06

4.8K 658 98
                                    

"Hai, Kha. How are you?"

Aku refleks mendengus begitu mendengar pertanyaannya barusan.

"As you see. I'm still alive. Let's cut the crap. What do you want now?"

Irena menatapku tajam. "I have to hear an explanation from you, Askha."

Aku balas menatapnya tajam, "About what, Irena?"

Bibir tipis berwarna merahnya itu tersenyum sinis, "You and me. It's all about us, Askha!" jawabnya dengan suara yang mulai meninggi.

"There's no us , Irena. Since you left me so many years ago, we're done. There's no us anymore."

"Really? Have you forgotten the time we spent together a while ago? Even you kissed me too, Askhara!"

"When? Kapan itu, Irena? Kapan aku mencium kamu? You're the one who kissed me, Irena. Kamu yang waktu itu menciumku. Coba kamu ingat baik-baik, apa aku membalas ciumanmu itu?"

Irena sontak terdiam di tempatnya.

"Kalau kamu lupa, biar aku yang ingatkan kamu. Karena masih aku ingat dengan jelas, kalau aku sama sekali ndak membalas ciumanmu itu."

"But you let me to do that, Askha. Why are you being such a jerk now?"

"Kamu melakukan itu tanpa seizinku, Irena. Semua yang kamu lakukan setelah kamu kembali, itu adalah tindakanmu sendiri. Sama sekali ndak ada sangkut pautnya denganku."

Irena menatapku dengan tatapan terkejut dan tatapan tidak percayanya. Aku menarik nafas panjang dan menghembuskannya pelan sebelum kembali mengeluarkan suaraku.

"Kalau-kalau kamu lupa, sejak pertemuan pertama kita di lokasi shooting waktu itu, aku jelas-jelas sudah mengatakan jika aku sudah menikah dan sudah memiliki keluargaku sendiri. Tapi kamu yang tetap nekat mendekat. Kamu bahkan sampai melakukan segala macam cara untuk kembali, Irena."

"You're wrong, Askha. We were never end. I just went for a while to achieve my goals, to get what I dreamed of."

"No, Irena! Aku masih ingat dengan jelas apa yang terjadi saat itu. Kamu benar-benar meninggalkanku demi karier dan reputasimu itu. Apa kamu juga lupa kalau kamu sudah menolak lamaranku bahkan saat aku belum sempat mengucapkannya ke kamu? Saat itu kamu sama sekali ndak memberiku kesempatan untuk menahanmu. Dan satu lagi, kamu juga sama sekali ndak mencoba memintaku untuk menunggumu, Irena."

Kulihat kedua mata Irena yang semula menatapku garang, kini mulai digenangi air mata.

"We've really over since then, Irena. No more us." Aku menghembuskan nafasku kencang sambil menyandarkan punggungku di sandaran kursiku.

Irena menunduk untuk sesaat. Sesaat itu pula, ruangan ini rasanya sunyi. Sambil menyeka sudut matanya, kepala Irena kembali terangkat pelan. Irena menatapku lekat dengan matanya yang terlihat sedikit basah.

"Okay, fine. Semua yang kulakukan saat itu adalah kebodohanku. Aku sudah melepaskan kamu dengan bodohnya. Fine. Aku terima. Tapi akhirnya aku kembali, Askha. Aku kembali untuk kamu."

"It's too late, Irena. Harus berapa kali lagi aku bilang sama kamu kalau kamu sudah benar-benar terlambat?"

Air mata Irena akhirnya menetes di hadapanku, "Bagiku nggak ada kata terlambat, Askha."

Aku refleks tertawa pelan, "Crazy. Don't you know? You're crazy, Irena."

"Kamu yang lebih gila lagi, Askha! Persetan dengan kata-katamu beberapa saat yang lalu. Karena pada akhirnya, kamu membiarkan aku tetap kembali masuk ke hari-harimu." Irena kembali menatapku garang.

Just Let Me Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang