Chapter 25: Dynamite

132 20 5
                                    

Seperti biasa budayakan vote baru baca ya gues, jangan lupa komen juga yang banyak...
Happy reading
🍂

Jeongyeon segera menghentikan taksi yang beruntungnya lewat tepat setelah ia keluar dari mobil Taehyung. Dengan sedikit tergopoh Jeong masuk ke taksi itu tanpa menghiraukan panggilan Tae yang merintih penuh penyesalan.

"Maaf nona, apa terjadi sesuatu?" Tanya supir taksi ketika melihat wajah Jeong yang bersimbah air mata. "Apa perlu ku panggilkan polisi?"

Nada supir itu cukup khawatir dan Jeong bisa melihat jika supir itu sedang memperhatikannya melalui kaca dasbor.

"Tidak, saya baik-baik saja. Anda tidak perlu khawatir." Sergah Jeong menghentikan kemungkinan pertanyaan tambahan dari supir itu. Ia segera mengusap air matanya, lalu mengambil sebuah masker dari Sling bagnya dan tak lupa ia juga mengenakan topi hitamnya kembali. Ia tidak ingin wajah sembabnya terekspos lebih lama.

Supir taksi itu tidak lagi bertanya, fokusnya kini beralih pada jalanan setelah Jeong memberitahunya alamat sebuah cafe di dekat gedung jype. Ia sengaja tidak langsung pada tujuan sebenarnya, ia tidak mau jika identitasnya diketahui dan menjadi buah bibir diantara para supir taksi.

Pandangan Jeong terarah pada pepohonan yang berlarian di sisi jalan. Sehari sebelumnya ia merasa pepohanan itu begitu indah dan ia ingin menatapnya lagi dan lagi. Namun sepertinya kini tidak lagi, tidak setelah Tae melakukan hal itu padanya.

Jeong tahu bagaimana Tae marah karena penolakannya. Ia bahkan mencoba menghindar saat Tae memberinya bunga malam itu. Namun ia tidak menyangka Tae akan hilang kendali. Dan yang lebih mengherankan Tae terdengar seperti ia sudah lama mengetahui jika ia sudah bertunangan dengan orang lain. Tapi sejak kapan? Lalu apa tae tahu dengan siapa ia bertunangan?

Jeong memijit pelipis yang berdenyut nyeri memikirkan itu, bahkan bibirnya kini terasa perih. Ada setitik rasa asin dimana Tae sebelumnya mengigitnya. Jeong segera mengusap kasar bibirnya, ia tidak ingin ada bekas Tae melekat pada dirinya. Tae yang memilih jadi pria brengsek.

Sekitar satu jam perjalanan, akhirnya Jeong sampai di sebuah cafe di seberang jalan gedung jype. Dengan tergopoh ia berlari menyebrang jalan lalu masuk ke gedung jype.

Hal pertama yang ia lakukan adalah memeriksa isi lokernya. Ia harus mengganti bajunya sesegera mungkin sebelum ia pergi. Ada tempat yang ia harus tuju hari ini dan ia tidak mungkin mengenakan pakaian itu kesana. Terlebih setelah apa yang Tae lakukan padanya.

Sial. Tidak ada apapun di lokernya, selain celana olah raga dan sebuah t-shirt tanpa lengan yang tidak mungkin digunakan di acara peringatan kematian seseorang.

"Yahh jeongiah...kau dari mana saja?" Sebuah suara menggelegar beserta tepukan keras di pundak Jeong.

Jeong menoleh dengan wajah jengah melihat Nayeon yang tersenyum penuh curiga padanya. "Hei...apa kalian melakukan... Oh no uri jeongiahh!"

Nayeon justru heboh sendiri dengan imajinasinya tentang Jeong dan Tae. Tidak heran karena hanya dia yang tahu Jeong pergi bersama Tae kemarin.

"Tutup mulutmu nayeonahh." Salak Jeong dengan tangan membungkam mulut sahabatnya itu. Matanya celingukan menatap koridor agensi nya yang syukurnya kosong. "Jika kau tidak berjanji untuk tetap tenang, aku tidak akan melepasmu."

Nayeon manggut-manggut berjanji memenuhi ancaman Jeong dan gadis itu akhirnya melepaskannya.

"Jeongiah!" Nae kembali berteriak dengan mata berbinar. Namun Jeong segera memelototi gadis itu sembari menaruh telunjuknya di depan bibirnya.

Nae kembali manggut-manggut, lalu berbisik. "Kalian menginap dimana tadi malam?" Senyum nae penuh selidik sekaligus menggoda Jeong.

Jeong menghela nafas berat, ia tidak habis pikir dengan isi kepala sahabatnya itu. "Berhenti berpikir macam-macam nae, aku tidak melakukan itu semua." Ketus Jeong yang sama sekali tidak dipercaya oleh nayeon yang sekarang mengerucutkan bibirnya mencibir.

RAIN (Taehyung x Jeongyeon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang