27. Goodbye Message

39 12 0
                                    

Jihyo membuka kedua matanya perlahan. Yang pertama disaksikannya adalah ruangan serba putih dan bau obat.

Jihyo menggeliat pelan. Seorang perawat masuk. Melihat Jihyo sudah siuman, perawat itu pun memanggil dokter. Setelah dokter memeriksa kondisi Jihyo, giliran orangtua Jihyo yang masuk, bersama orangtua Daniel.

"Sudah merasa lebih baik, anakku?" ucap mama Jihyo.

Jihyo mengangguk pelan. "Daniel di mana?"

"Daniel dirawat di ruangan ujung sini, Ji," jawab mama Daniel.

Kedua alis Jihyo bertemu. "Apakah Daniel sakit, Tante?"

"Tidak... Hanya sedikit kelelahan, mungkin?"

"Boleh Jihyo menemuinya, Tante?"

"Boleh..."

Dengan bantuan kursi roda, Jihyo pun diantar menuju ruangan tempat Daniel dirawat. Jihyo bisa melihat wajah kekasihnya itu masih tetap terlihat ganteng meski terlihat sedikit pucat.

Seolah tahu kalau Jihyo datang, Daniel membuka matanya.

"Jihyo? Kamu sudah siuman?"

Jihyo tersenyum lebar. "Seperti yang kamu lihat. Kamu sendiri kenapa? Kok bisa sampe dirawat?"

Daniel sedikit tergagap. Mamanya memberi kode agar berkata kalau dia kecapekan, dan Daniel mengerti. "Ah, anu, aku sedikit kecapekan. Beberapa hari ini pekerjaan kantor banyak banget."

"Ah, gitu... Kamu jaga kesehatan, ya? Jangan terlalu capek. Kalau capek, istirahat. Jangan sampai sakit. Kalau kamu sakit, aku sedih."

"Iya... Nggak lagi-lagi deh..."

Tiba-tiba Jiwon muncul, diikuti oleh Wooseok, Jimin dan Mina. Kedua orangtua Jihyo dan Daniel pun undur diri, memberi kesempatan kepada para anak muda itu.

"Kak Jijiiiii alhamdulillah operasinya berjalan lancarrrr..." seru Jiwon dengan hebohnya. Jimin sampai menegurnya.

Jihyo tersenyum. "Iya, alhamdulillah. Aku senang bisa ketemu kalian lagi. Oh ya, yang lainnya ke mana?"

"Tadi Kak Jae datang sama Jisung sama Jay. Tapi kayaknya mereka lagi di kantin. Tadi mereka bilang mau makan dulu."

"Kalo Jamie, masih ada acara di rumahnya, ya?"

"Iya, Kak. Nanti ada acara 3 harian meninggalnya Tante Jes."

"Eum,,, kalau Kak Jinjin?"

Semua saling pandang. Tak ada yang berniat menjawab.

"Kok diam? Kak Jinjin di kosan kah? Sama Pak Jinyoung?"

Jiwon menggigit bibirnya, sedikit ragu untuk menjawab. "Anu, Kak Jinjin,,,"

Akhirnya Jimin yang menjawab. "Jinjin meninggal, Hyo. Kecelakaan."

Kedua mata Jihyo membulat. "Apa? Kak Jimin bercanda, kan?"

"Nggak bercanda, Hyo. Beneran. Kemarin waktu perjalanan ke rumah sakit, Jinjin kecelakaan. Ditambah kata Seungyoun, Jinjin punya penyakit yang sudah parah."

"Kak Jinjin sakit? Sakit apa?"

"Nanti kalau kamu sudah boleh pulang, biar Seungyoun yang jelasin, ya? Sekalian katanya ada pesan dari Jinjin buat kamu dan Daniel."

**

Beberapa hari kemudian, Jihyo sudah diizinkan pulang. Dia diantar menggunakan mobil Daniel, diantar langsung menuju rumahnya sendiri. Dia disambut dengan meriah oleh keluarganya. Ada juga seluruh anggota kosan Park J beserta pasangan mereka masing-masing.

"Selamat datang kembali, Jihyo anak Bunda tercinta..."

Jihyo terus menyunggingkan senyum lebar. Dia senang karena sekarang dia sudah sembuh dari penyakitnya. Hanya akan menjalani sisa-sisa perawatan kecil.

Setelah waktunya dirasa pas, Seungyoun memberikan dua buah amplop, masing-masing untuk Jihyo dan Daniel.

Pelan, Jihyo membaca surat itu.

"Halo, Jihyo. Kalau kamu membaca surat ini, mungkin aku sudah tidak ada di dunia ini. Aku selalu berdo'a untuk kesembuhanmu. Dan kalau boleh aku jujur, aku suka sama kamu, sejak pertama Tuan Park memberitahu kalau kamu akan menghuni kosan Park J. Dan ketika melihatmu secara langsung, kuakui kamu benar-benar cantik, berbeda dengan yang di foto. Tetaplah menjadi Park Jihyo yang baik hati dan ceria. Semoga bahagia dengan Daniel. Oh ya, aku akan spill sesuatu. Daniel-lah yang mendonorkan hatinya untukmu. Kalau dia tahu aku memberitahumu, dia pasti akan marah. Hehe. Salam, Park Jinwoo."

Sementara Daniel juga membaca surat untuknya.

"Halo, Kang Daniel. Tidak banyak pesanku untukmu. Hanya aku berdo'a supaya kamu semakin lancar dengan perusahaanmu, dan segala urusan lainnya. Aku titip Jihyo, ya? Mungkin aku memang tidak berjodoh dengannya, dan kamu-lah yang ditakdirkan menjadi pendamping hidupnya. Tetap jadi Kang Daniel yang kukenal, ya? Oh ya, maaf kalau aku kasih tahu Jihyo kalau kamu yang donorin hati untuknya. Kalau kamu mau marah, pukul saja aku. Hehe. Salam, Park Jinwoo."

Jemari tangan Daniel sedikit bergetar membaca surat itu. Ternyata Jinjin juga menyukai Jihyo, dan memilih diam ketika Daniel sering curhat soal perasaannya? Dan Jinjin memilih memberitahu Jihyo soal rahasia 'itu'?

"Daniel..."

Daniel menoleh. "Jihyo..."

"Jadi kamu yang donorin hati untukku?"

Daniel menundukkan kepalanya. "A-aku,,,"

"Kenapa kamu nggak bilang?"

"Karena aku takut kamu nggak setuju! Aku takut kamu akan menolaknya. Dokter bilang kamu harus segera mendapatkan pendonor, sementara kamu belum juga mendapatkannya, makanya aku mengajukan diri."

"Tapi kenapa--"

"Karena aku cinta sama kamu, Jihyo. Aku akan lakukan apapun untukmu. Maaf, aku jadi terkesan jahat pada Jinjin."

Jihyo menggenggam erat kedua tangan Daniel. "Maafkan aku yang sudah membebanimu, sayang. Dan soal Kak Jinjin, aku juga jadi merasa bersalah padanya. Kita berdua bersenang-senang di atas penderitaannya. Aku juga baru tahu dia mengidap penyakit itu. Rasanya seperti,,, ah..."

Seungyoun menepuk-nepuk pundak Daniel dan Jihyo.

"Sudahlah, kalian tak perlu terlalu merasa bersalah. Kalian kan juga berhak untuk bahagia. Sekarang kalian fokus menjalani kehidupan selanjutnya."

Jihyo dan Daniel mengangguk-anggukkan kepala mereka. Mereka berjanji, demi Jinjin, mereka akan melanjutkan hidup dengan lebih baik.


#####

Hello, Park JTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang