Chapter 23

5.6K 580 6
                                    

"Eh Astaghfirullah! Ya Allah!" Ucap Alvi kaget saat adegan jumpscare muncul disana.

Jean yang mungkin memang sudah sering menonton film bergenre seperti itu hanya menunjukkan reaksi biasa saja.

Alvi mendorong bahu Jean, "Lo sih ah pake acara nonton Conjuring segala."

"Yeuu protes mulu lu ah, tadi disuruh pilih katanya gaada film yang asik yang mau lu tonton. Giliran gua pilihin lu nya lembek gini." Ujar Jean dengan mulut penuh makanan.

"Nyenyenye, udah aing bilang apapun kecuali horor ye!" Alvi mencibir dengan lancarnya sampai tidak sadar kalau Sagara sudah hilang dari tempatnya.

Dilihatnya, anak itu telah tertidur di atas sofa dengan posisi meringkuk.

"Sst.. jangan berisik bego!" Ucap Jean yang pertama kali menyadari kalau Sagara sedang terlelap disana.

Alvi yang tengah mencibir pun refleks terdiam, "Dia kapan tidurnya sih?" Tanyanya dengan nada yang pelan sekali.

"Gatau gua juga, tapi dia emang pelor sih." Ucap Jean.

"Hah? Apaan? Pelor?" Bingung Alvi.

"Tiap nempel langsung molor." Jawabnya.

"Aaaa!!! Apaantuh?!" Teriak Alvi dan Jean bersamaan saat tiba-tiba latar musik dari film tersebut terdengar mengejutkan.

Membuat mereka terkejut bukan main sampai Sagara merasa terusik dengan suara mereka. Namun beberapa detik kemudian tidak ada tanda-tanda bahwa Sagara akan bangun karena suara bising mereka. Justru anak itu kini menyelipkan kedua tangannya diantara paha miliknya.

"Vi.. Vi.. ambil selimut Vi sama bantal." Ucap Jean kepada Alvi.

Setelahnya ia langsung mematikan televisinya dan membantu Alvi memberikan selimut serta bantal untuk Sagara.

Karena mustahil bagi mereka untuk membawa anak itu ke kamarnya yang berada di lantai atas.

Kalaupun bisa, pasti Sagara sudah terlanjur terbangun saat di perjalanan menuju kamarnya.

Disana terlihat sudah pukul sepuluh malam.

"Anjirrr woyy udah jam sepuluh malem." Jean berujar panik.

"Hah? Iya? Parah emak gua pasti ngamuk ini. Gimana dong si Aga?"

"Bentar coba gua telpon si Kevi dulu." Ucap Jean sambil berjalan keluar.

Sedangkan Alvi mulai membereskan sampah bekas makanannya tadi agar saat datang, Kevi tidak marah-marah karena rumahnya berantakan.

"Gimana?" Tanya Alvi saat Jean kembali.

"Udah pulang kok dia, lagi dijalan. Katanya kita pulang duluan aja dia mampir beli makan dulu." Jawab Jean sambil menggendong ransel miliknya.

"Yuk." Ucapnya lagi.

"Ga kita pulang ya Ga..byee Assalamualaikum.." Ucap Alvi pelan.

Beberapa menit setelah Jean dan Alvi pergi akhirnya Kevi pulang juga dengan membawa sekantong martabak rasa cokelat  di tangannya.

Ya. Itu kesukaan Sagara. Entah kenapa ia melakukan itu padahal dahulu ia tidak pernah mau tau.

Hanya saja, sepotong memori muncul ketika dulu anak itu hampir menangis saking bahagianya saat ia memakan martabak dengan rasa cokelat ini.

"Lu kalo mau martabak cepetan bangun. Kalo engga bakalan gua abisin." Ucapnya yang langsung didengar oleh Sagara.

"Hah? Martabak? Kevi?" Ucapnya linglung setelah bangun secara tiba-tiba dengan mata yang sedikit terbuka.

Tanpa sadar Kevi menarik kedua ujung bibirnya saat melihat tingkah laku Sagara.

"Iiihh martabak cokelat!" Ucapnya girang saat membuka mata sepenuhnya.

"Makan. Gua mau mandi dulu." Kevi berucap sambil bergegas menuju kamarnya.

Namun tarikan tangan tiba-tiba dari Sagara membuatnya berhenti dan kembali duduk disana.

"Lo juga makan. Kan Lo yang beli.." Ucapnya  dengan mengambil sepotong martabak yang kemudian ia berikan kepada Kevi.

"Gausah, gua mau mandi." Ucapnya menolak Sagara.

Sagara terdiam menundukkan pandangannya menatap sepotong martabak yang ada ditangannya.

Hal itu membuat Kevi menghela nafasnya pelan.

"Yaudah sini." Ucapnya meminta sepotong martabak yang hendak Sagara berikan tadi

Sagara menatap Kevi, "Mau?" Tanyanya.

"Iya sini cepetan."

Dengan cepat Sagara memberikan martabak itu kepada Kevi.

"Cobain deh, mumpung masih anget jadi cokelatnya lumerr." Ujarnya dengan antusias.

"Gimana? Enak kan?" Tanya Sagara saat Kevi memakan martabak nya.

"Hmm, lumayan." Ucapnya sambil mengambil potongan yang ke tiga disana.

"Oh iya, kapan Jean sama Alvi pulang ya? Kok mereka gak pamit?"

"Ya gimana mau pamit,Lo nya udah tidur duluan." Jawab Kevi sambil memutar bola matanya jengkel.

"Uhmm" Ucapnya dengan menganggukkan kepalanya.

Selanjutnya Kevi mengabaikan Sagara, kalau dirasa-rasa ternyata martabak cokelat ini enak juga pikirnya.

"Pantes aja dia suka." Ucapnya dalam hati.
















To be continued

Oii~ See you 😗


Sagara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang