Chapter 6

10.5K 857 2
                                    

Suara tamparan yang begitu keras telah menjadi latar suara dari dalam ruangan kecil itu.

Tak lupa diikuti dengan suara tangis ketakutan yang berasal dari seorang anak kecil yang terduduk di pojok ruangan itu.

Begitu gelap dan pengap disana, rasanya seperti dibunuh secara perlahan, anak itu bahkan sampai berdoa agar Ia membuatnya mati sekalian karena tak ingin terus-menerus tersiksa disini.

"Arggg siapa yang nyuruh kamu keluar dari sini?!" Teriak sang ibu tepat didepan wajah sang anak yang dibuat menatap wajahnya dengan cara menarik rambut belakang kepala milik anaknya itu.

Sang anak ketakutan setengah mati melihat sang ibu yang murka atas tindakannya yang tak sengaja.

Ia tak sengaja keluar saat sang ibu melarangnya dengan keras. Karena tak ingin identitas dirinya sebagai anak terungkap.

Ia juga tak mengerti kenapa ibunya tak mau mengakui dirinya kepada dunia. Kenapa ibunya tak pernah menganggap dirinya sebagai putera nya. Padahal ia yakin kalau ia memang darah daging ibunya.

Sagara kadang merasa kalau dirinya bukanlah siapa-siapa, namun mengapa ibunya bersikap seolah dirinya adalah penjahat yang paling berdosa di dunia.

Ibunya membenci dirinya, kenapa? Kenapa kehadirannya dianggap dosa?

Sagara adalah wujud cinta yang tak disengaja yang dianggap menimbulkan malapetaka bagi kedua orangtuanya.Namun sebenarnya, Sagara bukanlah wujud manusia yang hadir dengan dengan sia-sia,dia hanyalah sebuah anugerah yang tiba-tiba. Sagara bukanlah sebuah dosa.

"Sudah saya bilang, jangan keluar kalo temen-temen saya lagi datang gimana sih?"

"Maaf ma..Saga.. engga sengaja." ucapnya terbata-bata.

"Mama mama! Jangan panggil saya Mama! Saya bukan Mama kamu." Ucapnya murka  sambil melempar sebuah sepatu heels miliknya ke arah anak tersebut.

Anak itu meringkuk kesakitan saat sebuah sepatu heels milik ibunya di hantam kan tepat pada hidung kecilnya.

"Maaf.." Tangisnya semakin kencang saking takutnya.

.....

Ia terbangun dengan nafas yang tersengal-sengal dan juga keringat yang   membasahi sekujur tubuhnya.

"Kenapa hmm? Pusing?" Tanya sang ibu yang berada disampingnya saat melihat wajah pucat anaknya itu.

"Mama bilang kan jangan pulang dulu dari rumah sakit tadi, kenapa ngeyel mau pulang?"

Mereka saat ini sedang berada di dalam perjalanan menuju pulang, sang ayah tidak ikut menjemput karena pekerjaan yang tertunda yang harus segera selesai.

Jadi saat ini ia pulang hanya dengan sang ibu, setelah merengek sejak pagi tadi meminta ingin pulang padahal dokter masih belum menyarankan.

"Gapapa, aku emang mau pulang dari kemaren mah.." Ucapnya sambil tersenyum menunjukkan giginya dengan manis.

"Terus barusan kenapa?kamu mimpi buruk lagi ya?" Tanya sang ibu sambil menyibak poni sang anak.

Sang anak hanya tersenyum, namun sang ibu tentu sudah memahaminya.

"Makanya cepet sembuh jangan sakit kaya gini lagi.. jadi mimpinya gak bakalan datang."

Anak itu tersenyum kembali sambil mengangguk yakin. Padahal sebenarnya ia juga sering mengalami mimpi seperti itu bahkan jika tidak sakit.

Seakan semuanya baik-baik saja ia akan terus bersikap begitu. Ia sudah cukup merepotkan selama ini, pikirnya.

Sesampainya dirumah ia sudah disambut dengan kehadiran kedua orang temannya dengan wajah yang terlihat khawatir sekali.

Saat turun dari mobil dengan refleks mereka membantu sagara untuk memasuki kamarnya.

"Gapapa tante, biar kita aja yang bantuin Aga." Ucap Jean ramah.

"Thanks ya.." Ucap Sagara sambil tersenyum kecil.

"Yaelah santuy kali Ga.. Ga.." Kali ini Alvi yang menyahut.

"Lagian kenapa si sampe bisa gini Ga?" Tanya Alvi ketika sudah sampai di kamar Sagara sambil menyentuh luka di tangannya.

Sagara menatap kedua temannya dengan serius dan kedua temannya refleks menanggapi lebih serius.

"Jadi.."

Beberapa detik berlalu dan Sagara masih terdiam.

"Jadi?" Tanya Alvi geram

"Jadi.. sebenernya.."

"Jadi ini luka woy, kalian gak liat?" jawabnya dengan nada yang menyebalkan.

"SAGA!!" Teriak kedua temanya dan di balas dengan tawa kencang milik Sagara.

"Argh." Teriaknya ketika Jean menepuk bahu Sagara.

"Ga? Lu gak apa-apa kan? Sorry Ga.. sumpah gua." Ucap Jean panik.

Sagara masih meringis, namun di detik berikutnya tawanya pecah kembali.

"Harusnya gausah dijenguk aja tadi." Ucap Alvi dan di iyakan oleh Jean.

"Aduh ada apa ini kayanya seru banget" Ucap sang ibu dengan membawa beberapa camilan dan segelas susu.

"Itu tante anaknya ditanya bener-bener malah gak bener ih kesel." Ucap Alvi memakai nada julid.

Sang ibu tertawa, lalu beralih mengusap kepala anaknya itu dengan sayang.

"Saga?" Tanya sang ibu lalu Saga menatap sang ibu dengan polos.

"Bagus tante, ayo marahin aja bandel gitu anaknya." Kompor Jean dengan semangat.

"Kok kamu lucu banget sih ihh." Gemas sang ibu sambil mencubit pelan pipi Sagara.

Tiba-tiba pipinya merona karena malu.

"Vi liat Vi si Aga mukanya kaya udang rebus hahahahaha." Jean tertawa puas ditemani dengan Alvi.

"Abis ini kamu minum susunya ya? Camilannya kalian boleh ambil sendiri." Ucapnya kepada Sagara dan juga temannya.

"Saga kenapa lucu banget?" Ucap Jean setelah ibunya pergi.

Dan setelah itu Sagara hanya memasang wajah jijik kepada Jean.

"Demi apa kalo lu yang bilang, gua tiba-tiba merinding." Jawab Sagara.









To be continued

Maafin atuh Aga mah emang gitu anaknya suka becanda😬🥰

Maafin atuh Aga mah emang gitu anaknya suka becanda😬🥰

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sagara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang