17

1K 168 35
                                    

"Kha, hari ini lo ada jadwal ke iDea ya?"

Kepala Geo muncul dari celah pintu ruanganku yang terbuka.

"Iya. Gue titip yang revisi project kemarin itu ya."

"Beres. Lo otw jam berapa?"

"Kayaknya sebentar lagi. Om Hasta ngajak makan siang bareng."

Geo mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Marshall gimana? Perlu gue yang jemput nggak?"

"Nanti gue yang jemput sekalian."

"Okay. Kalau gitu gue ke ruang editing ya. Tiati ye, Bos."

Aku hanya menganggukkan kepalaku singkat. Geo pun menghilang seiring pintu yang menutup. Kulirik jam di hadapanku, sebentar lagi jam Marshall pulang sekolah. Aku lantas bergegas untuk menjemputnya.

"Pris, saya pergi dulu. Nanti kalau ada yang cari saya, kamu panggil Geo. Geo ada di ruang editing." ucapku pada Priska, resepsionis yang baru beberapa bulan ini bergabung di Bigsmall.

"Siap, Pak Askha. Hati-hati di jalan, Pak."

Aku pun melangkahkan kakiku dengan cepat. Pak Akim yang melihatku keluar langsung berjalan ke arahku.

"Mau jemput Mas Marshall ya, Pak?" tanyanya sambil membukakan pintu mobilku.

"Iya, Pak. Saya ndak balik lagi ya. Mau lanjut ke iDea." jawabku sambil masuk ke dalam mobil.

"Ooh ya siap, Bos. Hati-hati di jalan ya, Pak."

"Makasih, Pak Akim."

-

Lima belas menit kemudian, aku sudah sampai di sekolah Marshall. Mengantar dan menjemput Marshall sekolah sudah menjadi kegiatanku sehari-hari. Kecuali jika aku ada kepentingan yang ndak bisa diwakilkan, baru aku dan Niana mencari penggantinya. Biasanya sih Geo atau salah satu diantara adik kembarku.

"Apaapp!"

Marshall langsung masuk ke mobil dan mencium tanganku.

"Thank you, Pak Aga." ucapnya pada security sekolah yang membantu buka tutup pintu mobil.

"My pleasure, Marshall."

"Mari, Pak Aga." ucapku yang dijawab anggukkan ramah Pak Aga.

"Seatbeltnya, Mas."

"Oh iya, Marshall lupa."

Dengan cekatan Marshall langsung memasang seatbeltnya.

"Kita ke iDea dulu ya, Mas Marshall. Ndak apa-apa kan?" tanyaku begitu kami sudah meninggalkan area sekolah.

"Okay, Apap. Nanti Marshall pulang sama Amam ya?"

Aku menolehkan kepalaku ke arah Marshall.

"Tadi aku denger Amam ngomong sama Eyang. Titip Isha sama Eyang karena Amam mau ke kantor. Memangnya Amam sudah mulai kerja ya, Apap?" mata beningnya menatapku lekat.

"Mas Marshall tapi sudah tau kalau Amam mau kerja lagi?" Bukannyaenjawab, aku malah bertanya balik.

Kulirik dari ekor mataku, Marshall mengangguk pelan.

"Amam sudah bilang sama Marshall."

"Amam bilang apa memangnya?"

"Amam tanya, boleh nggak kalau Amam kerja?"

"Terus Mas Marshall jawab apa?"

"Marshall bilang kan Apap sudah kasih uang. Kenapa Amam harus kerja lagi?"

Just Let Me Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang