Chapter 14: Cover

165 31 3
                                    

Taehyung Pov

"Tunggu sebentar, aku akan memanaskannya." Ucapku sambil berlalu pergi keluar kamar Jeong yang tiba-tiba terasa pengap dan membuatku sesak nafas.

Gadis itu benar-benar sulit untuk di mengerti. Aku merasa ia belum berubah, namun di sisi lain aku bahkan tidak mengenalinya sama sekali.

Aku berjalan pelan menuju dapur, sembari mengatur nafasku agar lebih stabil. Ruangan itu terasa begitu mencekik dan sikap dingin Jeong membuatku kehilangan kesabaran. Sekarang, aku tidak tahu harus bahagia atau kesal melihatnya sudah sadar. Aku sempat khawatir setengah mati ketika mengetahui gadis yang pingsan di jalan tadi pagi adalah dirinya, bahkan aku sempat menentang kakaknya dan bersikeras membawanya ke rumah sakit, hingga aku sadar bahwa ucapan kakaknya benar, jika semua orang melihat kami maka semua akan semakin rumit.

Tapi lihatlah sekarang, gadis tidak tahu terimakasih itu justru mengusirku tanpa belas kasih. Aku hanya bisa menghela nafas kecewa. Sepertinya memang tidak ada yang bisa diharapkan dan mungkin ini sudah menjadi akhir dari segala penantian konyol yang aku perjuangkan selama bertahun-tahun ini. Aku memang bodoh.

Aku menghentikan langkahku tepat di depan pintu dapur. Ada ibu Jeongyeon, kakaknya dan seorang gadis yang aku lihat cukup mirip dengan Jeong duduk di meja makan. Gadis itu tampak tidak asing dan sepertinya aku pernah melihatnya, tapi aku lupa kapan itu.

"Perr..." aku tidak sempat menyelesaikan kalimatku untuk meminta ijin masuk ke dapur untuk memanaskan makanan, karena seorang gadis yang duduk di depan ibu Jeongyeon sudah mengintrupsi lebih dulu.

Gadis itu berdiri dengan wajah yang cukup tidak mengenakan begitu pula kedua orang di depannya. Namun aku tidak tahu apa yang sedang mereka bicarakan dan seserius apa itu, hingga aku mendengar gadis itu memekik,"Aku sudah bilangkan ma," dari nada bicaranya gadis itu tampak sangat kesal dan kecewa, namun sepertinya tidak sepenuhnya di tujukan pada wanita paruh baya di depannya. "Sejak pertama kali kita bertemu lagi dengannya, aku sudah menebak bahwa pria itu brengsek."

Ucapan gadis itu yang aku yakin adalah kakak Jeong, membuatku cukup terkejut sekaligus penasaran siapa pria brengsek yang ia maksud?

Aku masih bediri diambang pintu, terjebak pada situasi canggung dan takut alih-alih kedatanganku mengganggu percakapan serius mereka. Jadi aku memutuskan untuk menepi di bibir pintu membelakangi mereka. Aku akan menunggu beberapa saat lagi, sampai situasi sedikit lebih tenang.

"Jangan bilang begitu, dia adalah anak yang baik. Omma tahu itu." sanggah Ibu Jeong pada anaknya yang sama sekali tidak tampak percaya. "Lagipula sekarang dia sudah menjadi tunangan Jeong."

DEG. Jantungku serasa berhenti saat sebuah kata yang benar-benar asing dan tidak ingin ku dengar itu meluncur dari bibir wanita yang telah melahirkan Jeongyeon.

Tunangan? Jeongyeon?

Dua kata itu sekarang memenuhi kepalaku yang sudah penuh sesak. Kata-kata yang terlalu sederhana untuk menggeser segala kalimat panjang yang ingin sekali aku sodorkan pada Jeongyeon sejak bertahun-tahun lalu. Tapi sayangnya semua kalimat itu sudah musnah sekarang, hanya dengan dua kata 'Jeongyeon bertunangan' dan kata-kata itu kini membuat cabangnya sendiri yang mulai memenuhi otakku dan merenggut pertahanan diriku.

Tanganku bergetar hebat, bukan karena nampan bubur sialan itu yang masih ku pegang. Tapi karena tubuhku kini terasa begitu tidak berdaya. Seperti semua tulangku dicabut paksa dan dibiarkan terkulai di tanah.

Aku menggigit bibirku keras, hingga rasa asin dan hangat mengalir di bibirku. Aku menahan sekuat tenaga untuk tidak berteriak dan menerjang mereka dengan pertanyaan-pertanyaan yang aku yakin akan membuat mereka kebingungan setengah mati. Atau kembali ke kamar Jeong lalu memaki gadis itu karena membiarkanku mengembangkan harapan kosong selama bertahun-tahun. Meski aku tahu dan benar-benar tahu, bahwa gadis itu tidak bersalah. Tapi pilihannya untuk diam dan menghindar dariku membuatku frustrasi sekaligus berfantasi. Fantasi-fantasi konyol tentang alasan Jeong menghindar yang aku yakin Jeong bahkan tidak peduli.

RAIN (Taehyung x Jeongyeon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang