Aku tetap keluar. Logikaku, Raden juga tak akan mengizinkanku di dalam, meski demi menyelamatkan nasibnya. Kurasa ia akan tersenyum bangga jika mengetahui bahwa istrinya masih berusaha menjaga diri dari terkaman singa lapar. Meski kami tak tahu, apa yang kemudian terjadi setelahnya.
Raden dipindahtugaskan. Ia tak lagi menjadi bodyguard Raniya. Namun justru berpindah di sisi Alex. Bertiga, menjadi punggawa seorang Wiyatama. Posisinya menjadi partnerku digantikan oleh Panjul. Seorang bodyguard slengekan yang entah darimana Wiyatama hadirkan. Tapi menurut Bi Sumi, Panjul ini sudah beberapa bulan berada di rumah ini. Ia lebih sering berada di mobil kedua Bos sebagai pengawalan saat keluar rumah, atau berjaga di halaman belakang, dimana gudang berpenjaga ketat itu berada.
Acara Raniya ke Dufan, batal. Karena aku. Tama marah besar. Ia membuat anaknya menangis. Tidak. Aku lah yang membuat Raniya menangis sebagai akibat dari pemberontakanku. Tiga hari Raniya tak ingin kusentuh. Semua kegiatannya hanya mau dilakukan bersama Bi Sumi seorang. Dan aku, hanyalah bagai pupuk bawang yang mengamatinya dari jauh. Tama tak memukulku malam itu. Ia terdiam saat aku kabur dari kamarnya. Hanya saja, di pagi harinya, setelah Raden dijauhkan dariku, ada dua orang bodyguard perempuan mengajakku berduel di sebuah ruangan sepi nan temaram bercahayakan satu lampu, di sebelah gudang belakang.
"Ini perintah Bos Tama!" ucap Mona, salah seorang kenalanku di rumah ini. Penjaga perempuan di sini bisa dihitung jari. Mungkin hanya sekitar 10 orang. Dan salah satunya, adalah Mona.
Aku mengangguk. Sudah kubilang. Aku siap mati di tangan siapapun, demi mempertahankan apa yang seharusnya aku pertahankan. Aku pasrah. Saat Mona mulai mengarahkan tangannya akan membogemku, ia berhenti. Ia kembali ke sikap awal.
Aku membuka mata. "Kenapa?"
"Lo boleh lawan kita," ucap Shenny.
Aku membelalak, lalu seketika satu tinju menghantam pipiku. Aku melawan, sesuai perintahnya. Bertiga kami bergulat dengan tangan kosong, tanpa mereka tahu kesalahan apa yang telah kulakukan. Tanpa aku tahu, mengapa mereka tak menggunakan benda-benda super mengerikan yang tergantung di kanan-kiri gudang ini.
Kami terengah-engah, terlentang di dalam ruangan yang hanya punya segaris ventilasi udara di atas pintu. Mona bangun, membuka pintu kasar, lantas ikut terduduk di samping pintu. Mengambil nafas sebanyak-banyaknya, mengganti energi yang hilang selama 20 menit kami gunakan untuk hal yang tak jelas.
"Gue aneh. Kayaknya gosip lo jadi kesayangan Bos beneran ya?" ucap Shenny yang terkapar di sebelahku.
"Maksud lo?"
"Gila aja. Gue sama Mona boleh hukum lo, tapi nggak boleh lo lecet. Bikin lo jera, tapi ga boleh lo mati. Lo ga lecet, artinya gue racunin aja. Tapi lo bakal mati. Dan kalo lo mati, kita berdua gak jauh beda nasibnya sama lo."
Aku terbahak. Sekencang-kencangnya. Hingga nyeri perut bekas tendangan Shenny tadi cukup berasa. Shenny merubah posisinya menghadapku. Wajahnya samar terlihat penuh tanya.
"Tapi lo nggak sakit 'kan? Kalo pun lo lecet, gue pinjemin concealer. Selamatin nasib kita!"
"Hahaha ... " Kami makin terbahak. Dan Mona, hanya meringis geli mendengar tawaku. Sungguh, di dunia Wiyatama, Amna Arisa, Shenny, Mona, dan banyak orang seperti kami, nyawa hanya seolah mainan belaka. Apa Raden akan mengikuti jejak kami juga?
Shenny berdiri. Ia mengulurkan tangannya. Aku menggapai tangan itu. Mona sudah melenggang lebih dulu.
"Selamat! Bentar lagi lo jadi Nyonya Bos kita!"
Aku paham maksud Shenny. Bukan hal yang sulit, membaca gerak-gerik Tama. Om juga telah memilihkan 'menjerat Tama dengan cinta' sebagai plan A kami. Tapi, aku lebih memilih plan B. Menarik hati Raniya dan Nyonya Rastari, untuk membekuk Tama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sulit Akur (COMPLETED)
Любовные романыAmna dan Raden. Nama samaran dari dua orang mata-mata, yang berasal dari dua agensi berbeda, namun mempunyai misi yang sama. Menaklukan gembong mafia, dan mengungkap semua bisnis terselubungnya. Bagai kucing dan anjing, mereka tak pernah akur. Salin...