11

3.5K 516 66
                                    

4 bulan kemudian..

"Mengabulkan gugatan penggugat dan menjatuhkan talak satu ba'in shughra Tergugat Askhara Kalampati Rajendra bin Seno Rajendra terhadap Penggugat Karania Satwika Kusumo binti Rahadian Kusumo.."

Setelah melewati berbagai proses persidangan selama empat bulan terakhir, akhirnya majelis hakim meresmikan perceraianku dan Niana. Aku diberikan waktu empat belas hari jika ingin mengajukan banding atas putusan ini. Namun, seperti yang sudah kukatakan sebelumnya, meskipun aku ingin, tapi aku ndak akan memperumit proses ini.

"Mari, Pak Askha."

Ucapan Pak Prayogo tadi menyadarkanku dari lamunan. Ternyata orang-orang sudah mulai meninggalkan ruang sidang, termasuk Niana dan pengacaranya. Aku langsung beranjak dan ikut meninggalkan ruang sidang yang menjadi saksi bisu perpisahanku dan Niana ini. Begitu melewati pintu, aku melihat sosok Niana yang belum berjalan terlalu jauh.

"Pak Prayogo, silahkan jika ingin pergi lebih dulu, Pak. Ada sedikit hal yang mau saya urus. Kalau ada yang dibutuhkan lagi, nanti hubungi saya saja. Secepatnya saya akan ke kantor Bapak."

"Oh baik, Pak Askha. Nanti akan saya hubungi Bapak kalau ada hal yang diperlukan lagi. Kalau begitu, saya permisi, Pak Askha."

"Oh ya, terima kasih banyak Pak Prayogo atas kerja keras dan bantuannya." ucapku seraya mengulurkan tangan kananku ke arah Pak Prayogo.

Pak Prayogo lantas menjabat uluran tanganku, "Sama-sama, Pak Askha. Suatu kehormatan bisa menjadi pengacara anda, Pak."

Begitu Pak Prayogo berlalu, aku langsung melangkahkan kakiku untuk menyusul Niana. Untungnya, ternyata dia sedang berhenti dan terlihat sedang membicarakan sesuatu dengan Bu Selvi. Aku segera melangkahkan kakiku dengan cepat menuju ke arahnya.

"Saya permisi, Bu Rania." ucap Bu Selvi dan meninggalkan Niana sendiri di tempatnya.

Aku lantas semakin memperpendek jarak kami.

"Hai! I'm Askhara Kalampati Rajendra. Baru saja menjadi duda anak dua terkeren tingkat regional Jakarta bagian selatan." ucapku begitu sampai di dekat Niana. Tak lupa, aku juga mengulurkan tangan kananku.

Niana tampak sedikit terkejut dengan aksiku ini. Namun bisa kulihat bibirnya itu sedikit berkedut, sepertinya dia sedang menahan tawanya. Dengan alis yang bertaut dan tatapan matanya yang menatapku penuh kebingungan, Niana menyambut uluran tanganku. Aku langsung menjabat tangannya dengan erat.

"Ikuti aku." ucapku.

"What?" tanyanya.

"Introduce your self."

Niana lalu terkekeh ringan.

"Okay." Niana menarik nafasnya, "Hai juga. Aku Karania Satwika Kusumo. Baru saja mengembalikan nama Rajendra yang tadinya sempat kugunakan sebagai nama belakangku. Sekaligus menjadikanku janda termempesona se-Jakarta Selatan." ucapnya diakhiri dengan senyumannya yang akhir-akhir ini menjadi adiksiku.

Niana lalu melepaskan tangannya, "So?"

Aku mengedikkan kedua bahuku.

"Dulu, kita memulai hubungan ini dengan sandiwara dan akhirnya harus berakhir seperti ini. Let's we restart our relationship from the very beginning. Ayo kita mulai lagi dengan cara yang benar dan semestinya."

Niana kemudian mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Sounds good. Lagipula, ada Marshall dan Isha yang tetap membutuhkan kita sebagai orang tuanya. Jadi, ayo kita anggap ini menjadi perkenalan pertama kita." ucapnya.

"Deal."

Lalu kami sama-sama saling menyunggingkan senyum kami.

"Apa ada jadwal tertentu buatku menemui mereka?" tanyaku kemudian.

Niana menggeleng pelan, "Karena kamu sudah menepati janji untuk tidak mempersulit proses ini, maka aku juga akan menepati janjiku. Kamu bebas bertemu mereka sesukamu. Kalau mau mengajak mereka menginap pun, aku enggak akan melarang. Dengan catatan, mereka setuju ikut kamu."

Aku menghembuskan nafasku lega. Setidaknya, aku ndak sulit untuk bertemu dengan anak-anak kami.

"Well noted. Aku akan sering main sama mereka. Kapanpun kalian butuh, aku akan berusaha semampuku untuk selalu ada untuk kalian. Itu janjiku selanjutnya." ucapku penuh keyakinan.

Niana kembali terkekeh, "Laki-laki itu yang dipegang janjinya. Jadi enggak usah janji yang berat-berat. Nanti kelabakan sendiri buat nepatinnya."

Shit. Aku refleks menatapnya tajam.

"I'll do my best. Kamu hanya perlu cukup tahu, kalau itu adalah janjiku untuk kalian." kataku tegas.

Niana menganggukkan kepalanya, "Okay then, I appreciate it. Tapi enggak usah janji di depan mereka. Aku enggak mau mereka menaruh banyak harap sama kamu dan harus berujung kecewa."

Damn it. Kata-katanya barusan sangat menghujam jantungku. Lagi.

"Ada lagi yang mau dibicarakan, Mas?"

"It's enough for now."

"Okay. Kalau gitu, aku duluan. Kebetulan jemputanku sudah datang."

Berbarengan dengan itu, kudengar suara klakson mobil dua kali. Aku lalu mengalihkan pandanganku ke arah halaman pengadilan ini. Sebuah mobil audi silver berhenti di sebrang kami. Lalu kaca di bagian depan itu terbuka dengan perlahan.

Sudah kuduga. Pasti orang itu lagi. Karena aku masih ingat dengan baik, ada mobil apa saja di carport rumah mertuaku. Ralat. Mantan mertuaku. Syafiq menganggukkan kepalanya sambil tersenyum ke arahku.

"Aku duluan yaa, Mas duda terkeren se-Jakarta Selatan."

Niana lalu berjalan menjauh dan segera masuk ke dalam sedan audi yang kuyakini adalah tipe keluaran terbaru itu. Damn it. Sainganku benar-benar bukan pria sembarangan. Aku ndak boleh lengah. Aku ndak boleh kalah.

Aku harus bisa memenangkan Niana kembali. Marshall dan Isha harus mempunyai keluarga yang utuh dan lengkap lagi, dengan aku dan Niana sebagai orang tuanya. Karena memang begitulah yang semestinya. Ndak butuh yang lain lagi. Dan itu adalah janjiku pada mereka dan juga pada diriku sendiri..



---//---

Tbh, aku cukup kaget lhoo. Di WYC semuanya haters Om Askha. Tapi di sini, tiba-tiba jadi banyakan #TimAskha dibanding #TimSyafiq. Like really? Hahahahaha *devil laugh*

Just Let Me Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang