Al dan Andin segera membawa Reyna ke rumah sakit.
"Al, mama ikut ke rumah sakit ya?"
"Iya ma,"
"Mama, mau sama mama," rengek Reyna.
Andin segera merentangkan tangannya untuk menggendong Reyna.
"Aku takut ma," kata Reyna sambil menangis.
"Gak papa sayang, udah jangan nangis, nanti darahnya keluar lagi," kata Andin sambil mengelus Reyna.
"Jangan takut sayang, mama, papa sama oma temenin Reyna ya," sahut mama Rosa sambil mengusap tangan cucu kesayangannya itu.Sesampainya di rumah sakit, Al segera mendaftarkan Reyna
"Atas nama siapa pak?" Tanya petugas administrasi.
"Reyna putri Alfahri,"
"Usia?"
"Lima tahun,"
"Ini nomor antreannya, silahkan ditunggu,"
Al pun menghampiri Andin, mama Rosa dan Reyna.
"Udah mas?"
"Udah, tiga antrean lagi, nak, sini yuk, sama papa," Al merentangkan tangannya untuk menggendong Reyna.
"Aku mau sama mama," Reyna semakin mengeratkan pelukannya.
Al begitu khawatir karena tubuh Reyna menimpa perut Andin."Sama oma mau?" Mama Rosa berusaha membujuk Reyna.
Reyna hanya menggeleng sambil bergelayut manja di pangkuan sang mama.Setelah beberapa saat menunggu nama Reyna pun di panggil.
"Yuk nak," ajak Al menggendong Reyna.
"Aku takut,"
"Gak papa, cuma diperiksa aja,"
"Gak papa ya, mama temenin Reyna," Andin sambil menggenggam erat tangan Reyna.
Merekapun masuk ruangan.
"Halo cantik," sapa dokter.
Reyna bersembunyi di dada sang papa
"Kenapa ini? Hey, mana cantiknya?" Kata dokter.
"Habis mimisan ini dok," jawab Andin.
"Oh, mimisan? Sini diperiksa dulu ya,"
"Papa," ia memegangi tangan papanya.
"Hey, periksa dulu, gak sakit kok," bujuk dokter.
"Papa disini temenin Reyna ya,"
"Mama disini sayang, gak papa ya, periksa dulu gak sakit kok," Andin menggenggam tangan Reyna.
"Dokter liat dulu ya?" Kata dokter ramah.
Dokter mulai memeriksa kondisi Reyna.
"Dah selesai, gak sakit kan?" Reyna menggeleng.
"Sama oma dulu ya?"Sementara Al dan Andin berbicara dengan dokter. Reyna bersama sang Oma.
"Jadi gimana dok? Ada apa dengan anak saya" tanya Andin.
"Untuk saat ini tidak perlu ada yang di khawatirkan pak, bu, kondisi ini wajar dialami oleh anak seusia Reyna, namun nanti kalau ada gejala lain, tolong segera kesini," jelas dokter.
"Alhamdulillah terima kasih banyak dok," ucap Andin.
"Ini saya resepkan obat tolong di tebus ya pak,"
"Baik dok, sekali lagi terima kasih, kami permisi dulu,"
Sementara di luar, Reyna bertanya kepada Oma.
"Oma, kok mama sama papa lama di dalem?"
"Sebentar lagi sayang, sabar ya,"
Al dan Andin pun keluar ruangan.
"Mama tebus obat dulu ya sayang, kamu ke mobil sama papa dulu,"Andin dan mama Rosa menunggu antrean apotek, sementara Al menggendong Reyna ke mobil.
"Kamu duduk di belakang sama oma ya,"
Reyna hanya menggangguk lesu.
"Kenapa nak? Ada yang sakit?"
Reyna hanya menggeleng lesu.
"Gak papa ya, Reyna gak usah takut," kata Al sambil mencium pipi dan kening putri tercintanya.Tak lama kemudian Andin dan mama Rosa memasuki mobil.
"Reyna mana?" Tanya Andin saat memasuki mobil karena tidak ada Reyna di bangku depan, lalu ia menengok ke belakang.
"Oh ternyata di situ anak mama," ia tersenyum. Reyna hanya diam dengan wajah cemberut.
"Sini sama oma," mama Rosa meletakkan kepala Reyna di pangkuannya."Kenapa sayangnya Oma, cembetut gitu mukanya? Senyum cantiknya mana?" Goda sang Oma. Namun ia tak bergeming.
"Sayang udah laper? Mau makan lagi?" Tanya Andin. Reyna mengangguk.
"Pengen makan apa?"
"Burger," jawab Reyna pelan.
"Burger pa," kata Andin pada Al.
Al sudah melewati restoran burger terkenal itu, namun karena permintaan sang anak, ia memutar arah kembali."Hmm," rintih Reyna.
"Kenapa sayang? Ada yang sakit?" Tanya mama Rosa sambil mengelus kepala Reyna.
Cucunya itu hanya menggeleng.

KAMU SEDANG MEMBACA
Indah Pada Waktunya
FanfictionBagi setiap orang tua kebahagiaan anak adalah segalanya, walau ditengah kering kerontang tapi senyum malaikat kecil bagai setetes embun penyejuk hati. Tapi bagaimana jika semua itu berjangka waktu, yang setiap waktu bisa hilang dan menyisakan hal-ha...