"I forgot an incident accidentally, believe me life without a complete memory is very annoying"
Setelahnya, mereka memutuskan untuk ikhlas saja dan berhenti mencari. Mencari sesuatu yang dapat membantu ingatan mereka kembali. Mereka juga memutuskan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
. . .
Sungchan menjadi banyak diam semenjak turun dari bus, pandangannya kosong. Padahal tadi Sungchan sangat antusias pergi jalan - jalan bersama Chenle. Chenle sendiri, dia bingung pada temannya, ingin bertanya tapi ini bukan waktunya. Lebih baik Chenle diam dulu, daripada menambah runyam keadaan.
Keduanya sudah berada di Gangnam sekarang, hanya berdiam diri sedangkan Chenle sibuk berkirim pesan dengan Hitomi. Entah apa yang mereka bicarakan, tapi dilihat dari raut wajah Chenle, pesan mereka berisi banyak umpatan dan ejekan.
Sungchan sendiri masih tidak percaya dengan kejadian dibus tadi, lebih tepatnya percakapan didalam telepon bersama Yuri. Setelah mempertimbangkan semuanya, mereka sepakat untuk mengakhiri hubungan mereka yang baru berusia beberapa bulan. Yuri memiliki alasan kuat untuk mengakhiri hubungannya, Sungchan juga tidak bisa pacaran jarak jauh atau LDR.
Sekarang mereka akan fokus pada karir masing - masing. Yuri bilang dia akan melanjutkan sekolah disana hingga menjadi Sarjana terbaik. Entah kembali lagi ke Seoul atau tidak. Sungchan menerima itu semua, karena dia juga masih punya mimpi yang harus dia kejar. Yuri itu kekasih pertama dan terakhirnya, iya terakhir.
"Aku putus dengan Yuri" ucap Sungchan tiba - tiba.
"Mwo?!" Chenle membulatkan matanya, jadi ini alasan Sungchan terdiam daritadi? Meratapi nasibnya yang kini berstatus jomblo atau sendiri.
"Jika kalian jodoh, pasti apapun caranya kalian akan kembali bertemu, entah kapan. Percayalah padaku"
"Aku lebih percaya Tuhan daripada kau"
Sungchan melenggang pergi meninggalkan Chenle yang masih terdiam karena ucapan Sungchan barusan.
. . .
"Aku sudah memenuhi keinginan Papa, apalagi yang perlu aku patuhi?" Tanya Yuri dengan ekspresi datar.
Tuan Jo terlihat menghela nafas panjang, merasa bersalah sekaranh. Yuri mengambil keputusan ini dengan berat hari, dan untungnya Yuri bisa menahan tangisannya saat menghubungi Sungchan tadi. Kali ini dia memilih untuk mengalah dan tak mau dicap anak durhaka, "Keputusan orangtua selalu yang terbaik".
Yuri muak dengan semua ini, dia langsung pergi ke kamarnya yang terasa asing. Nyonya Jo yang sedari tadi melihat hanya menatap putrinya kasihan, Yuri merelakan kebahagiaannya untuk memenuhi keinginan Ayahnya.
"Kau puas?"
Tuan Jo kembali membuang nafasnya melihat istrinya yang ikutan merajuk.