Orang tua mana yang tidak kaget mendengar permata hatinya mengidap penyakit ganas, orang tuanya mana yang tidak merasa tertampar karena buah hatinya harus berjuang ditengah penderitaan. Luluh lantah jiwa dan raga Andin mendengar pernyataan dokter. Begitu pula Al yang meski terlihat lebih tenang namun batinnya menjerit tak terima kenyataan. Sepasang insan itu sangat berharap bahwa ini adalah mimpi buruk dari masing-masing.
"Gak.. gak mungkin dok, mas ini gak mungkin kan? Ini cuma mimpi kan?" Andin masih terus menyangkal semua ini.
"Mas berharap ini juga cuma mimpi buruk Ndin," timpal Al.
"Tapi kenapa harus Reyna mas? Kenapa bukan aku aja, aku kan ibunya," rancau Andin disela-sela tangisnya.
"Sst.. udah ya, sekarang kita cari jalan keluarnya, insyaallah Reyna pasti sembuh, dia anak yang kuat sama seperti kamu ya," ucap Al sementara Andin berada diantara sadar dan tidak sadar.Tiba-tiba darah segar mengalir diantara kedua paha Andin dan berakhir pada ketidaksadarannya.
"Ndin, Andin, bangun Ndin," panggil Al berusaha mengembalikan kesadaran Andin.
Tak butuh waktu lama, para tenaga medis segera membawa Andin menuju IGD.
"Dok, tolong selamatkan istri dan anak saya ya," ucap Al.
"Pasti pak, kami akan melakukan yang terbaik untuk istri dan anak bapak, tolong dibantu doa ya pak," ujar dokter.
Saat ini pikiran Al benar-benar kacau membayangkan orang-orang yang begitu dicintainya berjuang antara hidup dan mati.Hatinya kembali bertanya, kenapa setiap kebahagiaan yang datang selalu ada kesedihan yang mengiringi?
Reyna, permata hatinya, cintanya.
Andin, jantung hatinya, pusat dunianya dan malaikat kecil yang sangat dinanti kehadirannya. Mereka semua tengah bertaruh nyawa, sementara dirinya tidak dapat berbuat apa-apa, selain menengadah memohon belas kasih Sang pemilik kehidupan. Memang manusia sangat lemah, kecil dan tak berdaya.Tak terasa waktu dhuhur telah tiba, segera ia melangkahkan kaki menuju rumah yang sangat diagungkan itu, berharap pemilik-Nya yang murah hati itu mendengar serta mengabulkan permohonan si lemah ini.
Aldebaran segera bersimpuh, menunjukkan betapa lemah dan rapuhnya ia. Memohon dengan sangat Sang maha pemurah mengabulkan bait-bait doa.
***
"Oma, mama kok lama? Katanya cuma sebentar?" Reyna yang sejak tadi merasa kesepian karena tidak ada orang tuanya disampingnya."Sebentar ya sayang, mungkin mereka belum selesai bicara sama dokternya, atau mungkin lagi makan, kan kasihan dede di perut mama pasti laper ya kan, Reyna makan lagi ya Oma suapin?" Sahut mama Rosa.
"Gak mau, tungguin mama dulu,"
"Makan buah mau? " Reyna hanya menggeleng.Sementara Al sudah kembali ke ruang IGD bersamaan dengan itu dokter pun keluar.
"Gimana keadaan anak dan istri saya dok?"
"Alhamdulillah bayi dalam rahim bu Andin cukup kuat, karena usianya juga sudah cukup kuat jadi insya Allah baik-baik saja, untuk bu Andin sendiri saat ini mengalami stress dan ketakutan, jadi mohon dikondisikan ya pak, karena kalau ibunya stres juga tidak baik untuk kandungannya dan bisa saja bayinya akan lahir prematur,"
Al bisa sedikit bernafas lega. Walau kekhawatiran masih menyelimuti.Andin dipindahkan ke kamar rawat. Sementara Al berniat untuk menghubungi sang mertua.
"Assalamualaikum ma,"
"Waalaikumsalam Al,"
"Ma, mama sama papa dimana sekarang?"
"Mama papa lagi di kafe, kebetulan hari ini kafe rame Alhamdulillah, ada apa Al?" Tanya mama Sarah.
"Ma, semalam Reyna masuk rumah sakit karena badannya panas dan menggigil," jelas Al.
"Astaghfirullah, terus sekarang gimana keadaannya Al? Kamu kok baru ngasih tau sekarang sih?"
"Maaf, ma, Al cuma gak mau ngerepotin dan buat khawatir papa mama, lagi pula sudah ada mama sama Andin disini, jadi Al pikir nanti aja,"
"Kok, ngerepotin sih? Reyna itu kan cucu mama, sekarang gimana keadaannya?"
"Alhamdulillah sudah jauh lebih baik," jawab Al seadanya, namun dengan nada yang sedih, "tapi tadi Andin juga sempat mengalami pendarahan,"
"Astaghfirullah,, terus sekarang gimana?" Tanya mama Sarah cemas.
"Alhamdulillah sudah ditangani dokter dan sekarang sudah dipindah ke ruang perawatan,"
"Ya udah mama sama papa ke sana,"Pak Surya bingung melihat Bu Sarah yang cemas setelah menerima telepon.
"Ada apa ma? Kok kamu cemas gitu?"
" Andin pendarahan pa,"
"Astaghfirullah, kok bisa?" Pak Surya tak kalah kaget.
"Aku juga gak tau, udah sekarang kita ke rumah sakit ya," Bu Sarah sengaja tidak memberi tahu soal Reyna karena takut suaminya itu bertambah panik.Dirumah sakit, Andin baru sadar dari pingsannya.
"Mas..." Panggilnnya dengan suara lemah.
"Kamu udah bangun Ndin?" Al mendekat dan mengambilkan minum untuk Andin.
"Reyna gimana mas?" Tanyanya dengan nada lirih.
"Reyna baik-baik aja Alhamdulillah, tadi juga udah mau makan," jelas Al.
Sementara Andin hanya tersenyum tipis lalu meraba bagian perutnya."Anak kita kuat, seperti kamu," ucap Al yang tahu maksud istrinya.
"Permisi pak ini makanan untuk bu Andin," suster masuk.
"Terimakasih sus,"
"Makan ya? Mas suapin," kata Al. Andin hanya mengangguk lemah. Sebenarnya rasa laparnya sudah hilang mengingat penjelasan dokter tadi. Tetapi ia tidak boleh egois karena Allah telah bermurah padanya dengan tetap mengijinkan makhluk kecil ini berada di rahimnya.Andinpun menerima suapan dari Al sambil mengusap perutnya yang sudah membuncit hingga tak terasa sesuatu meleleh membasahi pipinya.
"Mas, Reyna pasti nyariin aku ya?"
"Iya, tadi nyariin, tapi aku bilang kamu istirahat di rumah dedenya kasihan, capek, udah kamu tenang aja ya, yang penting kamu sehat dulu,"Andin kembali menangis membayangkan Reyna. Al menarik ke dalam dekapannya.
"Tenang ya, kita harus kuat, kita hadapi ini sama-sama," ujar Al. "Hay jangan begini terus kamu harus pikirin dede, dia pasti sedih kalau mamanya sedih," kata Al sambil mengusap perut Andin. "Reyna juga butuh kamu, butuh kita, jadi kamu harus kuat ya,"
"Aku gak kuat mas, aku takut," isak Andin. "Kenapa harus Reyna?"
"Sst... Ada mas disini, kamu gak sendiri, inget dede juga gak mau mamanya sedih terus," hibur Al sambil mengusap perut sang istri.Andin mulai berhenti menangis, benar kata Al dia tidak boleh begini terus, kasihan Reyna juga bayi dalam kandungannya. Dialah penguat Reyna, dan Reyna sangat membutuhkannya. Ayo Ndin kamu kuat, demi anak-anakmu, batinnya.
"Ayo kita ke kamar Reyna mas,"
"Kamu istirahat dulu, Reyna sudah sama mama, udah disini istirahat,"
"Tapi aku gak tenang kalau gak peluk dia mas,"
"Kamu mau Reyna sedih dan khawatir melihat kamu seperti ini?"
Andin menekuk wajahnya, namun ia pikir benar juga kata Al, dan yang terpenting sekarang ia dan bayinya segera pulih agar segera bertemu putri kesayangannya.Gimana guys?
Penasaran part selanjutnya?
Boleh kok kasih saran atau masukan 😊
Jangan lupa ⭐⭐ biar aku semangat up🤗🤗

KAMU SEDANG MEMBACA
Indah Pada Waktunya
FanfictionBagi setiap orang tua kebahagiaan anak adalah segalanya, walau ditengah kering kerontang tapi senyum malaikat kecil bagai setetes embun penyejuk hati. Tapi bagaimana jika semua itu berjangka waktu, yang setiap waktu bisa hilang dan menyisakan hal-ha...