# 26 ;end

366 15 2
                                    

Allena terus menangis. Ia menyesal. Sungguh, ia benar2 menyesal.

Axe mengalami koma kembali setelah kepergiannya. Operasi sudah selesai. Namun tanda2 kesadaran axe masih tidak ada.

Hari-hari allena lalui merawat axe yang terbaring diranjang rumah sakit. Melihat pucatnya wajah tampan axe. Manik indah axe tertutup karena kelopak mata yang sangat betah untuk mengantup.

"Kapan kau sadar? Kau menghindari ku? Apa kau tidak ingin melihat ku lagi? Sebesar itukah kebencian mu pada ku, sehingga kau ingin bercerai? Mengusap air matanya.

Allena hanya ingin menumpahkan kekesalannya atas dirinya sendiri. Rasa sakit begitu kentara dihatinya. Ia sangat berharap axe membuka matanya. Lalu....hal mustahil terjadi, axe tersenyum padanya.

Meraih tangan axe. Menggenggamnya. Ia rindu tatapan axe. Suara axe. Dan semua tentang axe.

"Kau belum ingin tidur? Kenzia baru datang dengan kotak makan ditangannya.

Allena tersenyum."kau sendiri? Kenapa mengantar makanan selarut ini. Kau bisa mengandalkan all, bukan?

"Tidak apa. Lagi pula. All pasti sudah tidur".menata makanan diatas meja."mau ku temani?

"Ah, tidak perlu. Aku sangat berterima kasih sudah membawakan makanan".

"Tidak apa. Makanlah sekarang. Dingin tidak terlalu enak".

"Terima kasih kenzia. Kau boleh pulang. Kalau berlama-lama disini deff bisa mencari mu".

Kenzia tersenyum ramah."baiklah. Harus habis. Ku pastikan, aku melihat cctv besok. Awas kalau membuangnya".canda kenzia.

Allena merasa nyaman dengan kedatangan kenzia. Walaupun hanya sebentar. Tapi itu membuatnya sadar kalau ia masih punya sedikit kebahagiaan didunia ini.

Melirik meja yang hampir penuh dengan kotak makan. Apa kenzia ingin membuat allena gendut? Makanan itu sangat banyak.

"Andai saja axe bangun".keluhnya. "sudah pasti kami makan bersama saat ini".

"Aku lapar".

Manik allena membulat. Suara itu? Menatap pria yang sudah lama koma itu. Axe kini menatapnya. Tatapannya sayu. Namun tetap terkesan datar.

Allena tak tau harus berkata atau melakukan apapun. Namun ia berniat untuk memanggil dokter. Tapi tangannya digenggam erat oleh axe. Sudah pasti pria itu tidak ingin ia pergi.

Genggaman axe yang terasa kuat menyadarkan allena kalau pria itu sudah benar2 bangun dan sembuh.

"Aku lapar".ucapnya parau. Terdengar pelan"dan...kau ingin pergi tanpa membantu ku?

"I-ingin makan apa? Allena tergagap.

Oke. Setelah ini allena akan siap membicarakan perceraian mereka.

Membantu axe agar bersandar dikerangka ranjang.

"Suapi aku".titah axe. Melirik semangkok sup kedelai ditangan allena. Cacing diperutnya sudah demo sejak ia bangun tadi. Ia begitu lapar.

Allena dengan sabar menyuapinya. Axe tau kalau suasana ini terlalu canggung untuk allena. Bisa dilihat kalau allena tidak berani menatapnya. Saat mata mereka bertemu, allena dengan cepat menunduk.

"Lagi".

Satu mangkok sudah habis. Namun rasa lapar axe begitu besar. Mungkin itu efek dari dua minggu lebih perutnya tidak menerima asupan. Selama itu ia hanya menerima cairan dari infus.

Allena mengambil semangkok spageti. Oh...dia juga ingin makan. Tapi sekarang itu tidak perlu dipikirkan. Sudah pasti axe lebih lapar darinya.

"Kau saja yang makan".

CRAZY XENZERLAND 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang