andin pu menggendongnya.
"Sayang, ini kompresnya,"
"Tempelin bisa gak?"
Ahsan terus bergerak penuh kegelisahan meski digendongan sang mama.
"Sama papa mau?" Ia merentangkan tangannya, hal itu kesempatan bagi Andin untuk menempelkan kompres demam itu. Namun bayi itu menangis meronta-ronta..
"Udah sayang, udah kok, gak papa gak sakit kan, sini minum lagi?"

Dua jam kemudian panasnya berangsur-angsur turun. Di kamar lain hal yang sama juga terjadi pada Reyna. Ia terus bergerak mencari kenyamanan dan terus merintih. Hal itu didengar oleh Kiki yang memang ia selalu bangun sebelum subuh untuk memulai aktivitasnya.

"Reyna kenapa ya, apa dia mimpi buruk?" Tak tinggal diam ia pun masuk ke kamar anak majikannya itu.
"Reyna, kamu kenapa? Apa kamu mimpi buruk? Sayang? Bangun" ia pun menyentuh badan Reyna.
"Ya Allah Reyna, kamu sakit?"
"Miss Kiki," sahutnya dengan suara lemas.
"Eh sebentar ya nak, Miss Kiki panggilin mama papa dulu," ia pun panik setengah mati. Secepat kilat ia menuju kamar utama.
" Mas Al, mbak Andin. Ini Kiki, mas, mbak,"
"Kamu kenapa? Pagi-pagi udah brisik!" Sahut Al kesal. "Andin sama Ahsan baru aja tidur,"
"Maaf mas, tapi itu... Reyna sakit,"
"Hah," tanpa basa-basi Al langsung berlari ke kamar anaknya.
"Reyna,"
"Paa..."
"Ya Allah nak,"
"Mas Al ini Kiki bawa kompresan sama termometer,"
"Iya, makasih ki,"
"Sama-sama mas Al, Reyna Miss Kiki bikinin yang anget-anget ya, mau apa? Teh, susu apa jahe?"
"Susu,"
"Oke sebentar ya,"
"Paa.."
"iya sayang papa disini, mau dipeluk?" Putrinya itu hanya mengangguk. Al juga membuka kancing bajunya untuk mengurangi suhu tubuh anaknya.

Di sisi lain Andin heran suaminya sudah tidak ada di sisi ranjang.
"Kemana dia? Mau ke masjid kok gak bangunin aku?" Namun ia tidak terlalu memusingkan kemudian beranjak dan mengambil air wudhu. Setelah sebelumnya mengecek suhu tubuh anaknya.
Setelah selesai sholat, Al terlihat baru saja mengambil air wudhu. Tanpa banyak bicara ia membiarkan suaminya itu menunaikan kewajiban dulu.
"Mas, aku kira kamu ke masjid, kamu dari mana?"
"Ahsan gimana? demamnya udah turun?" Al malah balik bertanya.
"Udah mendingan kok Alhamdulillah, nanti kita bawa ke dokter ya,"
"Iya " Al juga menceritakan kondisi Reyna sambil menenangkan istrinya itu.
"Ya Allah nak, kenapa harus kalian berdua sih, kenapa gak mama aja," ia segera ke kamar Reyna. Ahsan pun masih terlelap dalam tidurnya.
Di sana sudah ada Bu Rosa dan Mirna.

"Nak.." ucapnya sambil menahan kesedihan.
"Mama.. kenapa sedih aku gak papa kok cuma sakit biasa," biasa? Iya setidaknya sudah tidak seperti dulu lagi.
Air matanya pecah sambil memeluk dan menciumi putrinya itu.
"Sakitnya buat mama aja ya nak, kalian gak boleh sakit,"
"Kalian?" Sahut Bu Rosa.
Andin menjelaskan kondisi putra bungsunya. Sambil menghapus air matanya.
"Ya Allah bisa barengan gitu," timpal Mirna.
"Ya udah mama siap-siap dulu habis itu kita ke dokter ya, sama adik juga, mir tolong gantiin baju Reyna terus kita berangkat ya,"

Lima belas menit kemudian Andin telah selesai mandi. Terdengar rengekan Ahsan yang mulai terbangun.
"Eh sayang mama udah bangun, mau minum?" Hanya dijawab anggukan lemah. Bayi itu menghisap lebih pelan dari biasanya seperti enggan mengeluarkan tenaga lebih.
"Kita ke dokter ya sayang, cepat sembuh nak, jangan sakit, patah hati mama," ucapnya sambil menciumi tangan putranya yang masih sibuk dengan nutrisinya.

Hai.. hai.. maaf ya aku lama tenggelam 🙈 makasih buat kalian yang masih setia menunggu.. masih ngasih semangat buat up lagi
Apa kabar semuanya? 👋 Mungkin kalo bukan komen dari kalian aku gak akan up lagi 🙈
Maaf banget semuanya aku meninggalkan kalian lama 🥺😘 pokoknya makasih banget buat kalian semua.. ah kan...
Btw rencana aku mau tamatin akhir bulan ini karena daripada ketunda lagi kan..

Boleh dong usul ending 😃
Kira-kira Ahsan punya adik lagi gak?
Kalau adik kembar gimana?

Pokoknya thank you buat kalian semua
Maaf atas segala kekuranganku🙏🙏

Indah Pada WaktunyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang