Chapter 1

24.2K 1.3K 13
                                    

Anak berumur 8 tahun itu bergetar ketakutan sambil memeluk lututnya sendiri disebuah pojok ruangan gelap dan kotor yang berada di luar rumahnya .

"Kesini kamu!" Bentak seseorang yang ia yakini sebagai ibunya sambil menyeret anak itu mendekat kepadanya.

Ia menangis kencang sekali saat sesuatu menghantam tubuh kecilnya.

"Mama.. sakit.." Ucapnya ditengah tangisnya menahan perih di tubuhnya.

Berkali kali ia memohon agar berhenti, namun sepertinya sang ibu telah dibutakan oleh amarah dan terus memukuli anak itu dengan sebuah sabuk kulit milik suaminya.

"Berisik, Ini juga salahmu. Harusnya gak usah lahir ke dunia ini." ucapnya sambil menarik rambut anak itu.

Bau alkohol tercium sampai membuat anak itu mual.

Ya. Sering sekali terjadi jika sang ibu mabuk,maka ia akan dipukuli sampai amarah sang ibu reda.

Saking seringnya ia sudah tau bagaimana bau dari sebuah alkohol yang bisa saja membunuh dirinya,lewat sang ibu.

Biasanya jika seperti ini, ibunya akan berhenti paling lama hanya beberapa pukulan, namun hari ini ibunya sudah kelewatan.

Yang paling parahnya adalah ketika semua orang dirumah itu tidak ada yang peduli ketika ia sekarat atau sekalipun mati.

Dengan dorongan kuat sang ibu mendorong kepala anak itu sampai membentur tembok.

Dan terakhir, ia mendaratkan tendangannya pada dada anak tersebut sampai terbatuk.

"Cih, anak haram harusnya jika sudah datang harus cepat kembali," Ucapnya

"Ke akhirat" diiringi dengan tawa miliknya yang tanpa dosa.

Kata-kata dan juga tawa milik ibunya masih terdengar ditelinga anak itu meski dengung panjang lebih kencang terdengar di telinganya.

Terdengar langkah kaki sang ibu yang menjauh,tampaknya memang sudah selesai.

Ia bangun perlahan sambil terus menangis.

Ia membulatkan tekadnya. Dia tidak bisa begini terus menerus.

Dengan tertatih-tatih ia mulai berlari keluar rumah itu, berusaha berlari sejauh mungkin yang ia bisa dengan sisa tenaganya.

Ia berlari ditengah gelapnya malam tanpa alas kaki. Dan tentu saja kaki kecil itu terasa panas dan juga perih ia rasa.

Ia tak tahu akan kemana ia pergi, namun yang pasti seluruh tubuhnya sakit sekali. Belum lagi kepalanya yang terasa sakit akibat terbentur dinding.

Lama kelamaan langkahnya memelan seiring tubuhnya yang mulai jatuh ditengah jalan.

Semuanya terasa ringan. Ringan sekali.
Apakah mungkin ia akan cepat pergi seperti kata ibunya tadi?

Ia masih sadar, namun tak bisa bergerak sama sekali.

"Aku gak mau mati sekarang.." ucapnya sambil terisak.

Lalu sebuah sinar terang sekali menghampiri dirinya, semakin lama semakin dekat sampai akhirnya gelap yang ia lihat.

.....

Seorang wanita turun lebih dulu meninggalkan suaminya yang masih syok karena hampir menabrak seseorang.

"Mas,  ada anak kecil" Ucap seorang wanita sambil memangku kepala anak yang tergeletak di tengah jalan sepi tersebut.

"Dek, bangun dek.." Ucapnya sambil menepuk pelan pipi anak tersebut.

"Anaknya gak ketabrak kan Nin? Gak kenapa kenapa kan?" ucap sang suami panik.

"Mas, seandainya aku gak liat duluan mungkin anak ini udah meninggal."

"Ayo mas bantu aku bawa anak ini ke mobil.  Kita bawa ke rumah sakit, badannya dingin banget mas" Lanjut sang istri khawatir.

Dengan cepat sang suami membantu istrinya mengangkat anak itu masuk kedalam mobil.

....

"Mama sama Papa kemana sih, kok belum pulang juga" Ucap seorang anak berumur 9 tahun dengan nada kesal.

Padahal ini adalah hari ulang tahunnya.

Ia menunggu sampai larut malam namun kedua orang tuanya tak kunjung datang juga.

"Dek Kevi, bangun yuk.. bibi barusan dapet telpon dari ibu katanya gak bisa pulang sekarang, Adek masuk kamar aja tidur disana" Ucap seorang pembantu dengan lembut disana.

Anak itu bangun dengan kesal kemudian berlari ke kamarnya.

Sang pembantu hanya tersenyum, ia mengerti betapa kesalnya anak itu.

"Adek kalo mau susu sebelum tidur bibi bakalan bikinin" Ucapnya setengah berteriak.

Tidak mendengar jawaban, ia lantas memasuki kamar anak majikannya tersebut.

Disana anak itu sudah tertidur didalam gulungan selimut warna biru miliknya.

Ia merapikan selimut tersebut dan mengusap pelan rambut anak tersebut

"Selamat tidur. Selamat ulang tahun, sehat selalu juga. Kata mama, mama sayang adek. Tadi bilang ke bibi. Jadi jangan marah ke mama ya?" Ucapnya sambil mengusap kepala anak majikannya itu.

Ia tau betul anak majikannya ini pasti mendengarkan. Karena ia tau anak itu belum benar-benar tertidur. Setelah itu ia membenarkan letak selimut yang dipakai anak itu dan kemudian ia pergi keluar.









To be continue

A/n: saya lagi benerin segala typo dan keanehan yang saya liat, semoga ini bisa lebih baik dari yang awal😃

Sagara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang