"Welcome back, Bu Boss! Eh salah ya. Udah balik lagi jadi cungpret, bukan bos lagi." ucap Alara lalu terkikik geli. Nyebelin.
"Isha mau ikut Amam atau Apap?" tanyaku pada Isha.
"Isha mau Apap. Amam di sini kan?"
"Iya Amam di sini. Isha berani ke ruang Apap sendiri?"
Isha yang masih menggenggam tanganku menggerakkan kepalanya untuk melihat sekeliling.
"Temani Amam boleh?" tanyanya sambil menatapku dengan tatapan matanya yang sangat mirip Mas Askha.
"Yuk boleh. Ra bentar ya. Gue anter Isha ke bapak moyangnya dulu."
"Bapak moyang? Apa itu bapak moyang, Amam?"
Aku melirik Alara yang lagi berusaha menahan tawanya, "Mmm maaf maksud Amam ke tempat Apap Isha."
Sepanjang perjalananku menuju ruangan Mas Askha, selalu ada saja anak-anak iDea yang menyapaku terlebih Isha. Isha juga comel banget, semua dia ladenin. Kelihatan anakku banget kalau gini.
Begitu kami sampai di depan ruangan Mas Askha, baru aku mau mengetuk pintu, tangan mungil Isha sudah lebih dulu meraih gagang pintu dan membukanya.
"Apaaappp! Isha miss youuu."
Isha langsung lari ke arah Mas Askha yang sedang duduk di singgasananya. Melihat gadis kecilnya datang, Mas Askha langsung bangkit dan menangkap Isha ke dalam gendongannya.
"Apap missed you more, Tavisha." Mas Askha lalu mencium kening Isha. "Ndak main sama Amam?"
Isha menggeleng, "Mau Apap aja."
"Yaudah Amam tinggal kerja dulu ya?"
"Okaay, Amam. Tapi sebentar, jangan lama. Amam main sama Isha sama Apap di sini."
"Kan Amam sama Apap juga harus kerja." jawabku.
"Isha nanti sama Glee." kata Isha kemudian.
"Glee?" tanyaku.
"Anaknya Harsa. Yang ngikutin Sara terus itu. Greesha namanya, tapi Isha selalu manggilnya Glee." jawab Mas Askha.
"Oalaah.. Amam kira siapa. Yaudah boleh nanti main sama Glee juga. Yang penting nggak ganggu Apap kerja okay?"
"Okay, Amaam. Isha main taman sama Glee."
Aku berjalan mendekat ke arah Isha lalu mencium keningnya, "Iya boleh. Tapi hati-hati ya main di tamannya. Amam kerja dulu. Nanti susul Amam ya kalau Isha mau sama Amam."
"Okaay!"
Aku lantas keluar ruangan Mas Askha dan kembali ke tempatku. Alara sedang asik menatap iPad di hadapannya.
"Buat kerjaan atau buat lo sama Geo?"
Alara menoleh ke arahku, "kerjaan ini. Berhubung lo sudah kembali bekerja lagi, gimana kalau ini lo yang ngerjain?"
Aku mengamati layar iPad yang menampilkan portofolio acara adat pernikahan yang pernah diselenggarakan oleh iDea.
"Yogya apa Solo?" tanyaku.
"Yogya. Sama kayak lo dulu nggak sih, Na?"
Aku mengangguk.
"Nah pas. Lo aja lah nih yang lanjutin. Itung-itung pemanasan setelah bertahun-tahun nggak handle acara beginian."
"Paling bisa lo emang. Catetan dari kliennya kirimin ke gue."
"Siap, bos! Eh kan salah lagi. Ingetnya lo masih bu bos terus nih, Na." ucap Alara sambil terkekeh.

KAMU SEDANG MEMBACA
Just Let Me Love You
AléatoireWill it be easy? Nope. Worth it? Absolutely. Just please let me love you, Karania. p.s. I haven't said it right, but I was falling in love.. The sequel of When You Come~