24 - Karania

838 99 9
                                    

“Na.”

“Yaa. Eh kenapa, Mas?” tanyaku pada Mas Askha yang sudah berdiri di dekat mejaku.

“Aku mau balik ke Bigsmall sekalian jemput Marshall pulang sekolah. Anak-anak masih sama aku kan sampai weekend ini?”

“Iya, Mas. Isha mana?”

“Masih sama Greesha di taman. Nanti aku minta Isha pamit ke kamu.”

“Nggak usah. Aku samperin aja sekalian anter Isha ke mobil.”

Aku lantas beranjak dari kursiku dan berjalan di belakang Mas Askha menuju ke arah taman. Di taman, ada Greesha yang lagi asyik berlarian membawa sebuah bunga alamanda di tangan kanannya. Sedangkan Isha sedang fokus mengejar Greesha. Ada Alara juga Aksara yang duduk di ayunan tak jauh dari anak-anak berlarian.

“Tavisha!” seruku yang membuat anak keduaku itu menghentikan larinya.

Yes, Amam.”

“Apap mau jemput Mas Marshall.”

“Isha ikuut!” serunya sambil berlari ke arahku dan Mas Askha.

“Pamit dulu sama Onty dan Greesha.” titah Mas Askha yang langsung dituruti gadis ciliknya.

“Onty, Glee. Isha jemput Mas dulu. Nanti main lagi ya.” ucap Isha lalu mencium tangan Aksara, Alara, dan Greesha.

“Hati-hati yaa, bos keciiil.” ucap Sara sambil mencubit pelan pipi Isha.

“Okaay, Onty Sara. Bubyee, Glee!”

Isha lantas kembali menghampiriku dan Mas Askha, lalu menggandeng tangan kami berdua. Aku di sebelah kanan Isha dan Mas Askha di sebelah kiri Isha. Sesampainya di mobil, aku langsung membuka pintu penumpang bagian belakang di mana carseat Isha terpasang dengan baik.

“Isha jadi anak baik yaa.” ucapku sambil memasangkan seatbeltnya.

“Amam nggak ikut?”

“Enggak doong. Kan Amam harus kerja.”

“Kan Amam bisa bawa iPad Amam. Kerja bareng sama Apap di kantor Apap atau di rumah Eyang kan?”

Mas Askha yang sudah duduk di kursi pengemudi, membalikkan sedikit badannya ke arah kami. Dia hanya menatapku lekat, tak terlihat ingin menjawab pertanyaan Isha.

“Amam kan baru masuk kantor lagi. Jadi harus kerja di sini dulu, sayang.” jawabku.

“Berarti besok-besok bisa ya, Amam? Kalau Amam sudah lama di kantor.”

Aku tertawa pelan lalu mengulurkan tanganku untuk mengusap kepala Isha, “Lihat nanti ya, sayaang.”

Isha lalu mengangguk. Kini matanya beralih pada Mas Askha.

“Apap, nanti kita jemput Amam lagi ya?” tanyanya polos.

Mas Askha kembali menatapku.

“Nanti Amam pulang sendiri, Nak.” jawabku.

“Susul Isha sama Mas Marshall ke rumah Eyang?” tatapannya kembali beralih padaku.

“Enggak doong. Isha sama Mas Marshall di rumah Apap atau di rumah Eyang sampai hari Minggu besok yaa. Nanti hari Minggu baru Amam jemput Isha sama Mas Marshall.”

“Atau Isha mau Apap yang antar ke Amam?”

Isha tampak berpikir sejenak sebelum akhirnya menjawab, “Isha dunno.”

Aku dan Mas Askha kompak tertawa pelan karena mendengar jawaban Isha barusan. Terlebih melihat ekspresinya yang sangat menggemaskan ini.

“Yaudah sekarang Isha jemput Mas dulu yaa. Kasian nanti Mas Marshall nunggunya kelamaan di sekolah. Okay?”

Just Let Me Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang