Bolehlah kasih vote dulu sebelum baca, biar authornya seneng. Hehe
Jangan lupa komen juga yang banyak ya 😊
***
Langit kembali mencerah bahkan hanya beberapa menit setelah hujan mengguyur Kota Seoul sore tadi. Tidak banyak yang tersisa, bahkan tanah yang pria itu injak kini telah mengering sepenuhnya. Tapi sayangnya hujan itu tidak hanya meninggalkan bekas yang telihat dan bisa hilang dalam waktu singkat. Namun hujan itu juga membuat udara awal musim semi menjadi lebih dingin dan menusuk tulang. Mungkin lebih dari itu, karena pria itu merasakan angin itu telah menusuk dan menembus rongga-rongga dadanya yang telah lama kosong.
Kakinya bimbang, beberapa menit ia hanya berdiri di depan pintu kaca besar yang berbulan-bulan ini tidak pernah ia masuki. Cukup sulit baginya untuk datang kesana lagi, setelah memutuskan bahwa tempat itu tidak akan mengubah keadaannya dan justru membuatnya semakin terluka. Tapi hari ini, hari yang terlalu sulit ia lewati dan tidak ada tempat lain yang melintas di kepalanya untuk ia tuju.
Klintingg. Sebuah bel kuningan berklinting saat pria itu mendorong pintu itu terbuka. Hidungnya menangkap aroma yang sudah lama tidak singgah menyapa indra penciumannya. Aroma gandum panggang dan manis asam selai yang menguar ke seluruh ruangan.
Pria itu menyunggingkan senyuman tipis tak berbalas pada pelayan yang masih beku, syok. Mereka pasti tidak pernah memprediksi pria itu akan datang lagi ke toko mereka. Terlebih umur toko mereka yang hanya tinggal menghitung hari. Tidak ada yang bisa diharapkan kecuali ada orang yang benar-benar menyukai toko mereka mau mengambil alih dan menanamkan modalnya.
Para pelayan itu segera menutup mulut mereka dan buru-buru mempersilahkan pria itu mengambil salah satu tempat yang kosong dan tentu saja mereka tahu, bahwa tempat yang pria itu suka adalah sepasang kursi empuk berlengan yang menghadap ke jendela kaca. Dimana pria itu bisa berlama-lama menatap siapapun yang lewat di jalan di luar toko mereka.
Pria itu mengangguk singkat lalu pergi ke mejanya.
Tok. Sebuah mug berwarna abu-abu diletakan di atas meja pria itu. Dahinya mengeryit menatap heran mug yang tak pernah ia pesan itu, yang sekarang mengepulkan aroma coklat panas yang manis.
"Aaku ti..." Ia segera mengangkat kepalanya dan berusaha untuk memberitahu pelayan bahwa ia tidak pernah memesan secangkir coklat panas itu. Tapi saat matanya menangkap siapa sosok pelayan itu, mulutnya seketika terkunci dan dua alisnya bertautan.
Lebih dari sepuluh menit pria itu duduk di sana tanpa memesan sepotong roti pun. Tatapannya kosong tampak melamun. Bagaimana tidak, ia baru saja mengalami hal yang tidak pernah ia bayangkan. Mungkin juga tidak.
Selama ini ia sudah berprasangka pada Jimin terlebih ditambah dengan kata-kata Brian. Tapi ia tidak pernah menyangka bahwa semua prasangkanya mungkin menjadi kenyataan. Dengan dua telingannya ia mendengar percakapan mereka, atau lebih tepatnya perdebatan mereka.
Dadanya menjadi nyeri saat mengetahui seperti apa hubungan Jimin dan Jeongyeon sebelum ia mengenal mereka. Meski Jimin berkeras pada membernya bahwa tidak ada hal lain selain hubungan pertemanan dengan gadis itu. Tapi sepertinya ia tahu sekarang.
"Tidak. Ini aku yang traktir." Ucap gadis pelayan yang kemarin membuatnya sakit punggung. Wajah gadis itu bersemu, ia tampaknya malu dan berusaha tidak menatap pria itu secara langsung.
Pria itu hanya menatap gadis itu untuk beberapa waktu, menunggu mungkin ada beberapa kata yang kembali terucap. Tapi sayangnya tidak. Gadis itu menggigit bibirnya ragu dengan sesekali mencuri pandangan padanya dengan cara yang lucu dan berhasil membuat pria itu mengulaskan senyum bahkan tanpa ia sadari.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAIN (Taehyung x Jeongyeon)
FanfictionMasih hujan Tolong jangan berhenti Kalau saja kita bisa berada ditempat yang sama Cukup bagiku - - - 22-4-20 High rank 28-10-20 #2 Jeongtae 19-2-21 #2 taejeong