Takut

2.1K 161 12
                                    

Setelah mimisannya berhenti Aldebaran segera menggendong Reyna ke mobil. Wajah Reyna yang ceria seketika mendung dan pucat pasi.
"Ma, aku takut," ucap Reyna yang terbaring di pangkuan sang mama.

"Sayang, tenang ya, gak papa kok, mama selalu disini temenin Reyna, jagain Reyna ya," balas Andin.

Tiba-tiba Andin melihat beberapa luka seperti memar di tangan Reyna.
"Sayang, kamu tadi habis jatuh ya? Gak hati-hati mainnya?"tanyanya sambil mengusap tangan Reyna.
Mama Rosa ikut memperhatikan bagian tubuh Reyna.

"Enggak kok ma, aku gak jatuh,"
"Iya, ini juga kayak memar gitu, sakit nak?" Tanya Oma Rosa.
"Enggak kok Oma,"
"Waktu disana tadi ada yang nakal sama kamu?" Al ikut panik mendengar terjadi sesuatu pada sang anak.
"Enggak pa, gak ada yang nakal, malah aku seneng bisa main sama temen-temen," sahut Reyna.
"Bener?" Timpal Andin.
"Beneran mama,"
Tiba-tiba darah kembali keluar dari hidung Reyna.
" Ya Allah nak, bangun dulu, nunduk," perintah Andin. Dan seketika Reyna memeluk mamanya.
"Ma, aku takut, kita pulang aja ya,"
"Kita periksa dulu, habis itu pulang ya, gak usah takut, waktu itu juga gak diapa-apain kan sama dokternya,"
"Gak mau," kata Reyna sambil menggeleng.
" Sayang, jangan gitu dong, anak mama harus berani, kan di temenin mama juga,"
" Iya sayang, cucu Oma pinter gak boleh takut ya,"
"Dah sampai, yuk turun,"
Reyna menggeleng dan menangis.
"Ya udah sama papa" timpal Al.
"Mama turun dulu, kamu nanti sama papa ya," Reyna tetap menggeleng.

Dengan hasil bujuk rayu sang papa akhirnya Reyna berhasil diperiksa.

"Jadi gimana dok? Kenapa beberapa bulan terakhir ini anak saya sering mimisan dan tadi juga ada memar di tubuhnya?" Tanya Andin.
"Untuk saat ini kami belum dapat memastikan bu, pak, kami harus melakukan uji lab terlebih dahulu,"
"Kenapa harus uji lab dok? Memangnya anak kami kenapa?"
Ketakutan dan kekhawatiran menyelimuti Al dan Andin. Namun mereka sangat berharap tidak terjadi sesuatu pada sang anak. Mereka berusaha menampik ketakutan itu.

Merekapun pulang Reyna sudah tertidur pulas di pangkuan sang Oma. Sepanjang perjalanan mereka bergeming tanpa suara. Sepasang suami istri itu kalut dengan pikiran yang memenuhi kepala. Mama Rosa pun seolah mendukung keterdiaman keduanya.

Sesampainya di rumah, mereka membersihkan diri dan beristirahat.
Al dan Andin masih dengan ribuan pertanyaan bersarang di kepala.

"Kalau memang hanya sakit biasa kenapa harus menunggu hasil lab" batin Andin.
"Apa yang sebenarnya terjadi" batin Al ikut bersuara.
Al menoleh ke samping, melihat sang istri masih terjaga.
"Kenapa belum tidur, dedek belum tidur?" Tanya Al sambil mengusap perut Andin.
Astaga, Andin baru ingat kalau didalam dirinya ada satu lagi nyawa.
"Hmm.. udah kok, dia anteng dari tadi," balas Andin, seketika dia juga khawatir dengan si kecil.
"Nak kamu baik-baik aja kan?" Batinnya sambil mengelus perutnya.
Andin baru sadar kalau dari tadi ia belum merasakan tendangan si kecil.
Walau tendangan masih sangat kecil namun beberapa hari ini ia sudah bisa merasakan.
Seolah menjawab pertanyaan sang ibu, si kecil pun memulai aksinya.

Dug...
Andin tersenyum lega dan bersyukur janinnya baik-baik saja.
"Alhamdulillah"
"Ndin..." Ucap Al senang karena tangan baru pertama kali merasakan pergerakan sang anak.
"Gerakannya udah kerasa?" Sambungnya.
"Iya, baru 2 hari yang lalu,"
"Kamu kok gak bilang?"
"Maaf aku lupa, soalnya kalau ada kamu dia gak gerak,"

Jam menunjukkan tengah malam, semua penghuni rumah sudah terbuai ke alam mimpi. Di kamar mama Rosa Reyna tampak tidak tenang tidurnya.

"Mama papa," rancaunya.
"Mamaaa,"
Mama Rosa merasa terganggu oleh sang cucu, segera bangkit dari tidurnya.
"Sayang, bangun, Reyna," dan mama Rosa kaget saat memegang tubuh Reyna.
"Astaghfirullah... Reyna bangun nak,"
"Oma, mama mana?"
"Mama di kamar sayang, nih kamu minum dulu, panas sekali badan kamu,"
"Pakai ini dulu, Oma ambilin kompresan ya," mama Rosa memakaikan termometer.
"Mama," rintih Reyna.
"Iya, sebentar ya,"
Mama Rosa mengambil kompres untuk Reyna. Setelah kembali dan mengecek suhu tubuh Reyna. Betapa terkejutnya ia.
"Mama, papa"
" Ya ampun 39, iya sebentar Oma bangunin dulu ya, nih minum dulu"

"Gak mau, maunya mama,"
Mama Rosa mengetuk pintu kamar Al dan Andin.
"Al,.."
"Aldebaran,"
"Ndin,"
"Ini mama,"
"Iya ma, sebentar" sahut Al dari dalam.
"Kenapa ma?"
"Reyna panas,"
"Ya ampun," Al terkejut.
"Tadi mama cek 39,"
"Ada apa mas?" Tanya Andin yang mendengar kebisingan dari luar.

Sementara dari kamar mama Rosa terdengar suara teriakkan Reyna .
"Mamaa"
Semua segera berlari menuju kamar Reyna.
"Sayang, mama disini nak,"
"Aku mau sama mama,"
"Iya sayang, ini sama mama ya, kompres lagi ya nak,"
"Aku siapin mobil dulu," kata Al.
"Mama ambil jaket dulu ya nak,"
"Gak mau aku mau sama mama," kata Reyna yang berlinang air mata.
"Ya udah, mama ambilin jaket kamu sama Al," sahut mama Rosa.
"Makasih ma,"
"Sebentar kalau gitu mama ambilin jaket kamu," kata Andin pada Reyna.

Merekapun bergegas menuju rumah sakit, Reyna masih setia diperlukan sang mama.

Versi haluku ya guys, entah nanti alurnya kemana.

❤️❤️❤️❤️


Indah Pada WaktunyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang