19. Mom

65 10 0
                                    

Sebuah sedan berhenti di depan pintu gerbang kosan Dream High. Seorang wanita paruh baya turun dari dalamnya. Pak Jinyoung yang kebetulan sedang duduk-duduk santai di gubuk dekat gerbang, langsung menyambut wanita tua itu.

"Selamat datang di kosan Dream High. Ada yang bisa saya bantu?"

Wanita paruh baya itu melepas kacamata hitamnya. "Saya mencari kedua anak saya, namanya Park Jaehyung dan Park Jisung. Apa mereka ada di dalam?"

"Oh, Jaehyung dan Jisung. Jisung ada Bu, di dalam. Tapi Jaehyung nya lagi pergi"

"Oh, begitu. Bisa saya bertemu dengan Jisung?"

"Iya, silakan, Bu. Silakan Ibu masuk. Saya akan panggilkan Jisung"

Kemudian Pak Jinyoung pergi memanggil Jisung. Tak berselang lama, Jisung keluar dari kamarnya. Jisung sangat terkejut melihat siapa tamu yang datang.

"Mama?"

Sang Mama tersenyum lebar. "Halo, anak ganteng Mama. Apa kabar?"

"Eum,,, ya, baik... Aku baik, Ma"

"Syukurlah. Oh ya, kakakmu itu masih suka main game?"

"Ya, masih... Masih siaran juga. Kenapa, Ma?"

Sang Mama melipat kedua tangan di depan dada. "Emang ya nggak ada gunanya itu anak. Dibesarin susah-susah, sudah besar kerjaannya malah cuma main game"

"Ma--"

"Kamu tidak perlu lagi membela kakakmu itu, Sung. Kakakmu itu nggak ada gunanya. Keluar dari rumah juga ternyata cuma main game. Masa depannya seperti apa coba?"

"Ma--"

"Ayo Jisung, kamu pulang bersama Mama. Buat apa kamu ikut kakakmu? Bisa-bisa kamu diajarin yang nggak bener"

"Ma--"

"Ssst, sudah, ayo... Kemasi barang-barangmu dan kita pergi dari sini. Kamu pulang ke rumah saja ya?"

Akhirnya Jisung jengah. Volume suaranya jadi sedikit dibesarkan. "Mama, dengerin aku dong!!!"

Suara Jisung yang sedikit besar itu membuat Jimin, Jihyo, Jamie, Jiwon hingga Jay keluar dari kamar mereka masing-masing. Dan kebetulan juga saat itu bertepatan dengan Yuna, Jake, Sunghoon dan Eunsoo datang berkunjung ke kosan. Keempat teman Jisung itu melongo di depan pintu kosan, melihat pertengkaran Jisung dengan sang Mama.

"Tante Boyoung?" panggil Yuna

Park Boyoung, yang merupakan mama dari Jae dan Jisung, menoleh. "Oh, kamu Yuna ya? Pacar Jisung kan? Apa kabar kamu, Nak?"

Yuna mengangguk pelan. "Alhamdulillah saya baik, Tante..."

"Kamu pinter ya Sung, pilih pacar. Jangan kayak kakakmu, jomblo karatan. Seleranya paling juga rendahan"

Astaga, rasanya Jisung benar-benar mau marah sekarang.

Paham situasi, Yuna segera menjelaskan. "Maaf Tante, kalau saya lancang. Saya cuma mau bilang, kakak Jisung tidak seburuk itu kok"

"Maksud kamu apa, Yun? Jangan ikut-ikutan membela Jaehyung ya kamu"

"Saya bukannya ingin membela Kak Jae, tapi kenyataannya Kak Jae memang tidak seburuk itu. Andai Tante tahu, siapa yang membayar uang sekolah Jisung ketika, maaf, usaha Om dan Tante sedikit terpuruk. Kak Jae, Tante. Kak Jae yang selama ini diam-diam membantu Jisung, tanpa Tante tahu. Siaran Kak Jae bukan sekedar siaran biasa. Siaran Kak Jae juga menghasilkan uang. Uang itulah yang digunakan Kak Jae untuk membantu Jisung selama ini"

"Kamu jangan melebih-lebihkan, Yuna"

"Tidak, Tante. Saya tidak melebih-lebihkan. Oh ya, kalau Tante mau tahu, sekarang Kak Jae sudah ada pekerjaan tetap, selain siaran sebagai selingan. Kak Jae bekerja sebagai penyanyi di sebuah kafe. Kak Jae juga masih tetap menyisihkan uang untuk membantu Jisung, kok. Dan soal selera pacar Kak Jae, tidak main-main juga lho, Tan. Kak Jae pacaran dengan bos pemilik kafe itu. Orangnya cantik, Tan. Suaranya juga bagus banget, kayak malaikat. Tante harus bertemu dengan pacar Kak Jae"

Pada saat itu muncullah Jae yang kebetulan sekali, datang bersama Wendy. Jae juga terkejut melihat sang Mama datang.

"Mama?"

Sang Mama menoleh. "Jaehyung? Kamu datang dengan pacarmu?"

Jae menggandeng tangan Wendy. Dituntunnya mendekat ke arah Mama. "Iya, Ma. Perkenalkan, ini Son Seungwan, biasa dipanggil Wendy. Ini bos di tempatku kerja, Ma. Sekaligus pacarku. Wen, ini Mama Boyoung, Mamaku"

Wendy mengulurkan tangannya, berniat menjabat tangan Mama Jae. "Son Wendy, Tante"

Mama sedikit terpana melihat kecantikan Wendy, sampai lupa menjabat balik tangan Wendy. "Ini pacarmu, Jae? Mama kira bidadari"

"Iya Ma, ini pacarku"

Sang Mama menatap Jae dalam-dalam. "Jae, Mama minta maaf ya sudah menilai buruk kepada kamu. Ternyata selama ini kamu sudah membantu Jisung. Mama menyesal, Jae. Seharusnya Mama mendukungmu, bukannya malah menjatuhkanmu. Ternyata kamu tak seburuk itu, malah kamu adalah anak yang baik. Terimakasih sudah menjaga adikmu dengan baik ya?"

Jae tersenyum. "Sudah tugasku sebagai seorang kakak, Ma"

Kemudian ibu dan anak itu pun berpelukan. Semua yang melihatnya pun ikut terharu.

Jisung menggenggam erat-erat tangan Yuna. "Sayangku, makasih ya kamu udah bantuin aku jelasin ke Mamaku? Beliau jadi nggak salah menilai Kak Jae lagi"

Yuna tersenyum. "Sama-sama. Aku senang kok kalo bisa bantu kamu"

Sementara itu, di depan kamar, Jimin dan Jay saling pandang. Mereka juga ingin sekali bisa bertemu kembali dengan keluarga mereka, berkumpul, bercanda-tawa, selayaknya keluarga biasa. Ah, tapi rasanya itu tidak mungkin. Bahkan orangtua mereka tidak pernah menelepon menanyai kabar mereka. Pernah sih sekali, hanya menanyakan apakah uang bulanan masih ada atau sudah habis.

Ternyata Jiwon juga jadi berpikir untuk kembali menengok sang Ibu. Sejak masuk kosan Dream High, Jiwon memang belum pernah pulang. Jiwon malas, ujung-ujungnya nanti pasti membahas soal perjodohan lagi. Ah, sebaiknya besok Jiwon pulang saja. Dan Jiwon teringat pesan Wooseok agar dirinya diantar Wooseok saja.

Tapi apa Wooseok mau ya aku minta tolong anterin besok?, batin Jiwon.

Mau kok, Won.

#####

Hello, Park JTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang