"Ga,Lu oke?" Tanya Jean terdengar ragu saat baru bertemu kembali setelah beberapa hari.
Beberapa detik belum ada jawaban sama sekali, kini Jean menatap Alvi getir.
Sagara tersenyum, "Oke lah, santuyy.." Ucapnya diiringi dengan tawa kecil miliknya yang membuat rasa canggung diantaranya menguap begitu saja.
Bukan apa-apa Jean dan Alvi sempat takut Sagara masih seperti kemarin yang lebih banyak berdiam dan menangis.
"Lu pada apa kabar?" Tanya nya sambil merangkul kedua bahu temannya itu santai berjalan di lorong sekolah.
"Kapan si kita gak oke Ga?" Balas Alvi dengan sombongnya.
"Iya juga," Ujarnya, kemudian ia melirik sekitar.
"Dion kok gak ada? Apa dikelasnya?" Tanyanya bingung.
"Dion sakit juga Ga, dia udah tiga hari ga masuk. Dirawat di rumah sakit dia." Jawab Alvi.
Sagara melirik Jean kemudian Jean mengangguk yakin.
"Rencananya nanti pulang sekolah mau jenguk dia terus langsung ke rumah lu buat liat lu juga," Ucap Jean.
"Tapi syukur Alhamdulillah lu sekolah. Tandanya lu juga udah baikan ye?" Lanjutnya.
"Iya, gua ikut lah nanti."
"Yoii. Lu bilang dulu tapi sama Kevi, btw dari pagi bawel banget nge chat gua mulu jir." Gerutu Jean sambil memakan permen karetnya.
"Lah, kok? Kevi? Ngapain?" Tanya Sagara.
"Gapapa sih, suruh jagain lu Ga. Katanya kalo ada apa-apa kasi tau, terus dia nyuruh gua bilang ke lu obat lu kan belom abis tuh. Makan yang teratur katanya. Gitu."
"Ohh iya." Sagara menganggukkan kepalanya tanda mengerti.
Nyatanya bahkan sampai sekarang pun Sagara masih belum terbiasa dengan perhatian yang mulai Kevi berikan padanya sebagai saudara.
"Oohh, tapi aneh ga si kalo Kevi tiba-tiba baik gini? Jadi serem." Alvi berujar dan dibalas dengan anggukan lagi oleh Sagara dan Jean.
.....
Pukul tiga sore mereka berangkat menuju rumah sakit tempat Dion berada, tadinya mereka berencana untuk pergi bertiga. Alvi,Jean dan juga Sagara.
Namun tadi setelah Sagara memberi tau Kevi bahwa dirinya akan pergi menjenguk temanya, tiba-tiba Kevi bilang ingin ikut bersamanya.
Alhasil sekarang Kevi juga ikut.
Saat masuk ke ruang rawat, Sagara mendapatkan ekspresi aneh dari Dion yang tengah terdiam disana.
Ekspresinya terlihat terkejut dengan kehadiran dirinya disana. Ia mengerti kalau mungkin saja Dion memang benar-benar terkejut akan kehadiran dirinya, namun mengapa rasanya aneh sekali.
Sagara menepis pikirannya itu, kemudian menyapa temannya itu.
"Gimana kabarnya Yon?" Tanya nya diiringi dengan senyum khas miliknya.
"Lumayan, lu sendiri gimana?"
"Lumayan juga, tapi gua lebih baik si." Jawabnya santai.
Setelah itu mereka hanya mengobrol ringan sekedar bercanda sesama teman.
Kemudian seorang wanita masuk kesana dengan senyumnya.
"Ehh ada temennya Dion ya?" Ucap wanita itu yang mereka tebak sebagai ibu dari Dion.
Kemudian Sagara berbalik bermaksud untuk menyapa, namun senyumnya seketika pudar saat melihat sosok wanita itu.
Rasanya jantungnya berdetak kencang sekali.
Disusul dengan nafas yang memburu juga tangan yang entah sejak kapan mulai bergetar.
"Ga?" Ucap Kevi sambil memegang pundak Sagara saat melihat perubahan ekspresi anak itu.
"Saga?" Ucapnya lagi, kemudian Sagara berbalik menghadap Kevi.
"Kenapa?"
"Tolong.." Ucapnya tanpa suara dengan mata yang sudah siap menurunkan air matanya.
Juga dengan tarikan nafasnya yang terlihat kesulitan.
Maka dengan sigap, Kevi menarik Sagara keluar dari sana.
"Mau kemana?" Tanya Jean
"Maaf ya, kita pulang duluan." Ucap Kevi menjawab segala pertanyaan orang-orang yang berada di dalam sana.
"Kok gitu? Kenapa sayang ini temennya?" Ucap wanita itu.
"Emhh, gapapa kok Tante. Sagara emang lagi sakit juga." Jawab Alvi berusaha tenang walaupun sebenarnya ia juga kebingungan. Tidak tau apa yang terjadi sehingga membuat sikap Sagara seperti itu.
"Ohh gitu, yaudah kalian makan dulu ini tante bawa makanan dari rumah." Ucapnya.
"Emh aduh gausah Tante, bentar lagi juga kita pulang." Tolaknya halus.
"Iya Tan." Tambah Jean.
.....
Sementara itu, Kevi melihat tangan anak itu masih terlihat bergetar terlihat ketakutan disana.
Kebetulan didalam lift hanya ada mereka berdua.
"Kenapa?" Tanyanya pelan namun ia tidak mendapatkan jawaban disana.
Itu membuat Kevi bingung sekaligus khawatir dengan dirinya, namun Kevi sama sekali tidak berani bertanya tentang apapun karena merasa ia hanya akan memperburuk suasana jika bertanya sekarang.
Sagara tiba-tiba terduduk dan menutup kedua telinganya dengan erat.
"Enggak..bukan.." Racaunya pelan.
Kevi begitu terkejut saat Sagara tiba-tiba menjatuhkan tubuhnya disana.
Kevi merasa telah mengalami de javu."Kenapa? Hah? Lu..euh.." Ucapnya bingung dengan kata-kata apa yang harus ia ucapkan.
Kali ini entah kenapa ia merasa panik, dan juga takut. Ia tidak tau apa yang harus dilakukan oleh nya.
Kevi juga panik saat Sagara menghindari sentuhan tangannya dan menjauh.
Kemudian Kevi menarik Sagara ke pelukannya.
"Gapapa, ini gua Kevi. Liat gua?" Ucap Kevi berusaha tenang sambil menggenggam tangannya yang terasa dingin.
Sagara menatap Kevi dengan wajah merahnya.
"Kevi?"
"Iya. Ini gua."
"Tolongin..Mama mau pukul gua Kev.." Ucapnya pelan dengan tangisnya.
Kevi tertegun cukup lama, sampai akhirnya memahami sesuatu yang telah terjadi itu.
Maka saat pintu lift terbuka ia segera keluar memanggil bantuan kepada siapapun yang ada disana.
Beruntung ini masih di dalam rumah sakit, jadi tak butuh waktu lama untuk menunggu orang datang membantu dirinya.
"Tolongin adik saya." Ucapnya sambil masih memeluk Sagara yang sudah tidak bertenaga dan terus meracau tidak jelas karena ketakutannya.
To be continued.
A/n: Revisi 19 Agustus 2022 selesaaaaiiii see u next chapter!
KAMU SEDANG MEMBACA
Sagara
Teen Fiction"I hate my self, but i don't want to be someone else." He said. ⚠️ BUKAN CERITA BOYS LOVE/BL.⚠️ BROTHERSHIP SAMA BL ITU BEDA YA GUYS😭 ⚠️ Jangan plagiat sekalipun cerita ini gak sebagus itu untuk di apresiasi. Mohon pengertiannya, kita bisa sama sa...