Chapter 16

7.5K 804 11
                                    

"Tidur! Besok Mama pulang. Gua gamau kena omel gara-gara lu masih sakit." Ucap Kevi dengan nada khas miliknya. Jutek jutek miauu.

Sagara yang mendengar itu menghembuskan nafasnya kasar tadinya ia masih senang dengan komiknya tapi Kevi berkata demikian.

"Masih jam 8 Kev.."

Tunggu, berani-beraninya anak itu merengek padanya.

Sagara yang melihat perubahan raut wajah dari Kevi tiba-tiba terdiam.

"Y-yaudah gua tidur." Ucapnya gugup sambil menarik selimutnya.

Desah kasar nafas Kevi terdengar seperti menunjukkan kejengkelan miliknya terhadap Sagara. Begitu pikirnya.

Sampai suara Kevi kembali memecah hening diantara keduanya. Membuat Sagara yang akan memejam kembali membuka matanya dengan cepat.

"Jam sembilan. Gak lebih."

"Hah?!"

"Kalo masih mau baca batas sampe jam sembilan gak lebih."

Sagara refleks tersenyum senang, " Thanks Kev. Tapi besok aja deh sekarang ngantuk juga." Ucap Sagara yang akhirnya memilih tidur karena tidak enak kepada Kevi

"Hm." Gumamnya nyaris tak terdengar.

Sampai sekarang Sagara tidak tau alasan Kevi yang mulai perhatian padanya, aneh. Tapi ia juga senang kalau Kevi sudah bisa menerima kehadiran dirinya.

Semoga Kevi benar-benar bisa menerima kehadirannya di rumah ini.

Sekitar pukul dua pagi Sagara tidak bisa tertidur karena tiba-tiba rasa pusing kembali datang, padahal sebelumnya ia sudah merasa baik-baik saja. Kenapa malam ini sakit lagi? Ditambah sensasi dingin yang ia rasakan sampai ia menggigil.

Ia beberapa kali menelan ludahnya sendiri karena ia rasa tenggorokannya sakit sekali.

Tak ada yang bisa ia lakukan selain berusaha tertidur. Berharap agar rasa sakit di kepalanya terlupakan oleh tidur. Dan juga berharap agar ia bisa lebih baik besok pagi.

Nyatanya setelah pagi pun rasanya sama saja. Bahkan semalaman ia tidak tidur kembali.

Masih pukul 6 dan ini hari Minggu rasanya ia ingin tetap di kasur saja. Namun untuk menghindari kecemasan semua orang, Sagara pergi ke bawah menuju ruang tengah.

Ia tidak melihat kehadiran Kevi, mungkin Kevi belum keluar dari kamarnya. Begitu pikirnya.

Ia merebahkan tubuhnya di sofa setelah menghidupkan televisi di sana.

Matanya terasa lebih perih ketika ia paksakan untuk tetap terjaga, namun akhirnya ia kini memejamkan matanya tanpa sadar.

Sensasi panas dingin yang sangat tidak nyaman membuatnya meringkuk memeluk dirinya sendiri disana.

....

Dering suara telepon rumah terdengar nyaring didekat telinganya, ia yang ketiduran di sofa melirik kearah jam dinding. Disana menunjukkan pukul 8 pagi, ia terbangun karena suara telepon rumah yang begitu kencang sampai-sampai ia terkejut dalam tidurnya.

Dahinya mengkerut saat menemukan sebuah selimut coklat menutupi badannya.

Tunggu, siapa yang memberikannya selimut ini? Kevi? Tapi kalau bukan siapa lagi?

Ia sibuk dengan pikirannya sendiri sampai cepat-cepat mengangkat teleponnya.

"Halo?" Ucapnya sebisa mungkin menormalkan suara serak miliknya.

Jantungnya tiba-tiba berdetak kencang sekali diikuti dengan tubuh yang gemetar.

"Salah sambung pak? Kalaupun enggak saya gak suka becanda yang seperti ini." Ucap Sagara berusaha setenang mungkin.

Namun setelah mendengar penjelasan si penelpon kembali, ia mulai benar-benar ketakutan.

"B-bohong.. kan?" Lirihnya setelah beberapa detik mendengar pesan dari si penelepon.

Kevi turun sambil mengacak rambutnya yang setengah basah,

"Ngapain?" Tanyanya kepada Sagara yang tengah membelakangi dirinya.

Awalnya Kevi biasa saja sampai beberapa saat kemudian raut wajahnya berubah panik ketika melihat Sagara yang mulai menangis histeris dengan tubuh yang bergetar.

"Heh! Kenapa lo?!" Teriaknya sambil berusaha menenangkan.

Tak ada jawaban, hanya terdengar ia meracau sambil menarik rambutnya.

"Kenapa gua tanya?!"

"Lo kenapa sih?" Jengkel Kevi mengacak rambutnya kasar.

"M-mama.." Ucap Sagara ditengah tangis.

"Mama? Kenapa?" Ujar Kevi semakin panik.

Sagara hanya terus meracau tak jelas dengan tubuh gemetarnya.

Tanpa sadar Kevi yang sudah diambang batas sabar menampar Sagara karena Sagara tidak bisa tenang.

Beberapa detik setelah itu Sagara hanya terdiam dengan pandangan kosong miliknya.

"M-mama sama Papa kecelakaan Kev.." Ucapnya setelah itu ia menangis lagi dengan sesekali memukul dadanya karena sesakaa.

"Apa?!" Kevi meninggikan suaranya, "Gimana bis--" Kalimatnya terpotong saat tiba-tiba Sagara jatuh ke lantai kemudian tiba-tiba tubuhnya mengalami kejang disusul dengan busa yang keluar dari mulutnya.

Sumpah demi Tuhan.
Kevi tidak pernah merasa sepanik ini, ia menahan rahang Sagara agar tidak menggigit lidahnya sendiri sambil mengusap sudut matanya yang berair.

Kevi sungguh terkejut, namun beberapa kali ia menepis pikiran buruk tentang keadaan orang tuanya.

Dengan tangan yang entah sejak kapan bergetar kini mulai memanggil ambulance saja.

Rasanya semesta hari ini sedang marah kepadanya, apa ini? orang tuanya?























To be continued

👁️👄👁️

A/n: Selamat malam yaaa



Sagara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang