Setelah berpikir semalaman, akhirnya Jiwon memutuskan untuk bolos kelas hari ini supaya bisa pulang ke rumahnya. Dia nitip absen ke Jisun, sahabatnya. Dan untuk tumpangan, Jiwon memberanikan diri meminta tolong kepada Wooseok. Untungnya pemuda dari keluarga Jung itu bersedia.
Dan sekarang, mobil Wooseok sudah terparkir manis di halaman kosan. Pemuda itu juga sudah berpakaian rapi dan wangi, padahal Jiwon saja belum mandi.
"Silakan diminum dulu, sambil menunggu Jiwon" ucap Jihyo sambil menghidangkan es sirup kepada Wooseok.
Wooseok mengangguk. "Terima kasih, Kak"
Wooseok menghabiskan minumannya bertepatan dengan Jiwon keluar dari kamar.
"Ayo, Seok" ucap Jiwon sambil merapikan rambutnya
Wooseok bangkit dari duduknya. "Ayo"
Jiwon lalu berpamitan kepada Jihyo. "Kak, pergi dulu ya?"
"Iya, hati-hati" balas Jihyo
Jiwon juga berpamitan kepada Jinjin dan Pak Jinyoung yang sedang duduk-duduk di gubuk. Pak Jinyoung berpesan kepada Wooseok agar menjaga Jiwon dengan baik.
Sepanjang perjalanan, kali ini tidak ada kecanggungan. Baik Jiwon maupun Wooseok sama-sama bisa membangun topik obrolan.
"Eh Seok, aku mau tanya dong. Kamu tuh bosen nggak sih, ketemu aku terus?"
Wooseok tertawa kecil. "Enggak kok"
"Nggak bakal ada yang marah nih kamu jalan sama aku?"
"Emang siapa yang mau marah?"
"Eum,,, pacar kamu?"
"Aku nggak punya pacar"
"Tapi katanya kamu mau,,, eum,,, dijodohin?"
Lagi, Wooseok tertawa. "Nggak jadi, kok"
"Eh? Kok bisa?"
"Aku udah bilang ke Papa kalo aku nggak mau dijodohin. Aku maunya cari sendiri. Trus aku bilang ke Papa kalo udah punya pilihan sendiri. Trus Papa nggak maksa deh"
"Serius? Kamu udah punya pilihan sendiri?"
"Iya"
Diam-diam, Jiwon kecewa.
"Siapa? Kenalin ke aku dong"
"Nanti kamu juga akan tau sendiri. Eh ini udah nyampe rumah kamu"
Jiwon menghela nafas. Sudahlah, nanti Jiwon bisa tanya lagi. Kemudian Jiwon keluar dari dalam mobil.
"Kamu tunggu dulu di sini ya, Seok? Aku masuk dulu"
"Oke. Nanti kalo butuh bantuan, panggil aja aku"
"Siap"
Kemudian sosok mungil Jiwon menghilang di balik pagar rumah.
Wooseok menghela nafas panjang. Diliriknya buket bunga kecil di jok belakang mobil. Rencananya, Wooseok akan 'menembak' Jiwon hari ini.
Sementara itu, Jiwon sudah masuk ke dalam rumah. Kebetulan sang Ibu sedang duduk-duduk di ruang tengah. Melihat kedatangan Jiwon, sang Ibu langsung bangkit dari duduknya.
"Nah!!! Akhirnya kamu ingat kalau punya rumah ya, Park Jiwon??? Syukurlah kamu pulang, jadi kita bisa segera mengatur pernikahan kamu"
Jiwon mengabaikan ucapan Ibu. Dia fokus mengambil beberapa barang miliknya yang tertinggal. Dibiarkannya Ibu terus mengoceh tanpa henti.
"Park Jiwon!!! Kalau Ibu ngomong, didengerin dong!!!"
"Jiwon dengerin kok, Bu" jawab Jiwon santai
"Park Jiwon!!!"
Ibu berusaha menahan Jiwon yang hendak pergi. Dan Jiwon berusaha menepis tangan sang Ibu.
"Ibu, apa sih?"
"Kamu harus nikah, Jiwon!!! Ayah dan Ibu sudah punya calon untukmu!!! Berhenti kuliah dan cepat menikah!!!"
Di luar, Wooseok yang mendengar suara ribut-ribut pun keluar dari dalam mobil dan masuk ke dalam rumah Jiwon.
"Permisi..."
Dua wanita Park yang sedang adu mulut itu pun menoleh. Wooseok memberanikan diri untuk mendekat.
"Maaf Bu, saya rasa Ibu terlalu memaksakan kehendak Ibu kepada Jiwon. Jiwon berhak untuk memutuskan apa yang terbaik untuknya" ucap Wooseok
Ibu Jiwon memandangi Wooseok dari ujung kepala hingga ujung kaki. "Kamu siapa? Jangan ikut campur urusan keluarga ini!!!"
"Saya pacar Jiwon, Bu. Perkenalkan, nama saya Jung Wooseok"
Jiwon mendelik mendengar ucapan Wooseok. Tapi Wooseok memberinya kode untuk mengiyakan saja.
"Pacar? Memangnya kamu siapa, berani memacari anak saya? Asal kamu tau, Jiwon sudah saya jodohkan dengan anak konglomerat!!!"
Wooseok tersenyum. "Mungkin saya tidak se-kaya putra konglomerat itu. Tapi saya bisa menjanjikan kebahagiaan untuk Jiwon. Kami saling mencintai, dan saya akan membuat Jiwon bahagia bersama saya"
Aduh, rasanya Jiwon meleleh...
Ibu Jiwon mendecih. "Saya tidak akan membiarkan Jiwon berpacaran dengan kamu. Dia sudah punya calon, dan secepatnya kami akan mempersiapkan pesta pernikahannya"
Wooseok menarik tangan Jiwon. "Maaf Bu, tapi saya akan membawa Jiwon pergi bersama saya. Saya akan mendukung keputusan Jiwon. Dia berhak membuat keputusan untuk dirinya sendiri"
"Beraninya kamu-- hei kalian mau ke mana??? Hei, Park Jiwon!!! Kembali!!!"
Wooseok sudah membawa Jiwon untuk masuk ke dalam mobilnya. Ibu Jiwon mengikuti mereka keluar sambil terus berteriak-teriak.
Ibu Jiwon sedikit tertegun ketika melihat mobil Mercedes-Benz milik Wooseok.
"Hmm, mobilnya Mercy. Mobil yang tergolong mewah. Berarti bukan dari keluarga sembarangan nih. Pinter juga si Jiwon cari pacar" gumam sang Ibu
"Oh, tunggu. Plat mobilnya,,, B 3101 PTG? Seperti familiar..."
**
"Jiwon, maaf ya aku tadi ikut campur masalah kamu. Aku juga jadi terpaksa ngomong gitu ke Ibu kamu" ucap Wooseok ketika mobil sudah melaju meninggalkan rumah Jiwon
Jiwon tersenyum tipis. "Nggak apa-apa. Tapi jujur aku agak kaget kamu bohong, ngaku-ngaku jadi pacarku. Kita kan nggak pacaran"
Wooseok menepikan mobilnya di tepi jalanan yang agak sepi. Wooseok membuka seatbelt nya, lalu mengambil buket bunga kecil di jok belakang mobilnya. Diulurkannya buket bunga itu kepada Jiwon.
"Tapi soal perasaanku, aku nggak bohong kok, Won. Aku beneran suka sama kamu. Aku cinta sama kamu. Maukah kamu menerima cintaku, dan menjadi pacarku?"
Jiwon tertegun. Tentu, dia tidak menyangka seorang Jung Wooseok juga menyukainya. Dan tentu, jawaban Jiwon adalah--
"Iya, Seok. Aku terima cinta kamu. Aku mau jadi pacarmu"
Wooseok bersorak, sampai-sampai kepalanya membentur langit-langit mobil.
"Kamu serius, Won? Kamu mau jadi pacarku?"
"Iya, Seok. Aku serius"
Wooseok langsung memeluk Jiwon erat-erat. "Makasih banyak ya, Won? Aku janji aku akan bahagiain kamu, sesuai janjiku kepada Ibumu"
"Aku tunggu pembuktiannya, Seok"
#####
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Park J
FanfictionTentang anak-anak Park J yang mengalami masalah keluarga, sampai suatu hari mendapatkan undangan ke sebuah kos-kosan yang ternyata menyatukan mereka, dan membantu mereka memecahkan masalah masing-masing.