Hari telah menyongsong bulan tanpa terasa kini kondisi Reyna telah mengalami perubahan, putri semata wayang Al itu kini telah kembali ceria. Walau ia masih bingung mengapa setiap saat harus ke dokter, namun Andin cukup pandai membujuk putrinya itu agar mau berkunjung ke dokter. Sungguh ia ibu yang luar biasa ditengah kehamilannya yang mulai membesar namun ia tetap sabar mengurus reyna, Al sendiri dibuat kagum dengan istrinya itu. Andin kini menjadi ibu dan istri yang kuat dan jarang mengeluh kepada Al. Walau Al sendiri yakin Andin sangat rapuh saat mengetahui kondisi Reyna. Tapi wanitanya itu tidak menunjukkan wajah lelah di depan semua orang, apalagi Reyna.
Kini usia kandungan Andin sudah memasuki delapan bulan namun ia masih tetap mengajar walau Al sudah beberapa kali memintanya berhenti, bukan tidak taat pada suami namun ia masih harus menyelesaikan beberapa tanggung jawab sebelum ia cuti.
"Ndin perut kamu sudah besar, kamu istirahat aja dirumah, aku gak mau kalian kenapa-napa," kata Al.
"Iya mas, lagian ini juga Minggu terakhir aku ngajar, masa aku harus libur, kamu tenang aja aku kuat kok, aku janji akan baik-baik aja," balas Andin sambil memohon.
"Tapi aku takut ada apa-apa,"
"Gak akan kenapa-napa, dokter juga bilang selagi masih kuat gak papa, kita gak papa kok ya dek?" Sahut Andin sambil mengusap perutnya.Mereka berjalan menuju ruang makan.
"Pagi ma," sapa andin pada mama Rosa.
"Pagi sayang, lho kamu belum cuti?"
"Belum ma, Senin depan," sahut Andin.
" Ya udah kamu hati-hati ya, kalau gak kuat jangan dipaksa,"
"Iya ma, aku juga ngerti kondisi aku," "Al kamu kenapa kok kesel gitu"
"Tuh anak perempuan mama tuh susah banget dibilangin," sindir Al.
"Ya kan perjanjiannya cuti Minggu depan ma, masa aku majuin," Andin berusaha membela diri. "Mama tau sendiri kan aku sehat-sehat aja, dia aja yang terlalu khawatir," sambung Andin.
"Ngeles terus... Dibilangin suami gak pernah nurut," sahut Al.Reyna datang ke ruang makan. Ia mendengar orang tuanya ribut.
" Pagi ma, pa, Oma,"
"Pagi sayang," sapa andin dan mama Rosa barengan.
"Pagi nak, anak papa udah siap sekolah,"
"Udah dong pa, papa mama kenapa berantem?"
"Papa mama gak berantem kok sayang, udah yuk sarapan, nanti telat sekolahnya," sahut Andin.
"Udah ya, ma, pa, jan berantem, kasihan adik diperut mama, nanti pusing denger mama sama papa berantem," ucap Reyna dengan polos, sementara mama Rosa dan Mirna menahan tawa mendengar celetukan Reyna.
"Tuh pa,ma, dengerin anaknya," sahut mama Rosa.
"Dah yuk sarapan, biarin mama papa kamu berantem sampai sore," kata mama Rosa pada Reyna.
Sementara Al dan Andin menjadi salah tingkah sendiri.
Setelah selesai mereka mengantarkan Reyna sekolah. Dan kini tinggal Al dan Andin didalam mobil mereka tampak biasa saja.
"Oh ya Ndin, acara ulang tahun Reyna udah siap semua?"
"Udah beres, tinggal besok bagiin undangan ke temen-temen Reyna,"
"Kamu jangan capek-capek ya,"
"Capek apaan orang yang ngurus semuanya mama, Mirna sama Kiki,"
"Ya udah, yang penting kamu jangan capek,"
"Iya, ya udah aku masuk dulu, kamu hati-hati," pamit Andin seraya mencium tangan Al.
" Iya, kamu juga hati-hati, inget kalau capek jangan dipaksa,"***
Tiba saat hari yang ditunggu-tunggu, Andin sudah tidak sabar melihat reaksi Reyna. Hari ini adalah tepat 6 tahun usia Reyna, Andin jadi teringat enam tahun lalu dimana ia dan Al menanti kehadiran putri pertama mereka. Saat-saat yang menegangkan sekaligus membahagiakan menjadi orang tua. Semua menyambut dengan gembira kehadiran anak pertama sekaligus cucu pertama dari keluarga Alfahri maupun Andin.
Saat ini Andin menunggu Reyna di sekolah tanpa di temani Mirna.
Tiba-tiba putrinya itu membuyarkan lamunannya"Mama, aku udah selesai sekolahnya,"
"Anak mama, udah selesai ya? Gimana sekolahnya? Tadi belajar apa?"
"Asik ma, tadi aku belajar menggunting terus di tempel, tadi juga mewarnai,"
"Bisa gak?"
"Bisa dong ma, kata Miss Erina punya ku bagus,"
"Wah pinter banget anak mama ini, ya udah yuk pulang," timpal Andin.
"Temen-temen aku duluan ya,"
"Iya Reyna, dada Reyna, sampai ketemu nanti ya,"
"Nanti? Emang nanti ada apa?"
"Emang kamu gak tau ya?"
Andin menjadi cemas takut semua bocor, pasalnya Reyna sama sekali tidak tahu acara ulang tahunnya."Emang kamu gak tau? Nanti kan..."
Belum sempat teman Reyna memberi tahu Andin segera mengalihkan perhatian Reyna.
"Sayang itu, papa udah datang, kita pulang ya,"
"Ayo ma, papa..." Reyna berlari memeluk papanya.
"Sayang, gak usah lari-lari," kata Al.
"Huft..." Gumam Andin lega.
"Kenapa? Ada yang sakit?" Al menjadi khawatir.
"Enggak, gak papa, untung kamu dateng, hampir aja kebongkar," kata Andin setengah berbisik, Reyna tengah sibuk di kursi belakang.
"Hahaha, namanya juga anak-anak," sahut Al.
"Ma, tolong bukain," kata Reyna sambil menyerahkan makanan ringan ke Andin.
"Lho, kamu dapat dari mana?" Tanya Andin pasalnya Reyna tidak boleh makan sembarangan.
"Tadi dikasih temen aku," jawab Reyna dengan polosnya.
"Sayang kamu gak boleh makan kayak gini, ini tuh gak sehat, buang aja ya,"
"Mama, kok dibuang?" Kata Reyna sedih
"Gak sehat sayang, gak boleh ya,"
"Sekali ini aja ma,ya?"
"Kamu bisa dibilangin gak? Mama bilang gak boleh ya gak boleh," tegas Andin.
Reyna hanya diam sambil cemberut sementara Al berusaha menenangkan Andin dengan satu tangan.
"Nak, dengerin mama ya," kata Al dengan lembut.
Tanpa terasa mereka telah sampai di halaman, begitu mobil berhenti Reyna segera turun.
"Reyna, Reyna, Reyna," cegah Andin saat Reyna berlari.
"Sini dulu, dengerin mama, Reyna, Reyna tau kan kalau mama sayang banget sama kamu, mama cuma gak mau kamu sakit lagi sayang, maafin mama ya,"
"Tapi mama udah gak sayang lagi sama aku, karena udah ada adik,"
"Sayang, kok gitu ngomongnya, mama selalu sayang sama Reyna ya gak boleh ngomong gitu, mama gak suka,"
Andin memeluk erat tubuh Reyna dan Reyna menangis.
"Hey udah dong kok pada nangis,"
Mereka melepaskan pelukannya.
"Dimaafin gak mamanya?" Tanya Andin sambil mengusap air mata Reyna, Reyna mengangguk.
" yuk masuk, tapi sebelum masuk ditutup dulu matanya,"
"Kok ditutup pa?"
"Iya dong, sini, anak pintar, anak baik harus nurut ya," ucap Al sambil menutup mata Reyna dengan kain.
"Gak keliatan pa,"
"Emang biar gak keliatan sayang, sini papa mama gandeng,"
"Jangan ngintip ya," ujar Andin."Ma, masih lama," sambil meraba-raba kain penutup matanya.
" Sebentar, mama aja yang bukain,"
"Reyna berdiri dulu disini, diem,"
"Udah siap?"
"Udah," sambil mengangguk mantap."Satu..."
"Dua..."
"Tiga..."
"Kejutan...!!" Teriak semua yang ada di sana.
"Wah bagus banget," teriak Reyna kegirangan.
"Reyna suka?" Tanya Al.
"Suka pah, mah,"
"Selamat ulang tahun sayangnya mama," ucap Andin sambil menciumi pipi Reyna bertubi-tubi.
"Selamat ulang tahun kakak Reyna, yee.. seneng gak?" Ucap Al.
"Seneng banget," pekik Reyna.
"Cucu opa, selamat ulang tahun ya sayang, sebentar lagi jadi kakak,"
"Makasih opa,"
Semuanya mengucapkan selamat ulang tahun untuk Reyna.
"Kita ganti baju yuk Reyna, nanti keburu temen-temen dateng," ajak Andin."Wah bagus banget ma,"
"Suka?"
"Suka banget ma, kapan mama beli ini? Kok aku gak tau,"
"Ada deh..." Reyna memeluk sang mama dan Andin pun menciumi sang anak.
"Mama lebih bahagia kalau kamu bahagia sayang, semoga kamu sehat selalu ya sayang," ucap Andin dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Indah Pada Waktunya
FanficBagi setiap orang tua kebahagiaan anak adalah segalanya, walau ditengah kering kerontang tapi senyum malaikat kecil bagai setetes embun penyejuk hati. Tapi bagaimana jika semua itu berjangka waktu, yang setiap waktu bisa hilang dan menyisakan hal-ha...