Chapter 28: You Make Me

145 14 3
                                    

Hai....😊
Happy Reading....
🥀

B

TS telah berangkat ke Amerika untuk mempersiapkan projek konser mereka. Ada banyak jadwal yang harus mereka lakukan sebelum konser di mulai, dari pemotretan hingga jadwal wawancara di berbagai stasiun televisi di sana.

Hari ini ada sebuah wawancara di stasiun televisi terkenal di AS. Selama wawancara di sana BTS tampak sangat menikmati, mereka banyak tertawa dan mengobrol santai dengan host di sana bahkan saat tidak ada kamera. Acara itu selesai dengan lancar,  lalu tiba-tiba Tae di panggil oleh manajernya. Entah apa yang mereka bicarakan. Tapi yang jelas Tae tidak terlihat baik-baik saja. Wajahnya memerah panik dan tubuhnya gemetar. Ia ingin sekali ambruk dan menangis di sana. Namun ia tidak bisa membuat keributan di stasiun televisi apalagi masih ada jadwal yang harus mereka hadiri setelah ini.

"Apa keputusanmu Tae?" Tanya manajernya, berusaha untuk mendiskusikan keputusan Tae. Dalam hal ini hanya Tae yang boleh menentukan, meski jadwal yang akan mereka hadiri setelah ini cukup penting.

Dengan sedikit berkaca, Tae mendesah lirih. "Aku ingin pulang Hyung. Tapi kalian tidak perlu ikut. Aku akan pulang sendiri."

Manajernya menghela pasrah. "Baiklah, aku akan mengurus tiketnya. Kau dan staf akan pulang malam ini juga."

Tae merasa sedikit lega mendengarnya meski debaran di jantungnya sudah seperti akan menjebol dadanya. Takut dan putus asa menguasai relungnya dan ia tidak bisa membendung air matanya lebih lama. Ia segera berlari menuju mobilnya dan pergi bersama staf BTS yang akan pulang bersamanya. Ia bahkan tak sempat untuk berpamitan pada temannya. Ia terlalu kalut dengan berita yang manajernya berikan dan ia tidak mau membuat membernya khawatir.

Dalam perjalanan ke bandara ia mencoba untuk menelepon kakeknya. Ia masih tidak mempercayai ucapan manajernya itu. Namun ia tidak kunjung mendapat jawaban hingga panggilan ke sekian, akhirnya panggilannya terambung.

Sayangnya kelegaan Tae tidak berlangsung lama, karena suara yang ia dengar bukan lah suara kakeknya, melainkan suara ibunya.

"Taehyung-ahh hik hik..." Suara ibunya agak serak dan mungkin juga sedikit menangis.

Tae tidak ingin pikirannya menjadi liar dan berpikir ada sesuatu yang buruk terjadi di sana. "Omma, dimana kakek? Aku ingin bicara dengannya." Sergah Tae mengabaikan suara isak kecil ibunya.

Ibunya diam beberapa saat, membuat Tae semakin tidak sabar. "Maafkan omma Taehyung-ahh, kakek sudah meninggal."

Seketika Tae lemas, dadanya sesak dan terasa begitu nyeri. Tidak ia hiraukan suara ibunya yang memanggilnya dari ujung telepon yang  masih tersambung itu. Dalam hatinya terus memungkiri kenyataan yang ibunya berikan. Ia masih berharap bahwa kabar yang manajernya dan ibunya katakan adalah kebohongan. Ia tidak mungkin kehilangan orang yang ia sayangi lagi.

Tae menutup wajahnya dengan telapak tangannya, sulit baginya untuk menerima semuanya. Seperti baru kemarin ia bertemu dengan kakeknya dengan canda dan tawanya. Tapi sekarang? Tae terisak pilu.

Ia tidak pernah menyangkan hari ini akan datang begitu cepat. Seperti baru kemarin ia menangisi kepergian neneknya yang ia sayangi dan sekarang ia harus menerima kenyataan bahwa kakeknya juga ikut pergi meninggalkannya. Bagaimana bisa semua orang yang ia cintai pergi meninggalkannya? Apakah seburuk itu hidup bersamanya?

Tae segera mengikuti stafnya untuk masuk ke bandara dan menunggu pesawatnya. Untung saja tidak butuh waktu lama mereka menunggu, pesawat yang manajernya pesan sudah ready, jafi Tae dan stafnya sudah bisa masuk ke dalam pesawat secwpatnya.

***

Taehyung POV

Mobil yang aku tumpangi berhenti di rumah duka Pyeonghwa. Aku tiba-tiba merasa linglung, masih bingung kenapa aku berada di sana sampai stafku bertanya. "Tae-shi, kita sudah sampai. Keluarga anda sudah menunggu di dalam." Ucapnya dengan hati-hati meski tidak bisa mengurangi kekalutan ku yang kembali melanda.

RAIN (Taehyung x Jeongyeon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang