8. Rasa Itu

125 19 2
                                    

Jinjin asyik merawat bunga-bunga di taman kosan. Dia tampak senang menjalani kehidupannya di kosan ini.

"Kak Jinjin..."

Jinjin menoleh. "Oh, Jihyo? Kamu enggak kuliah? Atau kerja?"

Jihyo duduk di sebelah Jinjin. "Hari ini aku libur kuliah, Kak. Kalau kerja, aku masuknya selalu sore, Kak"

"Oh..."

"Aku boleh bantuin kan, Kak?"

"Oh iya boleh... Silakan"

Jihyo lalu membantu Jinjin merapikan tanaman yang menjalar ke sembarang arah, sambil mencabuti rerumputan yang terlihat sedikit meninggi.

Diam-diam, sebuah senyuman terukir di bibir Jinjin. Sejak pertama kali melihat Jihyo di kosan, dia sudah jatuh cinta kepada gadis itu. Jihyo menjadi salah 1 alasan kuatnya untuk mau melanjutkan pengobatannya dan berjuang melawan kanker otaknya. Jinjin, anak yatim piatu dan hanya tinggal bersama Pak Jinyoung yang merupakan pamannya, semula sudah menyerah dengan penyakitnya, dan sedikit ogah-ogahan ketika sebuah surat undangan dari seseorang yang mengaku bernama Mr. Park memintanya untuk menjadi pengurus kosan ini dengan berbagai janji yang diberikan. Tapi semua berubah berkat Jihyo.

"Hey yo guys!!! Jamie hadir..."

Jinjin tersadar dari lamunannya ketika Jamie muncul. Sepertinya gadis itu baru saja melakukan olahraga.

"Eh Jamie!!! Ayo sini, bantuin aku rapiin tanaman sini!!!", seru Jihyo

Jamie terlihat antusias. "Wah, ayok aja. Aku juga suka berkebun"

Kedua anak perempuan yang seumuran itu lalu melanjutkan aktivitas merawat taman sambil mengobrol seru.

Jihyo mengelap keringatnya dengan handuk kecil milik Jamie. Jamie sedikit protes, yang lalu dibalas tawa oleh Jihyo.

Jinjin yang memandangi dari kejauhan, tertawa kecil. Diambilnya handuk kecil yang belum dipakainya, masih baru dari laundry, kemudian diberikannya kepada Jihyo.

"Silakan, Neng...", ucap Jinjin

Jihyo sedikit terkejut, tapi diterimanya juga handuk kecil itu. "Makasih Kak"

"Sama-sama. Oh ya,,,"

Jinjin mengeluarkan sebuah karet gelang dari saku celananya. Kemudian dia membantu mengikatkan rambut Jihyo.

"Biar nggak gerah"

Jihyo jadi sedikit salah tingkah. "O-oh, makasih Kak"

Jinjin tersenyum tipis. "Udahan deh main tanamannya. Cepat masuk ke dalam. Panas banget ini"

"I-iya Kak"

Jinjin lalu masuk ke kamarnya di bangunan selatan. Fyi, kamar para anak kos ada di bangunan utara.

"Kak Jinjin kayak perhatian banget sama kamu ya, Ji?", ucap Jamie lirih

Jihyo tertawa kecil. "Ah, sama anak-anak yang lain juga perhatian kok"

"Eh tapi sama kamu tuh kayak lebih wow gitu lho perhatiannya"

"Masa sih? Perasaan samaaja deh..."

"Ya ya ya terserah deh..."

Tiba-tiba sebuah mobil memasuki area kosan. Seungyoun keluar dari dalam mobil.

"Halo, gadis-gadis cantik...", sapa Seungyoun ramah

"Halo, Kak Youn...", balas Jihyo dan Jamie serempak

Seungyoun mengulurkan dua buah kotak berisi pizza. "Kalian makan gih. Dibagi ya sama yang lain?"

"Siap Kak..."

Seungyoun pun berlalu. Sesekali dia melirik ke arah Jamie yang kegirangan karena bisa makan pizza. Senyum tipis terukir di bibir Seungyoun. Seungyoun lalu kembali fokus dengan tujuan pergi ke kamar Jinjin.

Tok tok tok.

Terdengar sahutan, "Ya, masuk..."

Seungyoun membuka pintu kamar Jinjin, kemudian kembali menutup dan mengunci pintunya.

"Ada perlu apa, Youn?", tanya Jinjin

Seungyoun menyerahkan sebuah map berwarna merah kepada Jinjin. "Ini, jadwal kontrol kamu. Lusa. Bisa kan?"

Jinjin memeriksa sebentar berkas yang dibawa Seungyoun. "Hmm ya bisa sih..."

Seungyoun rebahan di kasur empuk Jinjin. "Kenapa, Jin?"

Jinjin mengangkat sebelah alisnya. "Apanya yang kenapa?"

"Kenapa kamu tiba-tiba mau lanjutin pengobatan? Padahal sebelumnya kamu bilang udah nyerah. Waktu itu aku sama Daniel sampe capek bujukin kamu supaya mau kontrol lagi. Dan sekarang, tiba-tiba kamu mau lanjut lagi. Pasti ada sesuatu yang bikin kamu mau kan? Apa alsan itu, Jin?"

Jinjin tertawa kecil. "Kepo kamu mah. Udah, yang penting kamu sama Daniel tetep dukung aku dan pengobatanku"

"Udah pasti kalo itu mah. Tapi aku mau tau apa alasan kamu tiba-tiba mau lanjut kontrol lagi?"

Jinjin tidak menjawab. Dia lalu berjalan menyibak tirai kamarnya, menatap Jihyo yang masih ada di teras bersama Jamie, ditambah Jisung yang baru muncul. Senyuman tipis terukir di bibirnya.

Dan sepertinya itu sudah cukup bagi Seungyoun untuk tahu jawaban dari pertanyaannya.


#####

Hello, Park JTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang