14

1.6K 249 30
                                    

Seharian ini, aku berada di iDea karena ada meeting bulanan dengan seluruh divisi. Sesungguhnya ini perusahan EO milik Omku, yang mana seharusnya diteruskan oleh Nuansa sepupuku, si anak satu-satunya Om Harsa dan Tante Bening. Namun, Nuansa menolak jika harus terjun langsung di iDea ini. Karena dia lebih cinta dengan dunia menggambar. Jadilah aku yang dikorbankan. Sudah satu tahun ini aku menjadi COO iDea. Untungnya, aku punya Adry yang membantuku sepenuhnya di iDea.

"Oke kalau gitu meetingnya cukup sampai di sini. Thank you yaa, ganks!" ucap Adry menyudahi meeting terakhir hari ini.

Karena ada banyak divisi, jadilah meetingnya dibagi-bagi per sesi. Setiap sesi setidaknya ada satu atau dua divisi. Dan meeting yang baru saja selesai ini adalah sesi yang terakhir.

Aku meregangkan tubuhku yang sudah terasa sangat lelah.

"Mas Askha." panggil Adry sambil berjalan ke arahku.

Hanya tersisa aku dan Adry di ruang meeting ini.

"Gue denger dari Om Harsa, katanya Mbak Niana ada niat comeback."

Adry lalu menarik sebuah kursi dan duduk di dekatku.

"Hm? Comeback gimana?"

"Mau kerja lagi. Di sini. Di iDea."

"Hah?! Serius?"

Adry mengangguk mantap, "Tapi belum tau kapan."

"Gimana ceritanya, Dry?"

"Cerita apanya? Mbak Rania mau ke sini lagi?"

Gantian kini aku yang mengangguk mantap.

"Mbak Niana kan salah satu anak kesayangan Om Harsa di sini. Entah Om Harsa yang nawarin atau Mbak Niana yang ngomong duluan ya. Pokoknya udah santer banget beritanya di sini, Mbak Karania will be rejoining iDea."

What? Niana mau balik lagi ke iDea? Jantungku langsung berdegup kencang. Karena belum pernah terbayang olehku suatu hari aku harus ada di saat seperti ini, kerja bareng sama Niana.

"Is she okay? I mean, dia pasti tau gue sudah cukup aktif di sini. Terakhir itu, dia sudah jadi event director kan?"

"Yaps! That's mean lo sama Mbak Niana bakal saling bersinggungan langsung urusan kerjaan."

Aku menyandarkan tubuhku ke sandaran kursi yang aku duduki sambil menghembuskan nafas perlahan. Rasa gugup tiba-tiba melanda. Bagaimana jadinya nanti jika sampai aku dan Niana benar-benar bekerja dalam satu atap yang sama? It must be very awkward.

"Dah lah jalanin aja, Mas. Anggap aja ini salah satu kesempatan lo buat dapetin Mbak Niana lagi."

Iya juga ya. Paling ndak, aku bisa pakai alasan pekerjaan. But wait, is that fair enough? Kok klise banget ya kalau memanfaatkan urusan kerjaan. Ah entahlah..

---

Sore ini, aku bertamu ke rumah mantan mertuaku. Tujuannya sudah pasti bertemu Niana dan anak-anak. Mau membahas ulang tahun Marshall juga sih.

"Apaaapp!"

Marshall langsung lari ke arahku begitu aku keluar dari mobil. Aku lantas berjongkok dan menyambut Marshall masuk ke dalam pelukanku.

Lalu kulihat Niana yang berjalan ke arah kami sambil menetah si kecil Isha yang masih kesulitan untuk berjalan sendiri. Isha memang baru bisa satu dua langkah aja. Jadilah dia masih sering ditetah.

"Paap. Paap. Paaap!" ucap Isha ndak kalah semangat.

Marshall langsung melepaskan pelukannya di badanku dan menyingkir ke sebelahku.

Just Let Me Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang