2. Undangan (2)

379 38 0
                                    

Di sebuah rumah di kawasan Fun Factory--

"Park Jiwon, ayolah Nak, berhentilah kuliah dan menikah saja. Ibu ada kenalan anak orang kaya. Ibu yakin kamu bisa bahagia"

Jiwon menggelengkan kepalanya. "Maaf Bu, Jiwon punya keputusan sendiri. Tolong hargai keputusan Jiwon"

"Apa yang kamu harapkan dari dunia perkuliahan? Jurusan psikologi pula. Ujung-ujungnya nanti jadi istri orang. Sudahlah, lebih baik kamu menikah dengan anak kenalan Ibu"

"Ibu, tolong hargai keputusan aku. Lagipula, aku kuliah juga nggak minta uang Ibu kan?"

"Park Jiwon!!!"

Tiba-tiba terdengar suara, "Permisi paket..."

Jiwon yang berdiri lebih dekat dengan pintu pun langsung berlari menuju si kurir.

"Atas nama Park Jiwon?"

"Iya saya sendiri"

Setelah menerima amplop surat itu, Jiwon lalu membuka isinya. Ada kartu ATM yang terselip di sana, disertai pinnya. Kemudian Jiwon mulai membaca isinya.

"Hello, Park Jiwon..."

Jiwon terus membaca surat yang ternyata berisi undangan ke sebuah kosan, disertai janji dari pemilik kosan, sampai tak didengarnya celotehan sang Ibu yang belum berhenti.

"Jiwon, kamu nggak dengar apa kata Ibu? Kalau orangtua ngomong, didengar dong. Kalau kamu nggak nurut, mending kamu minggat aja dari rumah ini"

Tepat saat itu, Jiwon selesai membaca surat. Jiwon lalu berbalik sambil tersenyum.

"Ibu tenang aja, aku akan pergi dari rumah ini"

"Apa maksud kamu?"

"Mulai besok, aku akan pindah ke tempat baru"

**

"Assalamu'alaikum..."

Seorang wanita paruh baya muncul dari ruang tamu, menyambut kedatangan putri tercinta.

"Jihyo? Kamu baru pulang, Nak? Udah makan?"

Jihyo meletakkan tasnya di kursi ruang tamu. "Iya, Bu. Jihyo udah makan, kok"

Sang Ibu mengusap-usap rambut Jihyo lembut. "Seharusnya kamu nggak perlu ikut kerja part time. Seharusnya kamu cukup hanya fokus kuliah saja"

Jihyo tersenyum tipis. "Nggak apa-apa, Bu. Aku kerja juga buat cari uang buat bayar biaya operasi aku"

"Tapi-"

"Bu, aku masih kuat, kok. Tapi aku janji, kalau aku udah nggak kuat, aku akan berhenti"

"Ya udah kalau mau kamu begitu. Oh iya, tadi ada surat buat kamu. Sebentar Ibu ambilkan"

Ibu lalu mengambil senuah amplop yang tadinya diletakkan di atas meja kamarnya. Kemudian diserahkannya kepada Jihyo.

"Ini, belum Ibu buka, kok"

Jihyo lalu membuka amplop itu dan membaca isinya. Sama, seperti surat-surat yang lain. Surat bertinta emas yang berisi undangan ke sebuah kosan baru. Ada kartu ATM juga.

Selesai membaca surat itu, Jihyo menatap Ibu dalam-dalam.

"Bu, apa boleh, aku pindah ke tempat ini? Aku dijanjikan akan dibantu soal operasinya"

Hello, Park JTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang