19

1.2K 155 8
                                    

Niana mantap untuk kembali bekerja. Om Hasta juga memberikannya kesempatan yang bagus. Hanya aku yang merasa ini masih terlalu cepat untuknya kembali bekerja, apalagi dengan posisi yang akan ditempatinya nanti.

"Kha? Woy!"

Aku mengerjapkan kedua mataku dan membenarkan posisi dudukku.

Jani berdecak kencang, "Sialan. Ternyata daritadi gue ngomong sama diri gue sendiri dan lelembut penghuni ruangan ini."

"Sorry sorry, Jan. Gimana?"

Bukannya menjawabku, Jani malah balik bertanya, "Kenapa sih lo? Mikirin anak-anak?"

Aku mengangkat kedua bahuku lalu kembali menyandarkan punggungku ke kursi kerjaku.

"Niana sama Pak Dokter? Siapa deh namanya?"

Refleks aku melempar rematan kertas yang entah sejak kapan ada di atas mejaku ke arah Jani. Tawa Jani langsung menggema ke seantero ruangan. Sialan.

"Kenapa si? Mode galaknya Askha tuh sekarang keluarnya pasti kalau udah urusan anak-anak sama mantan istri."

"Niana mau kerja lagi." jawabku singkat.

"Lah terus? Emang kenapa kalau dia kerja lagi?"

"Anak-anak gimana, Jani?"

"Lah lo pikir anak-anak gue gimana selama ini gue tinggal kerja? Baik-baik aja kan? Aman-aman aja kan? Anak-anak lo juga pasti sama lah kayak anak-anak gue. Sama-sama ditinggal Bapak Ibunya kerja. Terus emang kenapa? Masalahnya apa?"

Gantian aku yang berdecak kencang.

"Isha kan masih kecil."

Kertas yang tadi kulempar, kembali dilempar padaku.

"Lo pikir gue baru kerja lagi setelah anak-anak gue udah pada gede hah?"

Lagi aku berdecak malas, "Entah lah, Jan."

Tawa Jani kembali muncul, "Idih gitu. Dasar duda sensian lo ah."

Aku menatapnya tajam. Kurang dihajar memang sahabatku yang satu ini.

"Haknya Rania lah dia mau kerja lagi atau gimana. Dia berhak ngatur kehidupannya sendiri. Lo udah nggak bisa ikut campur lagi, Kha. Lo siapa emang gue tanya hah?"

"Bangsat. Sana-sana pergi aja lah lo, Jan."

Jani malah semakin tertawa terbahak-bahak.

"Lah kan gue mah ngomong apa adanya. Kalau lo masih suaminya pun, Rania tetap punya kendali penuh atas hidupnya. Apalagi ini yang udah jadi mantan suami."

Benar-benar sialan si Jani ini. Benar juga omongannya barusan.

"Lo marah-marah badmood nggak jelas gini pun nggak akan ngerubah keadaan kan? Dia tetep kerja kan?"

Aku cuma diam, sama sekali ndak niat buat jawab.

"Kapan memang Rania aktif kerja lagi?"

Aku mengedikkan kedua bahuku lagi, "Entah. Gue sudah malas mau nanya-nanya. Masih ndak srek."

"Dengan status kalian sekarang, alasan lo nggak srek tuh nggak masuk akal, Askhara. Udah sih biarin aja dia kerja. Toh lo malah jadi punya kesempatan buat PDKT tiap hari sama dia kan? Secara saingan lo kelas berat tuh, nggak bisa disepelekan."

Aku mendelikkan mataku ke arahnya. Kenapa sih bagian sialan yang satu ini harus selalu dibahas-bahas? Kalau saja yang sedang di depanku saat ini Geo, pasti sudah aku hajar sejak tadi.

"Suruh Geo siapin segala macem keperluan buat gue ke Labuan Bajo ya."

Jani menaikkan kedua alisnya, "Mau ngapain?"

"Nengokin kerjaan anak-anak yang tadi lo bilang itu lah. Kok pake nanya."

"Lah emang lo denger gue tadi ngomong apaan?"

Aku menatapnya malas, "Anak-anak dan semua peralatan juga perlengkapan shooting sudah mendarat dengan selamat. Tapi saat mereka cek lokasi, ada indikasi problem perizinan shooting. Jadi anak-anak khawatir bakal ada drama merepotkan pas lagi siap-siap atau bahkan pas shooting lagi jalan. Kalau begitu, bukannya gue harus dateng langsung ke sana buat mastiin proses shooting bisa jalan dengan aman dan nyaman sampai shooting selesai?"

Jani langsung bertepuk tangan, "Gue kira lo daritadi cuma bengang-bengong galau doang, nggak merhatiin gue cuap-cuap. Emang bener kata anak-anak. Kalo urusan kerjaan, otak lo bisa diajak multifocus. Mikirin kerjaan jalan, mikirin yang lainnya pun jalan juga."

"Heleeh."

Jani lantas bangkit dari duduknya.

"Okay nanti gue bilangin sama si Geo. Ini buat lo aja atau gimana?"

"Gimana, gimana maksudnya?" tanyaku balik.

"Ya barangkaliii, Pak Askha ingin mengajak anak-anak dan mantan istri liburan bersama dalam rangka salah satu usaha rujuk. Secara kalau di sini, selalu ada Pak Dokter idola gue yang satu itu yakaannn." ucapnya santai sambil berjalan meninggalkan ruanganku.

Wah. Sesekali memang perlu dihajar si Dayu Janika ini.





---//---

Happy friyeaay!🥳
Ini cuma bonus yaa, makanya cuma sedikit.
Btw besok sudah weekend. Kamu berhak mengambil jeda untuk mengistirahatkan tubuh, pikiran, juga hatimu. Selamat berakhir pekan yaa, kesayangan-kesayanganku!

♥️J

Just Let Me Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang