Chapter 3: Petrichor

584 73 13
                                    

Note: Mulai chapter ini, alur ceritanya akan maju mundur. Kalau kalian belum baca 'She Is A Pandora' mungkin akan sedikit bingung. Tapi tetap ini adalah skuel dari cerita itu, jadi sedikit banyak pasti akan berkaitan. Maka dari itu biar lebih enak bacanya, sekalian baca cerita 'She Is A Pandora' juga ya. Chapter ini akan nyambung ke She Is A Pandora Chapter 1: Perjodohan Berblood.

Happy Reading 😊

***

"Apa kau anak kecil?" Sindir gadis yang baru datang itu sambil menunjuk Taehyung yang reflek menatap tubuhnya sendiri yang sudah basah kuyup.

"Ohh." Kata Taehyung canggung menyadari dirinya yang ketahuan bermain hujan diusianya yang sudah dewasa itu.

Kemudian Taehyung hanya tersenyum canggung sembari menggaruk tengkuknya yang yang mendadak diserang rasa gatal. Sedangkan gadis yang baru datang itu hanya menertawai tingkahnya.

"Pakailah." Gadis itu menyodori Taehyung sebuah mantel berwarna hitam. "Kau bisa sakit." Lanjutnya menunggu reaksi Taehyung yang justru terdiam mengamati mantel hitam itu tanpa tergerak untuk mengambilnya.

Taehyung mengangkat wajahnya, ada senyuman mengembang di bibirnya. "Tidak perlu, aku tidak akan bisa mengambalikannya dalam waktu dekat." Ucapnya pada gadis itu yang justru tertawa kecil.

"Apa kau akan pergi jauh?" Dia bertanya yang segera mendapat anggukan singkat dari Taehyung. "Kemana?" lagi-lagi dia mengajukan pertanyaan seperti penyidik saja.

"Emm, Amerika." Jawab Taehyung sedikit menimbang membuat gadis itu mengeryitkan keningnya. Ada beberapa pertanyaan yang tiba-tiba muncul dikepalanya. Namun ia ragu untuk mengutarakannya, ia tidak mau dianggap sok ikut campur urusan orang lain.

"Oh begitu." Ucapnya pada akhirnya. "Kalau begitu kau bisa mengembalikannya setelah pulang dari Amerika." usul gadis itu yang lagi-lagi membuat Taehyung terdiam. Gadis itu bahkan tidak berkeberatan mantelnya dipinjam dalam waktu yang belum pasti terlebih mereka tidak benar-benar saling mengenal.

Taehyung tidak segera menjawab, membuat jeda panjang diantara mereka. Sekarang keberadaan mereka tidak lagi tampak, deru hujan telah mengambil alih sejak beberapa menit lalu ketika kata terakhir terucap. Taehyung sekarang justru hanya mengamati lawan bicaranya, mencoba menerka isi pikirannya.

Secara harfiah mereka tidak saling kenal. Bahkan Taehyung cukup yakin gadis itu tidak tahu siapa sebenaranya dirinya, meski terdengar cukup mustahil. Tapi selama mereka bertemu, gadis itu tampak tidak berminat padanya, apalagi bersikap baik layaknya fan. Mereka hanya saling tahu karena pertemuan yang terjadi teramat sering.

Eksistensi gadis itu tentu tidak bisa diabaikan. Sedangkan eksistensi Taehyung mau tidak mau gadis itu ketahui. Hanya sebatas profesionalitas semata. Awalnya.

"Aku tidak yakin kapan aku akan kembali dari sana." Akhirnya Taehyung menjawab sekaligus mengisyaratkan bahwa ia tidak bisa menerima pertolongan gadis itu. Tidak hanya karena ada gadis lain yang sudah mengisi hatinya, namun ia tidak ingin eksistensi gadis itu masuk kedalam kehidupannya dan menggeser eksistensi gadisnya yang sudah susah payah ia pertahankan selama ini.

Gadis itu mengangguk mengerti meski wajahnya cukup jelas menunjukan kekecewaan. Selama ini ia tidak bersikap cukup baik pada Taehyung yang ia anggap sedikit kurang waras itu. Namun anggapan bahwa pria itu tampak menyedihkan tidaklah benar, mungkin. Karena pria itu jelas menolak bantuannya, meski ia mencoba membujuk.

"Baiklah." Terima gadis itu dengan sunggingan senyuman tipis di ujung bibirnya. Tentunya ia tidak ingin tampak terlalu kecewa karena ditolak oleh seorang pria, meski niatnya baik.

Tin Tin Tin

Sebuah mobil menekan Klarkson cukup keras dan berhenti tepat di depan mereka. Spontan perhatian mereka teralihkan pada mobil sport berwarna abu-abu itu. Beberapa saat kemudian si empunya mobil itu menurunkan sebelah kaca mobilnya.

RAIN (Taehyung x Jeongyeon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang