Sulit Akur (COMPLETED)

24. Dua Sisi Keyakinan

Aku anak tunggal yang manja. Segala hajatku terpenuhi oleh kedua orang tua. Tanpa sedikitpun usaha. Jika dibutuhkan, mungkin aku hanya akan mengeluarkan secuil tenaga untuk meraihnya.

Menghabiskan usia seorang Amina Arshila begitu membosankan. Semua amat datar. Kecuali, setelah aku bertemu Bima. Almarhum suamiku itu memberi banyak tantangan. Dari sulitnya mendapat perhatian, proses mencintai yang begitu rumit, hingga melalui hidup bersama yang serba tak tertebak.

Bima adalah pria misterius. Ia sebatang kara. Sejak kecil telah menjadi bagian dari SPYDER meski ia tak tahu awal mulanya. Om menghidupi Bima dari usia balita. Seorang pria misterius yang rajin mengirimi nafkah ke panti asuhan, tempat Bima dibesarkan. Bima mengabdi tanpa tahu sosok rahasia pemberi makan itu, hingga nyawa telah berada di ujung jalan. Orang tua Bima hanyalah Bu Sisi, si pengurus panti.

Bima tak pernah mengekang. Ia membebaskan apa yang ingin kujalani dalam hidup. Memberiku akses penuh untuk menentukan dan merasakan sensasinya. Termasuk segala akibat dari bermacam sebab yang kupilih.

Menyukai Bima.

Menikah dengannya.

Menghabiskan waktu menjalani hidup abu-abu dua dunia.

Menuntaskan segala misi.

Mencandai satu-satunya nyawa kami berdua, mengadukannya pada mesiu.

Merasakan debar hebat setiap detik berjalan.

Dan ... kehilangan limpahan pacuan debar itu, tepat saat Bima meninggalkanku.

Hidup Amna Arisa ... kembali menjadi Amina Arshila.

-----

Amina Arshila istri Arya Abikama. Si polisi tampan nan sholeh. Ia tak ubahnya seperti Bunda dan Ayah. Menghalangiku dari segala marabahaya mengancam. Memberi perlindungan penuh, hingga aku sesak sendiri tak sanggup bernafas.

Ami:
Abang tahu sejak kapan?

Bang Arya:
Sejak kamu tertembak.
Jangan macam-macam.
Anak itu masa depan kita.

Ami:
Ami bisa jaga diri.
Beri Ami waktu selesaiin semua sendiri.
Jangan ikut campur.

Bang Arya:
Kita keluarga.
Dan keluarga akan menjaga bagian dirinya yang sedang dalam bahaya.

Aku tersedu sedan di bawah bantal yang membekapku, agar tak terdengar oleh Raniya atau siapapun di luar sana. Kesulitan nafas di bawah sini saja, tak sebegitu menyesakkan dibandingkan dunia nyata yang sedang kulalui. Sebelum selesai menghapus pesan rahasia kami pada keluarga, mengganti simcard dan menyembunyikannya di dalam slop sepatuku lagi, Arya mengirimkan serentetan pesan penutup menyebalkan.

Bang Arya:
Ayah-ayah skrg mengawasi kita.
Kami masih atur rencana bebasin kamu.
Sebelum Tama gelar pernikahan sialan kalian.
Misi kamu sekarang cuma 2.
Jaga diri dan bayi kita.

Sekali lagi, aku ingin berteriak sekencang mungkin. Aku bisa jaga diri! Aku bisa melindungi janin ini! Cukup berikan aku kepercayaan untuk melakukan yang aku mau!! Melupakan fakta jika ternyata, aku memang sendirian. Alex dan Rindi tak memberiku info yang mereka dapat dari pesta di pantai tadi sore.

------

Hari ini ada peresmian resort. Tentu saja Tama hadir. Meninggalkan aku, Raniya dan para penjaga setia kami. Aku teringat pesan Bang Roni kala itu. "Hati-hati pada Sandra dan Mona!"

Sandra tak menutupi sikapnya yang membenciku. Ia cemburu lantaran cinta bertepuk sebelah tangan. Seolah, aku yang menarik lengan Tama dan menjauhkannya dari jangkauan si penyuka warna merah gelap itu. Mona? Mona masih abu-abu bagiku. Ia bukan perempuan ramah. Namun, tak sebenci Sandra padaku. Mona banyak membantu dalam latihan bela diri belakangan terakhir. Penguasaan teknik Mona juga lebih hebat dibandingkan Shenny.